"Narendra Jevanio bangun ga lo?!" Reyga masuk ke kamar sahabatnya dengan cara yang tak santai. Reyga yang sudah hilang kesabarannya menunggu pemuda yang sedang memeluk guling ini dari tadi tak kunjung muncul di depan rumahnya, segera menyusul ke rumah sang sahabat yang jaraknya hanya beda 2 rumah dengannya.
"Dikit lagi elah, masih jam 6" Pemuda yang diketahui bernama Narendra Jevanio ini membuka matanya sedikit lalu ia tutup kembali.
"Bangun ato gue siram?" bahkan kini pemuda yang lebih kecil itu sudah menggenggam gelas berisi air yang ada di meja nakas, siap untuk di guyurkan pada pemuda yang sedang memeluk gulingnya itu.
"Biasanya juga pergi jam 7"
"Tolong di inget ya, ini hari senin. Dan kemarin lo bilang lo bakal anterin gue, tau gini mending gue pergi sendiri aja!" Reyga menghentakkan kakinya lucu dan segera beranjak dari depan ranjang Naren yang saat ini pemuda itu masih menggeliat di ranjangnya.
Melihat Reyga yang akan beranjak keluar dari kamarnya, mau tak mau Naren harus bangun dari tidurnya,
"Iya iya ini bangun ay"
"Ay ay palalo, gua bukan ayam"
"Yang ngatain lu ayam juga siapa"
"Ngomong sekali lagi gue colok mata lo, sana mandi!"
"Iyaa" Naren masuk ke kamar mandi, sendangkan Reyga menunggu dikamar sahabatnya.
5 menit kemudian Naren udah selesai mandi, biasalah cowok emang ga ribet, kecuali Reyga. Mandinya lama banget ampe di ejek Naren kalo Reyga itu kayak cewek. Hei! Reyga mandi lama karena anaknya emang bersih banget, sampe sela-sela kaki aja di bersihin. Gak kayak Naren tuh, siram sekali, pake sabun di badan sama kepala trus siram lagi, udah. Simpelnya Naren ga mau ribet.
Dan tolong di ingat, Reyga itu cowok! Ia tampan, tolong akui itu juga.
"Keluar dulu, gua mau ganti baju"
"Males"
"Yaudah" Naren baru ingin melepaskan handuknya Reyga dengan segera berlari keluar kamar.
"Maunya apa sih" gumam Naren.
———
Naren dan Reyga sedang melaju di jalanan pagi ini, banyak kendaraan yang lalu lalang. Reyga yang tak tahan dengan kebisingan segera ia menaikan volume lagu yang dari tadi mengalun di dalam mobil Naren.
Mereka memang seperti ini setiap pagi, tidak setiap pagi juga mereka udah kayak perangko, nempel mulu, kemana mana harus sama sama. Dimana ada Naren disitu ada Reyga, dimana ada Reyga disitu ada Naren. Walaupun mereka tidak sekelas dan sejurusan, tidak menutup kemungkinan mereka tidak akan bersama. Faktanya, walaupun Reyga sedang kerja kelompok bersama teman kelasnya pasti Naren akan ikut menemani, begitu sebaliknya.
Jangan tanya mereka berteman dari masih menjadi sel telur."Jev, mampir ke minimarket bentar dong, gue lupa beli spidol buat bikin poster"
"Ada spidol tuh di tas gua ambil aja, jangan di ilangin, spidol mahal itu" Reyga segera mengambil tas Naren yang ada di kursi belakang, membuka satu persatu resleting kecil disana, dan menemukan satu spidol berwarna hitam. Reyga melihat label harga yang masih tertempel disana,
"20 ribu doang anying, mahal apanya?!"
"Heh, itu mahal ya! beli bakso seporsi bisa dapet dua" celetuk Naren dan langsung menjitak dahi Reyga pelan.
"Ihh, sakit bego!" Reyga melayangkan pukulan di bahu penuda di sampingnya, lalu mengusap dahinya yang abis di jitak Naren tadi sambil meringis kesakitan. Emang dasarnya Reyga aja yang alay, orang Naren jitaknya pelan kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend?
أدب الهواة[JaemRen] [ON GOING] "Lu berdua beneran cuma temenan doang kan?" ⚠️non-baku | lokal start: 18.11.22 end: -