0.1 (Prolog)

69 4 8
                                    

FERA

0.1

Antara Ferlangga dan Afyra





 Paras cantiknya mengundang lirikan dari para penghuni jalan, rambut hitam pendek sebahu sedikit basah akan keringat karena panas cahaya matahari diatas cakrawala sana. Kulit putihnya juga sedikit lembab dan memerah, kaus coklat yang  dikenakannya sudah berantakan. Afyra Callista Dengkara melangkahkan kaki jejang miliknya di atas trotoar, kendaraan yang berlalu dan melintas disamping membuat beberapa helai rambut hitamnya terbang karena terpaan angin.

Ransel putih dengan gantungan kelinci dipunggungnya digenggam erat.

Ting!

Ponsel Afyra berdering ditengah keramaian lalu lintas, tetapi masih bisa terdengar oleh telinga gadis itu. Dengan tergesa Afyra mengambil benda pipih dari kantong celana, kelereng coklat terang itu melihat sebentar nama yang tertera pada bagian atas handphonenya, lalu jemari telunjuknya menggeser ikon hijau,

Beberapa detik setelah mengangkat sebuah panggilan, suara diseberang sana membuat raut wajah Afyra yang awalnya sudah panik menjadi lebih panik, reflek kedua kakinya menambah kecepatan berlari. Kini Afyra berlari seperti pemain estafet.

Hingga gadis itu sampai disebuah rumah megah dengan desain modern. Satpam yang berjaga didepan gerbang dengan segera menyilahkan Afyra masuk setelah melihat gadis itu yang berlari tergesa dari kejauhan.

Tap tap tap ....BRAK!

"UDIN!"

kedatangan brutal gadis itu tak membuat seorang pemuda yang tengah bermain dengan seekor kucing kesayangannya tidak kaget, dirinya sudah terbiasa dengan tingkah laku gadis bernama Afyra.

"AGA KAMPRET KAMU APAIN UDIN KU HAH?!?" teriaknya dengan nafas terengah-engah.

Melihat tak ada repon, Afyra melangkah masuk kedalam kamar Ferlangga. Mendekati lelaki tampan di atas tempat tidur bersama seekor kucing, mata Afyra tak lepas dari kucing didekapan Ferlangga, bersiap merebut kucing tersebut.

Namun gadis itu kalah cepat.

"Apa hah? Sopankah masuk kamar orang gak salam?" ucap seorang Ferlangga Kasmana Cakra mengangkat kucing itu, menjauhkannya dari gapaian Afyra.

"EMANGNYA KAMU ORANG? MANA SINIIN UDINNYA."

"Udinnya ga mau sama kamu."

"Sok tau!"

 Afyra berusaha menggapai kucing tersebut tapi selalu digagalkan oleh Ferlangga. Kini kedua manusia itu berlarian didalam kamar lelaki itu yang tergolong luas dengan Afyra mengejar Ferlangga yang membawa kucing bernama Udin didekapannya. Udin hanya bisa pasrah karena setiap hari dirinya diperebutkan oleh Afyra dan juga Ferlangga.

Adegan kejar mengejar itu tak berlangsung lama karena kaki Afyra yang tidak sengaja tersandung pada tempat tidur Ferlangga saat berlari dan jatuh dengan tidak elitnya.

"Hahaha kasiann." Ejek Ferlangga melihat gadis yang sebelumnya mengejarnya sekarang menjadi duduk dilantai seraya mengusap dahinya membelakangi laki-laki itu. Ferlangga kemudian berjalan mendekati Afyra yang diam dan tak bangkit. Dugaan Ferlangga benar, mata Afyra menyipit berkaca-kaca menahan tangis. Ferlangga melepaskan kucingnya dan turun dilantai duduk didepan gadis yang memalingkan wajahnya.

Sengaja tak ingin melihat wajah Ferlangga.

"Udah ga usah nangis, salah siapa lari-lari gajelas terus malah jatuh." Ucap Ferlangga menatap Afyra yang wajahnya tertekuk dan masih berpaling dari laki-laki itu.

FeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang