0.5

23 2 5
                                    

FERA

0.5

Bahagia itu sederhana untukku

"Tidur, sekarang."

Sungguh, jika bisa memilih, Afyra lebih baik bersekolah dari pada berada diruang bernuansa putih dengan bau obat-obatan dan hanya terus dipaksa istrahat dan makan oleh sang kekasih seperti saat ini.

"Bocil, gak ngantuk lu? Tidur gak?"

"Kagak." Jawab Afyra dengan jutek, kemudian menatap Ferlangga kesal.

Sudah dua hari Afyra mengeluh karena berada diruang rawat inap tersebut setelah pasca kecelakaan tak disengaja yang membuat gadis itu harus membekam lebih tepatnya dipaksa dirawat dirumah sakit.

Ferlangga tidak akan membiarkan gadis yang ceroboh itu keluar sebelum pulih sepenuhnya. Bahkan Afyra merasa telah bertahun tahun terjebak diruang rawat VIP yang disewa langsung oleh cowok itu sejak hari pertama Afyra berada dirumah sakit ini.

Afyra sendiri sudah hapal dan bisa menebak kapan perawat masuk yang akan memberinya obat, makanan, serta mengganti perban dikepalanya. Hanya satu hal yang tidak pernah bisa gadis itu bisa tebak yaitu kedatangan Ferlangga. Ya, pasalnya cowok itu datang setiap waktu seakan dia sudah tak memiliki dunia lain selain Afyra.

"Tidur Afy." Ucap Ferlangga, entah sudah berapa kali cowok itu mengatakan hal yang sama, Afyra lupa menghitungnya.

Dua hari dirawat, gadis itu menuduh kekasihnya sedang kerja sampingan menjadi seorang ibu. Tujuh puluh persen selama Afyra berada di rumah sakit ini Ferlangga lah yang menjaga dan merawatnya, menyuapinya, membawakan baju ganti untuk gadis itu.

Bahkan Afyra tak pernah bosan mendengar omelan Ferlangga yang menyuruhnya untuk tidak lupa tidur atau makan ketika dirinya tidak ada, padahal sepertinya dirinya hampir dua puluh empat jam mengawasi dan menjaga Afyra itu sendiri. Kecualikan saat cowok itu pergi bersekolah tentunya.

"Tidur atau aku tidurin?"

Kalimat lanjutan Ferlangga membuat Afyra yang mulanya berdiri diatas ranjang langsung rebahan dan beringsut menyembunyikan seluruh tubuhnya dalam selimut bermotif karakter game Mobile Legend, lalu kemudian tangan kanannya yang terpasang infus itu mengambil bantal, menutupi wajahnya yang tengah merah padam.

"AGA MESUM! PEDOFIL! AKU LAPORIN KE NASI MAMPUS KAU!!"

"Bodo,"

Namun gadis tersebut menyukainya. Walaupun tak bisa dipungkiri pacarnya itu tetap memiliki tingkah yang amat mengkesalkan dan menguji kesabarannya, khawatir serta sayang yang ditunjukkan Ferlangga secara langsung maupun tidak langsung pada Afyra sendiri membuat gadis itu makin terbuai dan mencintai laki-laki tersebut.

Ferlangga adalah sosok yang sempurna bagi Afyra, sumber kebahagiaannya, dan tempatnya merasa dicintai.

"Kamu gak mau tidur?" Tanya cowok itu menatap lekat manik coklat terang milik Afyra, dapat Ferlangga rasakan kekesalan sang gadis melalui netra itu.

"Ga." Balas Afyra dari balik selimutnya.

"Udah jam 11 Afy,"

"..." Afyra tak membalas, gadis itu kemudian hanya menendang nendangkan kakinya dibalik selimut seperti anak kecil, terlihat lucu dan menggemaskan dimata Ferlangga.

Beberapa detik menjelang, hening menguasai ruangan yang dihuni dua orang didalamnya. Dengan Afyra yang tengah kesal serta wajahnya yang masih memerah dan Ferlangga bergelud dengan pikirannya memikirkan bagaimana caranya membuat kekasihnya agar mau untuk tidur.

"Mau ngemil apa?" Tanya Ferlangga lalu duduk ditepi ranjang, tangan kirinya hendak menurunkan selimut yang menutupi seluruh gadis tersebut hingga wajah Afyra sendiri tak bisa dilihat oleh cowok itu. Namun saat akan menyibak selimut tersebut tangannya langsung ditepis oleh cewek itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang