0.2

33 4 6
                                    

FERA

0.2

Tentang Afyra

 Terik mentari menyelinap masuk melewati cela cela tirai jendela sebuah kamar dengan bercat dan bernuansa orange pastel. Di atas tempat tidur, seorang gadis masih terlelap memeluk boneka beruang berukuran sebesar dirinya dengan selimut yang sudah acak acakan.

Marilah seluruh,rakyat indonesia! arahkan pandanganmu kedepan! Clik-

Barusan adalah jam alarm yang telah dimatikan oleh Afyra yang kini duduk bersila diatas tempat tidurnya sembari mengucek mata. Menurutnya, alarm dengan nada dering lagu partai tersebut dapat membangkitkan semangat bangsa Indonesia pada jiwanya dikala pagi hari.

Kemudian Afyra dengan rambut pendeknya yang sudah seperti sapu ijuk itu bangkit mengambil benda pipih diatas meja disamping tempat tidurnya, menelepon seseorang yang Afyra tebak pasti kini masih berada dialam mimpi.

Butuh hampir semenit sebelum akhirnya telepon gadis itu diangkat. Suara serak khas bangun tidur menyapa indra pendengaran Afyra.

"Hmm?"

"Hehe, selamat pagi cowok."

Entah kenapa Afyra begitu candu ketika mendengar suara bangun tidur yang sangat disukainya itu. Sang gadis berguling-guling sembari tersenyum dengan tangan kanan memegang handphone melekat pada telinganya.

"Udah jam segitu, bangun gih."

Pintanya lalu terdengar deheman panjang dari seberang sana, membuat Afyra gemas sendiri.

"Kak Ferlangga, bangun ihhh."

"Udah bangun."

Diseberang sana, Ferlangga diatas tempat tidurnya masih dalam posisi yang sama. Pemuda itu masih terlalu mengantuk akibat bermain game semalaman tanpa sepengetahuan kekasihnya.

"Hmm kamu main game semalaman lagi yah?"

Ferlangga yang sedang menguap tersedak tanpa suara, segera ia menetralisir kembali suaranya.

"Engga."

Ucapnya dengan nada sedatar mungkin. Jika Ferlangga berkata jujur tentang itu, maka Afyra pasti akan mogok mendengarkannya seharian. Dan Ferlangga tidak menyukai hal itu, merepotkan baginya.

"Awas kalo bohong, ah iya bentar jemput aku yaah. Pak Upi lagi liburan sama keluarganya, jadinya seminggu ini dia absen nganterin aku."

"Pecat aja."

Ferlangga berkata datar.

"Kamu yang bakal aku pecat dari hatiku!!"

"Kaya berani aja."

Cowok itu bangkit dari tempat tidurnya, menatap kamar luas bercat abu-abu dengan hanya beberapa furniture simple. Berbeda dengan kamar gadis yang meneleponnya beberapa menit lalu, memiliki banyak pernak pernik lucu, buku-buku, serta hal-hal lainnya.

Benda pipih itu dia letakkan diatas nakas. Melirik kaca, terdapat pantulan dirinya masih memakai pakaian kasual, Ferlangga lupa akan dia yang tak mengganti pakaian semalam setelah selesai nongkrong bersama teman-temannya. Kemudian sedikit merapikan rambutnya yang berantakan setelah bangun tidur. Ferlangga ingat, ia punya janji dengan temannya saat akan tiba disekolah nanti.

"Kak Ferlangga!"

Ferlangga berjinjit kaget. Meski tak bisa diihat oleh gadis itu, mimik wajahnya berubah kesal. Kembali mengambil ponselnya.

"Pas aku sampai kamu udah didepan. Kalo gak, siap siap naik angkot sendiri kesekolah."

"Ehh? Gak mau oyy-"

FeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang