4

0 0 0
                                    

Langit senja tidak pernah mengecewakan, tapi kali ini berbeda. Aku menatapnya setelah entah berapa lama tubuhku dipermainkan lelaki biadab itu. Dia meninggalkanku. Setelah tubuhku terkulai lemas diantara rerumputan. Aku tidak sanggup bergerak ataupun bangun. Lebih tepatnya aku belum sanggup menghadapi dunia. Bagaimana setelah ini ? pertanyaan itu terus terngiang di kepala. Menemaniku menghabiskan sore.

Aku pulang kerumah dengan selamat. Beberapa ibu-ibu yang lewat dimalam hari membopongku Kembali kepangkuan bapak ibuku. Bapak marah besar Ketika mengetahuinya. Dan ibu hanya bisa menyembunyikan kesedihan dibalik wajah tabahnya . siang malam ia merangkulku. Menguatkanku menghadapi dunia. Tapi aku belum mampu, bahkan untuk sekedar melangkahkan kaki keluar kamar. Seluruh desa menjadikanku bahan orolan hangat. Kisahku bagai teman diberbagai pertemuan.

Ciptadi datang setiap hari setelah hari itu, meski tak sekalipun ku temui. Bapak menghampiriku dan duduk disamping ranjang.

“Ciptadi datang lagi. Temuilah sekali saja”

Pikiranku masih tak karuan. Bertemu orang lain masih sangat menguras tenagaku. Aku masih ketakutan setiap waktu. Namun setelah lama berpikir, aku memberinya kesempatan. Akan kupersiapkan diri untuk menghadapinya. Sekali ini saja Ciptadi, kesempatan itu hanya sekali ini saja. Mantan calon istrimu yang hina ini akan menampakkan diri dihadapanmu. Ciptadi duduk dikursi yang sama tempat pertama kali Ia berkunjung kemari. Raut khawatir menghiasi wajahnya.

“ada apa?” tanyaku padanya. Ciptadi menoleh ke arahku, lalu menggeser duduknya. Tangannya menepuk kursi yang kosong disebelahnya. Aku tidak bergerak. Tetap berdiri dihadapannya untuk waktu yang lama. Tiba-tiba Ciptadi meraih tanganku dan menggengamnya, dibawanya aku berjalan keluar rumah. Jalan itu. Dia akan membawaku kejalan itu. Tubuhku bergetar dan jantungku berdenyut hebat. Beberapa orang yang kami lewati menatap kami penasaran. Aku tidak dapat menyembunyikan kegelisahanku dan Ciptadi tau. Ditaruhnya aku dalam rangkulannya dan dituntunnya menuju jalan itu. Angin berhembus kencang Ketika kami tiba. Aku memejamkan mata. Tak ingin mengingat semua peristiwa yang terjadi hari itu. setiap sudut dari jalan itu terkunci dalam memoriku. Ciptadi melepas rangkulannya dan berdiri menghadapku.

“Salamku pada rumput yang bergoyang
Disela sela itu dia pernah merintih kesakitan
Dalam daun tipis memanjang yang sedang tumbuh bertahan
Dia pernah berlindung dari dunia yang kejam

Kaulah saksi bisu
Bagaimana sosoknya diam terpaku
Larut dalam keputusasaan yang nyata
Atas hilangnya kehormatan yang dijaga segenap jiwa dan raga

Padamu, dia pernah dipaksa jatuh
Dikuras habis tak tersisa
Terkulai Lemas tak berdaya
Terhunus dihadapan sang pendosa

Salamku pada rumput yang begoyang
Telah kuikhlaskan segala yang terjadi pada hari itu” ujar Ciptadi. Sontak aku memeluknya. Membenamkan wajahku dibahunya. Meluruhkan air mata yang sejak tadi kutahan.  Aku putus asa.

"menikahlah denganku gy”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salamku pada Rumput yang Bergoyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang