bab 3

19 1 0
                                    


Bbyurr..

"Tidaaaak!"

Suara jatuhnya si bayi dan teriakan sang ibu terdengar beriringan.
Bayi kecil yang masih berusia 6 bulan tersebut harus rela nafas ter4khir nya ber4khir di sumur belakang rumahnya sendiri.

Suara tangisan sang bayi samar terdengar bersamaan dengan suara air yang masuk melalui mulut dan hidung si bayi, hingga suara sang bayi tidak terdengar lagi. Tenggelam dalam gelap dan dinginnya sumur.

"Kalian!"

Istri pak Samir menunjuk satu persatu para warga dengan mata melotot merah penuh air mata. Terlihat jelas rasa sedih dan marah dari dirinya yang tercampur jadi satu.

"Kalian adalah manusia berhati iblis!"  lanjutnya

"Anakku. Anakku telah tiada, betapa kejam kalian hingga mem*bunuh bayiku yang tak punya dosa apapun." tambahnya lagi dengan air mata terus berjatuhan

"Itu yang kami rasakan saat suami mu membawa anak kami dan memasukkan nya ke dalam sumur ini!" teriak salah satu warga perempuan yang menjadi korban kejadian malam sebelumnya.

"Saya tidak pernah membawa dan mem4sukkan anak kalian ke dalam sumur ini!" teriak pak Samir berapi-api

"Sudah, tak usah di ladeni. Cepat m4sukkan semua anaknya, dan bu*nuh orang tua nya. Agar tak ada lagi petaka di kampung kita." pak Ranto menyulut para warga

"Ayo cepat laksanakan!"

"M4sukkan semua anaknya ke sumur!"

"B*nuh keluarga Leak itu!"

Teriakan-teriakan warga lain terdengar sahut menyahut meneriaki hal yang sama untuk meng4khiri hidup keluarga pak Samir

Bbyyuurr...

Bbyyuurr...

"Ibu!"

"Bapak!"

Teriakan kedua anaknya menjadi hal terakhir yang di dengan oleh pak Samir dan istri.
Kini, ketiga anaknya telah ber4khir di tangan warga dengan cara keji.

"Tidaakkkk!"

"Anakku!"

Istri pak Samir memberontak hendak menuju ke arah sumur tempat ketiga anaknya ber4khir menyedihkan.

"Lepaskan dia. Biarkan dia mengikuti anaknya masuk ke dalam sana." titah pak Ranto

Para lelaki dan wanita yang menahan tubuh istri pak Samir pun melepaskan tangan nya. Hingga wanita tersebut berlari cepat menuju sumur.

"Buk. Tidak!"

"Jangan." pak Samir berteriak menahan sang istri.

"Tahan dia. Jangan sampai dia menahan istrinya." titah pak Ranto lagi tersenyum licik pada pak Samir.

Bbyyuurr...

"Bukkkk!"

Lagi, suara teriakan pak Samir dan suara j4tuhnya sang istri ke d4lam sumur terdengar beriringan.

"Lakn4t kau Ranto!"

"Kau hasut para warga untuk m3mbunuh seluruh keluarga ku!"

"Ku kutuk seluruh warga desa ini dan keturunannya mengalami kematian yang terulang!"

Jddderr...

Gemuruh langit terdengar seakan menyetujui kutukan yang di beri pak Samir untuk seluruh warga desa.

Angin kencang berhembus dari segala arah. Obor yang tadinya menyala terang, kini m4ti secara keseluruhan. Hanya dua cahaya senter yang terarah pada pak Samir yang menjadi sumber cahaya malam itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fitnah Membawa Petaka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang