Chapter 1

10K 1.8K 93
                                    

Selamat membaca 😁

"Eros, kau tau tidak hari ini hari apa?" Hera bertanya dengan wajah berseri-seri dan mata yang berbinar-binar.

Mata tajam Eros sontak melirik ke arah Hera. "Jangan bicara saat makan," tegasnya dingin.

Sinar di wajah Hera seketika redup. Dia lalu memakan sarapannya dengan wajah murung.

Sesaat kemudian, Hera kembali membuka pembicaraan setelah mendapati piring Eros kosong.

"Apa kau tidak tau ini hari apa?" tanya Hera lagi.

"Sudah, ayo kita berangkat," pungkas Eros datar.

"Aku tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaan konyol mu itu." Eros bangkit dari kursi dan berlalu pergi meninggalkan Hera.

"Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kita yang ke satu tahun," ungkap Hera menghentikan langkah Eros.

Eros menoleh ke belakang tanpa ekspresi.

"Apa itu penting?" Eros melontarkan pertanyaan yang membuat hati Hera seperti ditusuk.

"Itu penting bagiku," sahut Hera.

"Aku akan transfer uangnya," ujar Eros singkat.

"Apa maksudmu?" Hera mengernyitkan dahi.

"Bukankah kau sangat menyukai uang?" tukas Eros sinis.

"Aku akan memberimu uang sebagai hadiah pernikahan," desisnya sarkas.

Sorot mata Hera terlihat sendu. "Aku tidak menginginkan hadiah pernikahan," ucapnya pelan.

"Tidak perlu sok naif. Katakan, berapa yang kau mau?"

Hati Hera berdenyut nyeri. Sebaik apa pun dia memperlakukan Eros, pria itu selalu menganggapnya sebagai wanita yang gila akan uang.

"Aku hanya ingin minta waktumu sebentar," kata Hera.

"Jika kau tidak sibuk, pulanglah lebih awal. Aku ingin kita makan malam bersama," imbuhnya.

"Aku lembur," ujar Eros datar.

"Lagi?" Hera tampak kecewa.

"Kau bisa makan malam sendiri tanpa harus ada aku," pungkas Eros tak acuh.

"Aku ingin makan malam dengan suamiku," sahut Hera penuh harap.

"Aku tidak ada waktu untuk itu," tukas Eros.

"Hanya seben—"

"Jika kau sudah selesai, ayo pergi," potong Eros.

"Jangan buat aku terlambat karena menunggumu." Eros kembali melanjutkan langkahnya.

Hera menghela napas untuk menenangkan dirinya. Butuh kesabaran yang ekstra untuk menghadapi suaminya yang dingin seperti gunung es.

Dia kemudian bangkit dari kursi sembari menyambar tas di meja.

Selepas Hera masuk ke dalam mobil, Eros menjalankan mobil dengan kecepatan normal.

Hera melirik ke arah Eros dan mendapati dasi Eros sedikit kendur. Dia pun mengulurkan tangan berniat untuk merapikan dasi Eros.

Tetapi Eros dengan kasar menepis tangan Hera hingga membuat wanita itu tersentak.

"Apa yang kau lakukan?!" maki Eros dengan nada suara tinggi.

"Dasinya sedikit kendur, jadi aku ingin merapikannya," jelas Hera.

"Maaf jika aku mengagetkan mu," sambungnya pelan.

"Duduk saja dengan tenang," ujar Eros dingin.

Hera memilih untuk diam agar dia tidak membuat kesalahan lagi.

Asa Di Ujung Pena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang