Chapter 4

7.3K 1.3K 215
                                    

Selamat membaca 😁

Sesampainya di rumah, Eros langsung menuju ke kamarnya. Dan setibanya di sana, dia mendengar suara orang muntah.

Eros berjalan dengan langkah lebar menuju kamar mandi, dan mendapati Hera serta pelayan berada di dalam.

"Tuan?"

"Tinggalkan dia. Aku yang akan mengurusnya," pungkas Eros.

"Ah, baik." Pelayan itu bergegas pergi.

"Siapkan air madu hangat," suruh Eros.

"Baik, Tuan."

Eros memijit leher belakang Hera dan menahan rambut Hera agar tidak masuk ke dalam wastafel.

Karena sebelumnya Hera sudah memuntahkan seluruh isi perutnya. Alhasil, sekarang yang keluar hanyalah air.

"Apa kau tidak makan apa pun?" tanya Eros saat melihat Hera hanya memuntahkan air.

Hera yang masih merasa mual tidak sempat menjawab Eros.

"Sudah?" tukas Eros singkat.

Hera mengangguk lemah sembari membersihkan mulutnya dengan air.

Kini seluruh tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga karena perutnya kosong. Bahkan, dia kesulitan menahan beban tubuhnya sendiri.

Eros tiba-tiba menggendong tubuh Hera, dan membawanya ke tempat tidur.

"Kenapa kau sudah pulang? Ini masih siang," tanya Hera dengan mata kunang-kunang.

"Apa itu penting sekarang?" balas Eros.

Hera memejamkan mata sembari mengerang kesakitan. Raut wajahnya benar-benar pucat pasi.

Eros memindahkan Hera ke tempat tidur. "Tahanlah sebentar lagi. Dokter akan segera datang."

Dan tidak lama setelah itu, dokter pribadi Eros telah datang.

"Maaf, saya terlambat datang," ucap dokter itu dengan napas yang tidak beraturan karena berlari ke kamar Eros.

"Tidak apa-apa," kata Eros.

"Sekarang kau bisa mulai memeriksanya," imbuhnya.

Dokter itu mengangguk. Dia pun berjalan ke arah Hera dan mulai memeriksa kondisi wanita itu.

"Apa yang terjadi sebelumnya? Demamnya benar-benar tinggi?" tanyanya saat mengecek suhu tubuh Hera.

"Kemarin malam dia pingsan di bawah air shower," ungkap Eros.

"Berapa lama?"

"Aku tidak tau pasti. Karena saat aku masuk, dia sudah tergeletak di lantai," jawab Eros.

"Tapi sudah satu jam lebih dia berada di dalam," sambungnya.

"Saya mengerti," ucap dokter.

Selesai memeriksa Hera, dokter memberikan beberapa obat serta vitamin untuk Hera.

"Jika dalam beberapa hari ini demamnya masih belum turun, hubungi saya lagi," pesan dokter.

"Tapi kalau keadaannya justru semakin parah, segera bawa ke rumah sakit," lanjutnya.

Eros mengangguk.

Selesai mengatakan beberapa hal, dokter pun pamit pergi.

"Perutmu kosong. Jadi kau harus makan dulu sebelum minum obat," ujar Eros.

"Tenggorokanku sakit," lirih Hera.

"Kau harus makan," sahut Eros lugas.

"Kalau tidak bisa, tetap dipaksa," tegasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa Di Ujung Pena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang