PROLOG

59.4K 1.9K 48
                                    


ASSALAMUALAIKUM
SEMUAAA

Di salah satu ruangan rumah sakit, terdapat dua belah keluarga yang sendang berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di salah satu ruangan rumah sakit, terdapat dua belah keluarga yang sendang berkumpul.

Tidak, bukan karena ada saudara atau keluarga yang sakit melainkan adanya makhluk kecil yang telah lahir kedunia.

Suasana senang dan haru bercampur menjadi satu di ruangan itu.

Bayi perempuan dengan pipi tembam kemerah-merahannya, layaknya bayi yang tertidur dengan nyenyak tanpa tau ada yang menatapnya dengan sangat lekat.

Dia seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang sedari tadi berdiri di samping ranjang khusus bayi, menatap bayi berjenis kelamin perempuan itu.

Cukup lama memperhatikan bayi di depannya, tangan anak laki-laki bermata hitam pekat itu akhirnya bergerak masuk kedalam ranjang si bayi lalu mengelus pelan pipi sang bayi menggunakan jarinya, pergerakannya sangat lembut dan hati-hati seakan tidak ingin bayi itu merasa kesakitan karenanya.

"Ayah, Bunda. Siapa nama bayi kecil ini?" tanyanya pada kedua orang tua dari bayi di hadapannya.

"Gus kecil ingin tau namanya?" tanya ayah dari si bayi kepada anak sahabatnya.

Dia mengganguk cepat tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun pada si bayi perempuan.

Seketika mereka yang ada di sana terkekeh melihat kelakuan polos anak sahabatnya itu yang terlihat menggemaskan.

"Abi..." panggilnya.

"Iya, ada apa Alfarzan?" tanya Adnan, sang Abi.

"Bolehkah aku memilikinya?"

Pertanyaan tiba-tiba Alfarzan itu seketika mengundang keterkejutan kedua pasang orang tua yang ada disana. Mereka saling tatap satu sama lain.

Bagaimana bisa anak sekecil ini sudah meminta kepemilikan yang diatas umurnya, maksudnya meminta seorang bayi yang baru lahir?

"Kenapa kamu mau dia jadi milik kamu Farzan?" Aisyah kepada anaknya.

"Apa maksud kamu, menginginkan dia menjadi adik kamu?"

Umminya bertanya kembali, pertanyaan itu mewakili orang tua yang ada di ruangan itu.

Alfarzan menggeleng pelan lalu menjawab, "Aku sudah tidak sopan mengelus pipinya, dia bukan mahram ku."

"Bukankah aku harus bertanggung jawab?" Alfarzan bertanya dengan polos tanpa ragu.

Lagi-lagi mereka terkekeh gemas mendengarkan perkataan Alfarzan yang terdengar menggemaskan di telinga mereka.

Berbeda dengan seorang anak laki-laki yang sedari tadi menatap datar adiknya. Anak berusia 3 tahun lebih tua dari Alfarzan itu mendekat menghampiri adiknya kemudian mencubit pipi chubby itu.

Secret Love; Untuk Gus AlfarzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang