Istri Muda Pak Glen

77 3 0
                                    

          Namaku Nurul, karyawan sebuah perusahaan Advertising. Pekerjaanku adalah sebagai seorang receptionist.

          Di kantor ini, ada boss muda bernama Pak Glen, berumur sekitar 30 tahun. Berpostur tinggi besar, berwajah keras nyaris tidak pernah tersenyum dan sangat tegas.

          Pak Glen, tidak segan-segan memecat karyawan, yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi perusahaan.

          Karyawan yang tidak disiplin, apalagi tidak niat bekerja, tanpa alasan dipersilahkannya angkat kaki dari perusahaan.

          Beruntung wajahnya lumayan ganteng, sehingga kekejamannya di kantor sedikit tersamarkan. Terutama buat karyawan wanita sepertiku.

          Paling tidak, bila dia marah-marah---karena tidak puas akan pekerjaan yang aku lakukan---ada alasan untuk memandangi wajahnya yang ganteng dengan wajah memelas, memohon ampun dan menghiba.

          Khabar yang beredar, Pak Glen mempunyai istri muda. Gossip sudah menyebar seantero kantor ini. Bahwa, Pak Glen berpoligami dan mempunyai istri muda.

          Pagi itu---seperti biasa, sebelum jam kerja dimulai---aku, Ester, dan Joice, memulai rutinitas dengan sarapan di kantor. Kami makan di ruang meeting.

          Aku melahap semangkuk lontong sayur yang kubeli---di perempatan jalan---saat menuju kantor. Sambil menikmati makanan kita mulai ber-gossip. Nge-gossip-in siapa lagi, kalo bukan Pak Glen.

          "Seperti apa ya---kira-kira istri muda Pak Glen?" Kata Ester.

          "Pasti cantik, dan cewek cosmopolitan, yang tidak lepas dari gadget terbaru dan tas branded dari merek terkenal."

          "Emang kamu sudah pernah liat?" Kataku pada Joice. Temanku itu menggeleng.

          "Istri Pak Glen yang pertama itu baru berusia 24 tahun. Masih kurang muda apa?" Kata Joice lagi.

          "Mungkin, istrinya yang sekarang masih bocil kali? Laki-laki kok ngak pernah puas gitu, ya? Istri masih muda, tapi masih aja butuh istri yang lebih muda lagi," Ester nyerocos tidak mau kalah.

          Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang menuju ruang meeting. Dari balik pintu kaca terlihat Pak Glen datang dan membuka handle pintu. Buru-buru kami membereskan peralatan makan, dan menyembunyikannya di bawah meja ruangan meeting.

          Pak Glen paling tidak suka, bila ada karyawan yang makan di ruangan meeting---'Kan ada pantry dan ruang makan untuk karyawan---jadi hal ini bisa dikategorikan pelanggaran.

          Begitu dia menampakkan diri, kami serempak menyapanya. "Selamat pagi, Pak!"

          "Pagi," sapanya sambil menatap kami satu persatu, seakan-akan ingin mengatakan sesuatu. Lalu tatapannya tertuju ke arahku. Detik itu juga tenggorokanku tercekat, karena kupaksa menelan lontong sayur tanpa dikunyah.

          "Oh iya, Nurul---kamu receptionist kan? ke ruangan saya, sekarang," katanya padaku.

          Jantungku serasa meledak. Wajahku mendadak pucat. Aku disuruh ke ruangan Pak Glen? Pasti dia tadi melihat peralatan makan yang tersembunyi di sela-sela kedua kakiku. Dengan lemas, aku beranjak menuju ruangan Pak Glen.

          "Duduk."

          "Makasih, Pak," tatapku dengan wajah memelas. Kulirik lemari kaca---di samping kursi yang sedang aku duduki---untuk memastikan wajahku sudah benar-benar terlihat memelas.

          "Nurul---nanti saat jam makan siang, istri saya akan ke sini. Tolong kamu terima dia dengan baik. Dan apabila saya nanti sedang meeting, tolong kamu temani dia di ruangan saya."

          "Oh!---baiklah, Pak." Aku lega, ternyata bukan karena aku ketahuan makan di ruang meeting.
.

Siang itu ...

          Beberapa menit lagi, jam makan siang tiba. Aku tidak sabar menanti istri muda Pak Glen---yang katanya akan datang. Seperti apakah dia? Pasti seperti top model, dengan postur tubuh tinggi, langsing, putih dan rambut tergerai yang menebarkan aroma shampoo makarizo.

          Dan saat dia berjalan di depanku nanti, yang tercium adalah wangi parfume merek Issey Miyake atau Dolce & Gabana.

          Kemudian, dia akan duduk di ruangan kerja suaminya dengan memangku tas branded merek terkenal---LV, Gucci, atau Hermes---yang harganya puluhan juta itu.

          Kemudian dia akan menyilangkan kakinya, yang beralaskan high heel merek Salvatore Ferragamo.

          Prfff ... Semakin tidak sabar menanti kehadiran istri muda Pak Glen.
Jam makan siang tiba, tepat jam 12 siang. Istri muda Pak Glen, belum datang juga.

          Tidak lama kemudian, sebuah ojeg berhenti di pintu masuk kantor. Seorang wanita turun dari ojeg tersebut. Berumur sekitar 40-an tahun.

          Dia mengenakan baju atasan katun berwarna putih, dan rok bawahan panjang berbahan jeans. Menggunakan sandal merek Bata, buatan dalam negeri.

          Wanita itu tidak membawa tas, ia hanya mengempit dompet di lengan kirinya. Sementara tangan kanannya membawa rantang plastik---berwarna pink ndeso---bergambar bunga-bunga mawar.

          Duh ... siapa lagi ini, pikirku. Konsentrasiku buyar, gara-gara wanita ini. Acara menunggu istri muda pak Glen, jadi sedikit terganggu, karena kehadirannya.

          "Siang, Mba ... saya mau ketemu Pak Glen."

           Aku langsung melirik wanita yang berdiri di depanku. Siapa sih, dia? Tidak mungkin ini istri muda Pak Glen. Aku perhatikan dari umurnya, sepertinya lebih cocok menjadi ibu Pak Glen. Wajahnya biasa saja, dengan model rambut yang diikat seperti ekor kuda.

          Tidak membawa tas branded sama sekali, hanya membawa dompet bergambar Hello Kitty. Kakinya beralaskan sandal merek Bata. Sementara yang kucium bukan wangi parfume Issey Miyake, tapi bau minyak kayu putih cap Gajah. Dan dia bawa-bawa rantang lagi.

          "Pak Glen? Sebentar ya, Bu---dengan ibu siapa?"

          "Saya dari rumah, bawakan Pak Glen ayam bakar kesukaannya, buat makan siang."

           "Ooohh---iya. Pasti ibunya Pak Glen, ya? Tadi Pak Glen pesan ke saya, kalo istrinya akan datang. Memangnya ke mana istri Pak Glen, Bu? Kok tidak jadi datang ?"

           Wanita yang kuajak bicara itu, hanya tersenyum saja.

           "Mari, Bu---mari saya antar ke ruangan Pak Glen. Sepertinya beliau sudah selesai meeting-nya."

            Wanita setengah-baya itu, lalu mengikutiku dari belakang. Sesekali aku menengok ke belakang dan meliriknya. Dia tampak takjub, dengan segala sesuatu yang ada di kantor ini.

           Tidak lama kemudian, kita sudah berdiri, tepat di depan pintu ruangan Pak Glen. Dengan perlahan kuketuk pintunya.

          "Masuk."

          "Siang Pak---ada tamu dari rumah."

          "Oh---istriku sayang, jadi juga kamu datang," Pak Glen terlihat gembira, dan buru-buru dipeluknya wanita itu.

           Dengan sangat antusias, dibukanya rantang plastik yang berwarna pink ndeso, bergambar bunga-bunga mawar. Dan benar, isinya adalah ayam bakar, harumnya menyebar ke seluruh ruangan.

            Tak lama kemudian, terdengar sebuah lagu merdu---dari Almarhum Chrisye---yang berjudul 'Serasa' memenuhi ruangan.

             Istri muda Pak Glen, ternyata tidak muda. Pak Glen jatuh cinta pada wanita berpenampilan 'vintage'. Dan ternyata Pak Glen adalah pengidap Oedypus Complex.
---Ha-ha-ha-ha ...

______

Writen by. Coretan Embun

Pigura Antik [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang