Kekasih Abadi Renata

28 1 0
                                    

     Seorang lelaki berlumuran darah. Sebilah pisau dapur tertancap menembus jantungnya. Lelaki itu mengerang, lalu ambruk. Tangannya menggapai meminta pertolongan pada seseorang di hadapannya. Namun seseorang yang sedang berdiri di depannya hanya menyeringai memandang lelaki yang sedang sekarat itu. Kemudian diangkatnya bahu lelaki itu hingga muka mereka saling berhadapan.

     "Ini adalah balasan buatmu, keparat---kau telah meniduri kekasihku," lalu didorongnya badan lelaki yang sedang meregang nyawa tersebut, hingga ia pun kembali tersungkur di lantai rumah besar itu. Lelaki itu kemudian menghembuskan nafas terakhirnya, ia terbunuh dengan mata terbelalak.

     Kemudian pembunuh itu menyiram seluruh ruangan dengan bensin, lalu menyiramkannya pula ke sekujur tubuh tak bernyawa---yang tergeletak bersimbah darah---pada lantai yang dingin. Selanjutnya pembunuh itu mencabut pisau dapur yang tertancap pada dada lelaki yang baru ia habisi nyawanya itu.

__________

     Dari surat kabar, Renata membaca berita kematian kekasihnya Dio, yang terpanggang dalam rumahnya sendiri. Wajahnya tanpa ekspresi. Kemudian ia pun melenggang pergi meninggalkan unit apartemennya, sembari membuang surat kabar yang baru dibacanya ke tempat sampah.

     Hari ini Renata kembali bertemu Damara untuk yang kesekian kalinya. Damara kekasih baru Renata. Sambil menyulut sebatang rokok mild, Renata menyapu pandangan ke seluruh ruangan out door cafe. Tak berapa lama, Damara pun datang. Tanpa basa basi Damara langsung mendekati Renata. Mereka saling berciuman. Lalu Damara duduk di hadapan Renata sambil memandang gadis cantik itu.

     "Kamu cantik sekali," kata Damara penuh kekaguman. Renata mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu, aromanya menebar hingga menyesaki indra penciuman Damara. Renata mengedipkan mata. Mereka lalu meninggalkan cafe itu sambil berpelukan, menuju area parkir. Sambil berjalan, Renata berbisik mesra,

     "Ke mana kita akan pergi, sayang?" bisik Renata di telinga Damara.

     "Ke suatu tempat dan bercinta semalaman, di mana tidak ada seorang pun yang akan mengganggu," kata Damara sambil tertawa lepas.

     "Baiklah, tapi aku tidak membawa baju sepotong pun," kata Renata kemudian.

     ---Ha ha ha---kenapa bingung sih, nanti kita mampir untuk membelinya di mal itu," kata Damara sambil menunjuk sebuah mal yang mereka lewati.

     Tidak lama berselang, mobil yang mereka tumpangi lalu berbelok memasuki area parkir mal tersebut, lalu Damara memarkir kendaraannya. Mereka kembali berjalan berpelukan memasuki mal mewah itu. Di dalam mal yang sejuk karena pendingin udara, Renata mengambil beberapa lembar pakaian dan lingerie, kemudian menuju kasir.

     "Totalnya Rp.1.250.000," kata gadis kasir kepada Damara. Tiba-tiba ponsel Damara berbunyi, lelaki itu kemudian mengangkatnya.

     "Sayang---bayar dulu," kata Renata pada Damara. Lalu lelaki itu memberikan debit card-nya pada Renata.

     "Bayarlah sayang, pin-nya 122666," kata Damara pada Renata kemudian berjalan menjauh dari meja kasir. Wajah Damara terlihat memerah seperti menahan amarah. Setelah selesai melakukan transaksi pembayaran, Renata kemudian berjalan mendekati kekasihnya.

     "Ada apa, sayang---Kenapa berwajah masam seperti itu?" Ujar Renata kemudian.

     "Seseorang bernama Frans mengancam membunuhku, bila aku mengganggu kekasihnya," kata Damara geram, sesaat kemudian lalu tertawa.

     "Frans menelponmu?" kata Renata kemudian. Damara menyeringai.

     "Siapa Frans, sayang? Kekasihmu yang lain?" kata Damara acuh tak acuh. Renata hanya mengangkat bahu. Kemudian mereka tertawa.

     Tak lama kemudian mereka meninggalkan mal. Mobil Damara bergerak meninggalkan Jakarta menuju Bandung. Mobil yang mereka tumpangi lalu menuju sebuah villa yang sudah di booking sebelumnya. Sampailah mereka di sebuah villa yang dibangun di atas perbukitan dan sangat sepi. Jarak antara bangunan yang satu dan lainnya sangat berjauhan.

     Setelah mereka berdua memasuki villa tersebut, Renata lalu menuju ke dapur untuk membuatkan Damara segelas orange juice.

     "Minum ini, sayang---kamu pasti sangat kehausan," bujuk Renata sambil mengerling pada Damara.

     "Baiklah," kata Damara tanpa ragu, lalu diteguknya orange juice pemberian Renata.

     Tidak lama kemudian, mata Damara terbelalak. Dipandangnya wajah cantik Renata. Leher Damara terasa terbakar hingga ia tak bisa bicara sepatah kata pun. Kemudian lelaki itu berjalan terhuyung lalu ambruk di lantai. Renata menatap Damara yang terjatuh dihadapannya tanpa ekpresi.

     Tak lama kemudian terdengar suara seseorang mengetuk pintu villa. Renata membukanya dan Frans berdiri dengan menyerigai sambil memandang gadis cantik itu.

     "Sudah aku bereskan dia, Frans. Sekarang bantu aku membawa Damara ke mobilnya," kata Renata pada Frans. Mereka berdua lalu memapah Damara yang sudah tak bernyawa. Renata kemudian mengendarai mobil milik Damara menuju sebuah jurang di kawasan sekitar Kawah Putih yang sepi. Kemudian gadis itu menyiram sekujur tubuh Damara dengan Bensin sebelum menyulutnya dengan api. Tubuh Damara terbakar. Renata secepat kilat keluar dari mobil. Lalu dari arah belakang Frans mendorong mobil Damara hingga meluncur terjun bebas ke dalam jurang.

     "Kita pergi secepatnya dari sini sekarang," kata Renata pada kekasihnya Frans. Kemudian dengan tergesa mobil Frans lalu berjalan melesat meninggalkan Bandung menuju Jakarta.

__________

Di sebuah apartemen

     Di suatu pagi yang cerah, Frans memeluk kekasihnya Renata. Dipandangnya wajah cantik Renata dengan penuh kasih sayang. Lalu dibelainya rambut Renata kemudian diciumnya kekasihnya itu. Mereka kemudian membaca berita tentang seorang pengusaha kaya bernama Damara yang bunuh diri, dari surat kabar.

     "Renata kekasih abadiku, siapakah korbanmu berikutnya?" bisik Fransisca.

__________

Writen by. coretan_embun
Copyright 2013

Pigura Antik [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang