1. Wasiat

295 26 9
                                    

Rasa tegang menyelimuti tubuh Aldan, keringat dinginnya mengucur membasahi punggungnya, sesekali Aldan menarik dan menghembuskan napasnya perlahan. Seseorang di dalam sana masih enggan menampakkan batang hidungnya setelah mempersilahkan Aldan menduduki ruang tamu rumah dinasnya.

"Aldan,"

"Siap!" Suara Aldan nampak terkejut ketika namanya disebut secara tiba-tiba.

Si pemanggil nampak terkekeh melihat Aldan yang terkejut. "Maaf, makanya santai saja, saya tidak akan memerintah yang aneh-aneh." ucap Si Pemanggil.

"Panggil saya Bimo saja, rekan Saka, saya dan Saka seumuran dengan kamu juga." ucap Bimo yang baru saja memperkenalkan diri, sedangkan Aldan hanya menganggukan kepalanya.

"Masih ingat dengan Saka?" tanya Bimo, Aldan nampak berpikir beberapa saat.

"Izin, Bang. Bang Saka itu siapa?" tanya Aldan. Bimo tersenyum kemudian meraih ponsel yang tergelatak tepat dihadapannya, kemudian tangannya bergerak menyentuh dan mengusap layar ponselnya sendiri.

"Ini Letnan Satu Saka Adi Wijaya, masih ingat?" Wajah Aldan masih terlihat bingung saat Bimo menunjukan foto Saka yang masih ada di ponselnya.

"Ahh, ingatan mu buruk sekali, begini jadi tentara?" ucap Bimo dengan kesal dan sedikit menaikan nada bicaranya.

"Siap, salah." ucap Aldan singkat. Bimo hanya menghela napas napas kemudian kembali meluncur ke dalam ponselnya.

"Perempuan ini, masih ingat?" Kali ini Bimo menunjukkan foto perempuan muda yang sempat viral karena konten yang berisi 3 perempuan cantik berparas campuran Indonesia dengan Cina dengan goyangan khasnya.

"Ini yang suka goyang-goyang di youtube, Bang" ucap Aldan setelah meneliti wajah perempuan yang di tunjukan Bimo.

"Giliran cewe hafal." ucap Bimo menggerutu.

Dengan kesal Bimo membanting ponsel ke arah samping tubuhnya dan membuang map coklat berisi kertas yang cukup tebal di dalamnya. Aldan pun terkejut dengan perlakuan Bimo yang nampak kesal dengan Aldan, yang Bimo tau dari cerita Saka dulu, Aldan adalah laki-laki yang menjaga pandangan dan hatinya. Lantas laki-laki yang menjaga pandangan dan hati seperti apa yang tau 3 wanita bergoyang dengan gaya sensual? Bimo mulai meragukannya, tapi tugasnya disini hanya menyampaikan amanah dari sahabatnya.

"Izin, ini apa, Bang?" tanya Aldan.

"Buka aja sendiri, dibaca yang bener." ucap Bimo.

Aldan membaca dengan seksama, tangannya mulai bergetar saat namanya tertera di dalam kertas berisi banyak tulisan.

"Bang, ini benar?" Bimo hanya tersenyum melihat reaksi Aldan yang tertegun.

***

Aldan sampai di depan kediaman orang tuanya, tangannya bergetar untuk kesekian kalinya sebelum jarinya menyentuh gagang pintu. Aldan mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan beberapa kali sambil mengepalkan kedua tangannya yang masih bergetar.

Setelah siap. "Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Nira menjawab salam Aldan, ketika mata mereka bertemu, Nira memilih menghindar dan kembali melakukan aktivitasnya membantu Ibunya merapikan sisa-sisa arisan yang baru berakhir.

"Assalamualaikum, Ma." Suara Aldan kini lebih kuat dari sebelumnya. Wanita yang dia cari muncul dengan apron berbahan anti air.

"Waalaikumsalam, apa sih teriak-teriak?" Ucapnya dengan kesal, Aldan dengan raut bingung kemudian tersenyum sumringah, dia terlambat merubah raut wajahnya.

"Mama, masih sibuk? Ada yang perlu Aldan bantu? Aldan pulang hari ini, Ma." ucap Aldan sambil mengambil sisa gelas yang masih ada di atas meja tepat di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KHITBAH KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang