Chapter 2

148 16 1
                                    

"Kau akan menjadi Hokage,kan? Kalau begitu aku akan menjadi tangan kananmu dan bekerja keras untuk melindungimu!" 
                               .                                                                     .
                           .8_8.
                               .
                               .
Sejak Sarada ditetapkan menjadi calon hokage, semenjak itu juga Sarada dilatih berbagai macam ilmu hokage, yang dibimbing oleh Kakashi Hatake sang hokage terdahulu.

Dua berlian berwarna gelap sayu miliknya itu mengerjap beberapa kali. Marasa lelah dengan pelajaran hari ini yang terus ia jalani beberapa minggu belakangan. Membuat otaknya selalu pusing tak kala hatinya yang gundah dipaksa berpikir. Sarada ingin melepaskan penatnya dengan meminum bergelas-gelas bir. Tentu saja ia harus mencari sahabatnya itu untuk menemaninya ke bar langganannya.

Belum setengah jalan Sarada berjalan menuju kediaman keluarga Akimichi, ia sudah mendapati Chocho yang sedang berjalan kearahnya. "Yo Sarada, mau minum lagi ya? hahaha." Sapa Chocho diselingi tawa.

"Ya begitulah. Jadi, kau mau menemaniku kan?"

"Tidak bisa, aku sedang ada urusan lain yang menungguku. Maaf ya!"

"Oh ya, tidak apa-apa." sahut Sarada. Sedikit merasa kecewa.

"Sudahlah, jangan sedih. Aku punya kabar penting untukmu." Chocho menyemangati sambil memegang sebelah bahu Sarada.

"Apa itu?"

"Boruto berpesan padaku, ia ingin berbicara hal penting padamu di patung hokage sekarang juga!" Ucap Chocho.

Sarada lantas kaget mendengarnya kemudian berucap. "Aa-apa sekarang!" tanya Sarada sedikit tak percaya.

"Iya sekarang!" Chocho menjawab serius.

"Baiklah kalau begitu aku pamit dulu. Sampai ketemu lagi Chocho." Pamit Sarada lalu berlari meninggalkan Chocho yang hanya diam ditempat dengan senyum yang mengembang.

"Berjuang lah Sarada! Semoga kau berhasil mengatakannya." Gumam Chocho.

                               .8_8.

Sunset atau suasana saat matahari terbenam, adalah hal yang paling disukai Sarada. Ia suka saat detik-detik sang swastamita turun dari bentangan langit kirana orange dan akan digantikan sang rembulan. Suasana seperti itu membuat hatinya tenang.

Sebagaimana kini saat ia berlari, suasana senja itupun masih lah merekah ditempatnya. Kakinya berhenti bergerak ketika sudah dirasa sampai tujuan. Iris Obsidiannya menangkap sesosok pria yang menjadi alasan gundah gulananya itu.

Pria berperawakan dewasa serta bersurai blonde itu membelakanginya dengan duduk santai diatas kepala patung hokage ke 7.

"Sudah datang ya, mari duduk sini." Pria itu, Boruto melirik kearah Sarada sambil menepuk-nepuk samping tempat ia duduk. Sarada hanya mengangguk lalu cepat menuruti isyarat Boruto. Meskipun duduk keduanya bersampingan tetapi terdapat jarak yang cukup jauh memisahkan mereka.

Dua insan berbeda gender itu  memandang lurus kedepan melihat  langit yang semakin menguning. Hening nan lenggang yang mendominasi suasana disana. Keduanya belumlah lagi memulai perbincangan, masihlah hanyut dalam senandika masing-masing.

Ekor mata malam Sarada beberapa kali melirik kesamping tempatnya duduk. Sedikit curi-curi pandang pada sesosok elok sang pemilik hati itu. Tubuh yang tegap dengan surai pirang jabrik yang melambai-lambai terkena desiran angin, menambah kesan menawan pada sang empu.

Saigo No Hyōgen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang