.
.
Mencintai itu Luka, terlepas dari mana cinta itu datang Renjun sudah kepalang mati rasa. Walaupun kedua orang tuanya Keukeh membantu menghilangkan trauma masa lalu hal itu tetap susah baginya untuk kembali membuka hati.
Renjun dan kawan-kawan.
Timeline di cerita ini sekitar 4 sampai 5 tahun dari cerita sebelah.
Ceritanya lebih ringan dan gak terlalu angst.
Banyak typo, dan masih perlu revisi'Ω'
.
Happy Reading
Enjoy :)
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seharusnya ia menyadari lebih awal bahwa menjadi normal adalah hal yang menyenangkan.
- Nakamoto Renjun
.
Lelaki itu menghembuskan napas berat saat menginjakkan kaki di bandara internasional Shanghai. Program beasiswa yang sebenarnya sangat enggan untuk dia ambil karena harus berada jauh dari orang tuanya.
"Sudahlah jalani saja, hanya satu semester kau harus bertahan" Siyeon gadis berambut panjang itu menepuk pundak lelaki jangkung di sampingnya mencoba menenangkan.
Yah, Siyeon tahu jelas seberapa kuat lelaki itu menolak beasiswa ini sebelumnya. Namun dukungan dari beberapa orang terdekat membuat lelaki itu mau tidak mau menerima beasiswa tersebut.
"Jangan banyak bicara dan jalan dengan benar, Siyeon~aa. Jika bukan karena kau mendaftarkanku aku tidak harus kemari". Siyeon terkekeh menatap ekspresi marah lelaki itu.
"Siapa tau kau akan mendapatkan jodoh disini, jika itu nyata kau harus berterima kasih padaku yah" Lihatlah bukankah pemandangan marah dari lelaki itu sangat menggemaskan.
"Tidak mungkin, sudahlah jangan dekat-dekat denganku" Siyeon sudah terbiasa dengan penolakan. Tetapi bukan Kim Siyeon jika menyerah begitu saja.
"Kau tidak melihatku, aku bisa saja jodohmu tau. Siapa tau sepulang dari China kau akan menikahiku karena jatuh cinta padaku" Lelaki itu memutar bola mata malas mendengar ucapan tidak masuk akal Siyeon.
"Jika aku menikahimu, itu artinya tidak ada pilihan lain di dunia ini selain dirimu".
***
Pagi ini Renjun tidak ada jam yang mengharuskan dia untuk datang ke kampus maka hari ini ia menggeser janji temu untuk terapi dua hari ke depan, dan kebetulan Dokter Lai menyetujuinya dan tidak masalah dengan itu.