-2-

297 25 2
                                    

.

Masih butuh revisi, typo bertebaran

.

.

Happy Reading

Enjoy :)

.

.

Yuta baru sampai dua jam yang lalu. Perjalanan bisnis yang sangat tidak menyenangkan. Winwin yang baru kembali dari kebun yang tak jauh dari rumah mereka cukup tergesa-gesa karena melihat mobil Yuta sudah terparkir rapi di garasi. Ia cukup penasaran dengan sesuatu.

Ia benar-benar tidak melihat Junho, artinya suaminya itu benar-benar merealisasikan perkataannya untuk membawa Junho ke Korea. Dan memberikannya kepada ayah kandung Junho.

"Bagaimana? Dia tidak menolaknya? apakah hubungan kalian juga membaik" Yuta mendengus itu hal yang tidak mungkin. "Apa dia punya alasan untuk menolaknya? tentu tidak dan mana mungkin semudah itu. bukan karena aku memberikan kesempatan dia membawa Junho aku dan dia jadi kembali berteman, aku melakukannya demi putraku".

Winwin mengangguk ia mendekat dan berusaha meningkatkan suasana hati Yuta. Suaminya itu sebenarnya sangat tidak rela untuk memberikan kesempatan lelaki itu untuk merawat Junho. Bagaimanapun cerita dibalik kelahiran Junho, Yuta tidak dapat menyangkal jikalau dia memang menyayangi cucunya.

"Dimana Renjun? aku tidak melihatnya?" Yuta sudah mengecheck kamar putranya sebelumnya ia hanya melihat satu lukisan baru yang hampir selesai dan catnya terasa masih basah.

"Dia berjalan-jalan dengan Jaemin, jadi aku mengizinkannya. Lagipula sudah waktunya untuk Renjun kembali ke kehidupannya yang semestinya. Selama ini dia terlalu memaksakan dirinya sendiri" Yuta mengangguk, dia bisa tenang sekarang. Selama ini dia terlalu banyak merasa khawatir. Dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apa selama ini dia terlalu keras menghukum Renjun, putranya.

Kesalahan itu terlalu fatal. Hubungan keluarganya sempat buruk. karena kefrustasiannya saat itu ia memukuli putranya yang bahkan sedang mengandung dan butuh sandaran darinya. Permasalahan mental Renjun sudah lebih baik setahun belakangan. Yuta bisa bernapas lega sekarang.

"Winwin, tolong ingatkan aku jika aku keterlaluan mendidik Renjun" Winwin mengangguk, sudah semestinya begitu jika Yuta terlalu keras maka Winwin yang akan menjadi tameng untuk putranya. Putra tungal mereka.

Selama pengobatan Renjun dan putranya mulai terbuka. Banyak hal dan fakta yang mereka berdua terima sebagai orang tua yang gagal. Renjun menjadi seperti itu karena kerenggangan keluarga mereka. Yuta dan dirinya yang egois pada saat itu sehingga tidak memberikan perhatian yang cukup untuk Renjun, Sehingga ia mencari sesuatu yang seharusnya ia dapatkan dari orang tuanya pada orang lain.

"Jangan terlalu khawatir, Yuta. Semuanya akan baik-baik saja. Renjun akan sembuh" sebagai orang tua mereka mencoba untuk memberikan yang terbaik kepada putra tunggal mereka. Sebagai rasa penyesalan dan bersalah mereka kepada Renjun. Secara tidak langsung mereka lah yang bertanggung jawab atas segala yang terjadi pada Renjun kini.

"Yah, semuanya akan baik-baik saja. Apa terapinya berjalan dengan baik? Dia juga jarang kambuh akhir-akhir ini" Winwin yang mulai melangkah ke dapur untuk membawakan kudapan kembali memutar tubuhnya demi melihat wajah Yuta yang kini kembali khawatir.

"Tenang saja, Dokter Lai mengatakan tidak ada hal buruk. Akhir-akhir ini Renjun juga mulai terbuka, menerima Nana dan mulai bergaul dengan baik. Tapi sebagai antisipasi kita tetap harus menyingkirkan benda-benda tajam" Yuta tersenyum tenang mendengarkan jawaban istrinya. ia mendekati Winwin dan memeluknya dari belakang, ia merasa Winwin adalah tempatnya pulang tempat dimana ia bisa merasakan ketenangan walau hanya mendengarkan kata-katanya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang