.
.
Mencintai itu Luka, terlepas dari mana cinta itu datang Renjun sudah kepalang mati rasa. Walaupun kedua orang tuanya Keukeh membantu menghilangkan trauma masa lalu hal itu tetap susah baginya untuk kembali membuka hati.
Renjun dan kawan-kawan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hidupmu bukan hanya milikmu seorang
-Anonim
.
Renjun menghela napas lelah, menatap sosok babanya yang kini berada di ruang tengah. Ia juga tidak melihat Junho disana. Belum apa-apa Renjun sudah rindu berat dengan batita itu.
"Makan malam sudah siap, loh Na Jaemin sudah pulang" Buna Winnie menatap putranya yang pulang sendirian, membawa banyak paperbag di tangan kanan dan kirinya.
"Yah, tadi dia menitipkan salam pada buna dan juga baba, aku akan membersihkan diri dulu sebelum makan malam" Yuta tidak bersuara hanya menatap Renjun hingga hilang dari pandangannya.
"Kenapa lagi dia?"
Winwin menatap Yuta yang bertanya-tanya dengan tingkah dingin Renjun, wajahnya menunjukkan ekspresi bingung juga berusaha mengamati ekspresi putra semata wayangnya itu. "Kenapa apanya?", Bertanya kembali saat tidak menemukan jawaban dipikirannya.
"yah seperti itu, Apa dia tidak bersenang-senang saat pergi keluar?"
"Aish, kenapa kau tidak bisa melihat situasi, putramu itu pasti sedang memikirkan Junho putranya karena melihatmu. Kau sih membuat keputusan memisahkan anak dengan ibunya." Yuta memeluk Winwin gemas, melihat wajah kesalnya karena Yuta.
"Yah bagaimana lagi, aku terpaksa melakukannya. Semua ini demi putra kita"
***
Guanlin tersenyum menatap ponselnya. Sudah beberapa bulan mengagumi pasien gegenya itu akhirnya ia mendapatkan nomer ponselnya, tentu saja dengan melakukan misinya diam-diam, ia mengotak atik ponsel gegenya yang kebetulan tertinggal dan mengirim kontak Renjun ke roomchattnya kemudian membersihkan jejaknya.
Ia bertanya-tanya kenapa Renjun begitu dingin. Padahal ia tidak masalah sama sekali dengan kehadiran Junho. Ia menyukai apapun yang ada di diri pria manis itu.
Sepuluh menit dua puluh menit, ia mulai tidak sabaran, kenapa tidak segera dibaca?.
Apa yang sebenarnya membuat ia bisa jatuh cinta? Itu mungkin hal yang tidak pernah ia duga-duga sebelumnya.