8

3.5K 423 3
                                    

Berbulan berlalu, kondisi Jaemin sudah mulai menbaik.

Fisiknya, hanya fisik Jaemin yang membaik.

Psikis anak rusak, dia tidak berperilaku seperti biasanya, tidak mengoceh lagi, tidak banyak bertanya lagi, tidak lagi memamerkan senyum bahagianya, dia total hanya diam dengan tatapan kosong.

Dia akan ketakutan bila mendengar sedikit saja suara yang keras, entah itu troli yang di dorong atau suara dering ponsel.

Jaemin senantiasa ketakutan, pandangan kosongnya penuh ke hati-hati an.

Seakan akan ada orang di depan matanya yang akan menikam sadis jantung anak itu hingga tewas.

Lydia menjadi sedih karena itu, dia sendiri tau bagaimana cerianya Jaemin dan melihat Jaemin seperti ini membuat perasaan Lydia sakit. mental Jaemin pasti sangat terguncang.

Sudah 2 psikolog yang dibawakan Deran suaminya untuk menyembuhkan luka jiwa Jaemin, sedikitpun tidak ada kemajuan maupun perubahan.

Jaemin setiap malam akan histeris memohon ampun dan maaf entah kepada siapa, anak itu terus ketakutan tidak hanya dalam keadaan sadar namun juga dalam tidurnya.

Nia meminta maaf akan kegagalannya untuk mencoba mengobati Jaemin, dia menjadi sangat tersentuh saat mendengar latar belakang Jaemin sebelumnya.

"Saya memiliki teman yang juga seorang psikolog, dia baru saja pulang dari Cambridge kemarin malam, jika diperkenankan saya ingin memintanya untuk kemari dan mencoba merawat putra nyonya" Lydia mendengarkan ucapan Nia penuh harap.

"Bawakan dia kemari, sah kan berapapun uang yang dia minta asal putra saya dapat kembali seperti dulu" Deran menjawab penuh kepastian.

Nia mengangguk kemudian memohon izin permisi untuk keluar dari ruangan itu.

Deran mendekati Jaemin yang terduduk sembari melamun kosong, perlahan Deran mengangkat tubuh Jaemin dan menggendongnya koala kemudian menimang nyaman tubuh itu.

Hanya itu yang bisa diterima Jaemin sejauh ini, Jaemin hanya diam ketika orang-orang yang sudah Jaemin kenal wajahnya menggendong tubuhnya.

Awalnya Jaemin memberontak histeris, namun mereka sama sekali tidak menyerah dan berusaha terus menerus agar Jaemin setidaknya menerima sentuhan mereka.

Deran menimang sayang tubuh Jaemin, menyalurkan perasaan tenang dan mencoba mengajak Jaemin berbicara meski anak itu tidak sekalipun menanggapi.

Jaemin hanya diam.

Lydia senang tatkala anak dan suaminya menerima Jaemin dengan penuh kasih sayang, Lydia berjanji dan membuktikan bahwa dia akan memberikan kebahagiaan untuk Jaemin setelah ini.

Jaemin hanya boleh berbahagia setelah ini, pikir Lydia berambisi.

¤

¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia Berakhir. | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang