2 •HumaLana•

9 0 0
                                    

SEBELUM BACA, JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA YA! NGGAK LAMA KOK~

MAKASIH

----------------

"Dengarkan! Jangan asal tuduh, jika tidak ada bukti yang utuh."

-----------------

-----------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ceklek

Ruangan yang terang yang pertama kali laki-laki itu lihat setelah membuka pintu. Ia tersenyum tipis mengingat alasannya.

"Dek! Bangun dek! Sholat subuh!" Iqbal menepuk lengan Lia pelan.

"Iya kak!" Lia bangun dari tidurnya.

Nah kan! Kalau ngebangunin nya pakai suara lembut yang enak didengar, Lia bakal cepet bangun. Nggak marah-marah kayak bunda.

Lia berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang masih berusaha ia buka. Iqbal tertawa melihat tingkah adeknya itu.

"Awas nabrak!"

Bruk

Telat. Lia sudah terlanjur menabrak sesuatu. Matanya langsung terbuka dengan lebar.

"Makanya, matanya dibuka dulu dek. Nabrak pintu kan, jadinya."

"Mm, aku kira pintunya udah kebuka." Lia melanjutkan niatnya untuk wudhu, tapi...

"Kak, aku enggak sholat dulu." Lia menyembulkan kepalanya sedikit dari balik pintu kamar mandi. Iqbal yang sedang duduk di atas kasur Lia mengangguk mengerti.

Setelah Iqbal meninggalkan kamar, Lia kembali lagi ke kamar mandi bermaksud memulai ritual paginya bersama air.

••• [HumaLana] •••

"Hai Lia!" sapa seorang perempuan. Yang Lia tahu, dia adalah kakak kelasnya.

"Hai," jawab Lia agak malas. Tak mungkin ia tak menjawab sapaan itu.

"Aku duduk di sini ya?" Orang itu seolah bertanya, tapi tanpa menunggu jawaban ia langsung duduk di samping Lia.

Lia melirik ke arah Nurul dan Alis sebentar. Mereka berdua terkekeh melihat muka masam sahabatnya.

"Lia, aku pengen nanya dong?" Lia meliriknya sekilas, lalu berdehem menyetujuinya.

"Makanan kesukaan Iqbal, apa sih? Aku mau buat bekal, tapi nggak tahu kesukaan dia itu apa," ucapnya memulai pertanyaan.

"Nasi," jawab Lia sambil melahap makanannya.

"Kalau nasi semua orang juga suka."

"Ada tuh yang nggak suka. Malah suka kentang daripada nasi." Lia tiba-tiba mengingat teman kelasnya yang sangat takut dengan nasi. Katanya dia selalu terbayang kalau nasi itu sedang menangis.

HUMALANA (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang