Vote dulu sebelum baca, kak 🧚🏻♀️✨
Agya kebangun dari tidurnya dan posisi dia sama Eriq gak berubah sama sekali. Eriq masih setia meluk badan Agya. Ini baru jam 5 pagi, Agya gak mau ngebangunin Eriq tapi dia sendiri harus segera bangun biar bisa siap-siap sekolah. Pelan-pelan Agya mindah tangan Eriq yang mengalungi pinggulnya, setelah berhasil barulah Agya beranjak dari kasur pula. Pemuda itu menjalani rutinitas pagi seperti biasanya. Pas udah pake seragam, Agya mutusin buat bangunin Eriq. Dia pengen sarapan bareng.
"Bang, bangun." Agya menggoncang badan Eriq dengan lembut, tapi gak ada respon khusus dari Eriq, cuma ada pergerakan kecil dan dia gak bangun.
"Baaang ... bangun, dong. Udah pagi, nih."
"Hm, belum siang ini."
"Ck!" Agya kesel. Akhirnya anak itu mutusin buat pake cara nakal. Bukan, Agya bukan mau mainin adik Eriq yang di bawah sana. Dia lebih milih ngelumat bibir Eriq lalu digigit kuat sampai Eriq kesakitan.
"Emh! Sakit, njir!" Eriq seketika bangun, bibirnya jadi nyut-nyutan pasca digigit.
"Makanya kalo dibangunin, tuh, bangun."
"Haduh, iya-iya." Eriq beralih dari kasur dengan malas. Dia berjalan gontai ke kamar mandi buat nyuci muka. Selesai dari sana, Eriq memasang kembali hoodie-nya tadi malam.
"Sarapan bareng dulu, ya."
"Kaga, dah. Lu aja yang sarapan, ntar gua tungguin sekalian mau nganter lu ke sekolah juga."
Agya ngepout. "Idih, masa gitu. Gua kan pengennya sekali-kali sarapan berdua. Bosen tau tiap hari sendirian."
Eriq ngehela nafas. Dia jadi gak tega kalo gini caranya. "Yaudah, gua temenin lu sarapan."
Agya seketika bersemangat kembali. Mereka segera menuju dapur. Makanan udah tersedia kaya biasanya. Agya ngambilin piring buat dia sama Eriq. Segala sesuatunya udah Agya yang atur, Eriq tinggal makan.
"Gya."
"Heum?" Agya baru aja pengen mulai makan tapi harus terjeda gara-gara panggilan Eriq. Muka Eriq keliatan serius banget, Agya jadi takut sendiri liatnya, takut Eriq bakal ngomong yang aneh-aneh.
"Lu mau nikahan pake adat apa? Udah cocok banget jadi bini gua, njir!"
Ekspresi Agya langsung flat. "Bangke lu, gua kira pengen ngomong paan kaya serius banget, taunya bercandaan gitu."
Eriq terkekeh. "Mau dianggep serius juga gak papa padahal."
"Bacot, bacot. Buruan makan, ntar gua telat."
Eriq setuju buat segera nyantap makanannya. Pada awalnya mereka sibuk menikmati, tapi Eriq kurang suka diem-diem aja jadi dia mulai buka suara lagi.
"Makanan ini lu yang masak?"
"Bukan, ini mama yang masak."
"Oh terus sekarang bokap nyokap lu kemana? Kok gak sarapan bareng kita? Gua pengen kenalan padahal."
Agya ketawa kecil. "Mereka gak makan makanan di rumah. Tiap pagi selalu berangkat cepet, mama cuma sempet masak gak sempet makan. Setau gua mama sama papa lebih suka sarapan di kantor. Sabar, ya, Bang, kapan-kapan aja lu kenalan sama ortu gua."
"Iya, sorry gua ngomongin sesuatu yang berhubungan sama ranah pribadi."
"Sans, lu kan udah tau banyak soal gua. Kita udah kenal lama, jangan ngomong seolah-olah kita ini baru kenal cuma gara-gara kita ketemuan secara langsungnya baru beberapa bulan terakhir." Agya menyentuh punggung tangan Eriq. "Lu masih Eriq yang sama, Eriq yang jadi tempat gua buat berbagi kisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Batas {BXB} (Completed)
Teen Fiction"Mau gua kenalin dunia baru, gak?" "Dunia baru?" "Iya ... Dunia baru." Agya menyeringai penuh arti ngebuat 4 temennya yang lain jadi bingung. © Cybelyn11