14

72 9 0
                                    

(Ovi part)

Ovi akhirnya bernafas lega, saat Vino pergi dari hadapannya. Tersisa mereka bertiga, dengan kepala Bimo dan Shella yang bertanya-tanya ada apa sebenarnya terjadi.

Apa yang tidak mereka ketahui?

Rasanya Shella ingin mengajak Ovi baku hantam. Selalu saja tidak mau bercerita dengannya.

"Kenapa sih Vi?" tanya Shella penasaran. Ovi menghela nafas gusar, akibat dari kekesalannya terhadap Vino jadi ia kelepasan seperti tadi. Ovi menggeleng cepat sebagai jawaban, dirinya tidak akan membuka aib dari seorang Vino. Walaupun hanya bercerita kepada Shella.

Shella berdecak kesal, "gitu ya lo ama gue sekarang. Ga mau cerita apapun ke gue lagi," sinisnya. Ia merasa kesal dengan Ovi.

Walaupun ia tahu tidak semua hal harus Ovi bicarakan dengan nya.

Tapi kan dia penasaran. Siapa tahu dapat membantu adiknya itu.

Ovi menghela nafas berat, "engga ada haknya gue cerita tentang kehidupan Vino."

Bimo dan Shella saling pandang. Seakan satu pikiran, dua orang itu menyeringai tipis. Jika tidak diberi tahu, maka mereka akan mencari tahunya sendiri!

Ovi mengaduk minuman nya dengan malas, perasaannya berkecamuk. Ada yang hilang tapi bukan duit seribu koin. Ia merasa kosong tapi harus mengikhlaskan. Daripada jadi pelakor.

Matanya tak sengaja menatap sosok yang berdiri tidak jauh dari mejanya. "Nia," gumamnya pelan. Hatinya sedikit sakit melihat cincin yang berada di jari manis kiri Nia.

Sangat persis dengan yang Vino kenakan sebagai kalung.

Vino menyembunyikan nya, namun Ovi dapat mengetahuinya tanpa diberi tahu.

"Gue ke toilet dulu," pamit Ovi kepada Bimo dan Shella yang asik bercengkrama. Ovi beranjak dari tempat duduknya, berjalan menjauhi kantin menuju toilet.

Shella dan Bimo tersenyum misterius.

"Jadi ...." Shella menggantungkan ucapannya. Bimo tertawa kecil, mengacak-acak rambut Shella dan mencubit pipi Shella gemas. Shella mencebikkan bibirnya, tangannya ia layangkan untuk menampar wajah Bimo. Bimo meringis sakit, mengusap wajah nya yang ditampar oleh Shella.

"Makanya jangan asal cubit," kesal Shella. Kan kaum physical touch kek gue meleleh.

"Mulai besok kita bakal selidiki rahasia Vino," ucap Bimo penuh tekad. Shella tertawa kecil dibuatnya. Shella menyodorkan tangannya sebagai pertanda mereka kerja sama. Dibalas oleh Bimo jabatan tangan Shella.

Shella menarik tangan nya dari Bimo, namun Bimo malah mencium tangannya mesra. Rona merah tiba-tiba hadir di pipinya hingga telinga. Dengan kesal, Shella memberi tabokan di kepala Bimo.

Kayaknya bukan physical touch deh. Tapi, physical attack.

Bimo kembali meringis dan melepaskan tangannya dari Shella. Shella mendumel dan beranjak dari sana meninggalkan Bimo yang masih meringis sambil mengelus kepalanya.

"Salah gue apa ya?"

*****

Ovi selesai dengan urusan toilet nya. Keluar dari toilet, dilihatnya koridor telah sepi. Mungkin mereka semua sudah masuk kelas masing-masing.

Mengedikkan bahunya acuh, matkul pagi ini telah selesai. Dirinya berniat untuk pulang ke rumah, merebahkan diri di kasur empuknya.

Melangkah menuju lokernya berada namun tangannya di cekal oleh sesosok yang membuat nya muak dengan orang itu.

"Lepasin Vino!" sentak Ovi memberontak agar tangannya terlepas dari cekalan tangan Vino.

"Ga bakal lepasin sebelum lo tarik kata-kata lo waktu Bimo balapan," paksa Vino semakin mengeraskan cekalan tangannya.

Ovi meringis kesakitan, sialan orang ini.

Tidak ada cara lain, tangan kanannya ia gunakan untuk menonjok Vino hingga laki-laki itu melepaskan cekalannya, Vino sedikit terhuyung ke belakang.

"Bajingan! Mati aja lo bangsat, ga usah ganggu gue lagi!" marah Ovi. Matanya menatap tajam Vino yang sedikit kesakitan karena ulahnya.

Ovi berjalan menjauhi Vino. Laki-laki gila itu membuatnya kesal setengah mampus. Lagi-lagi Vino menarik tangannya, Ovi terhuyung ke belakang.

Dengan gerakan cepat, Vino memeluk pinggang Ovi. Merapatkan tubuh gadis itu ke tubuhnya. Vino seperti psikopat cinta yang memaksakan kehendaknya demi cinta!

Ovi benar-benar kesal dibuatnya, dalam pelukan Vino, Ovi terus memberontak untuk dilepaskan. Tangan nya sudah diapit oleh Vino.  Tidak ada lagi jarak mereka berdua. Helaan nafas Vino membuat Ovi merinding seketika.

"Brengsek! Lepasin gue," ketus Ovi sambil memberontak untuk dilepaskan. Vino terkekeh kecil, "ga akan bisa lo lepas dari gue, Vi." Ucap Vino dengan suaranya yang dalam. Sialan! Bagaimana bisa Vino bersuara seperti itu disaat seperti ini.

Mata Ovi membola saat Vino dengan sengaja mencium pipinya.

Sungguh najis perbuatan dari Vino kali ini. "Brengsek, lepasin gue sialan! Inget bini lo Vino anjing!" maki Ovi. Kakinya sengaja menendang aset pria itu.

Senyum Ovi merekah saat mendengar ringisan dari Vino. Pelukan laki-laki itu terlepas membuat Ovi berlari cepat menjauhi Vino gila itu!

Vino meringis kesakitan di tempatnya. "Akhh, Ovi sialan! Lo bakal tetep jadi milik gue." Seringaian tipis hadir di bibir pria itu. Jelas-jelas dia sudah punya istri. Namun kelakuannya seperti bajingan brengsek yang tidak puas dengan satu wanita.

Ovi mengumpati kelakuan Vino yang kurang ajar itu. "Babi! Anjing! Brengsek! Bajingan! Biadab! Sialan emang tuh Vino es kap. Amit-amit gue ama tuh orang, iww. Gue harus mandi nih," cerocos Ovi sambil memaki maki Vino.

Kesal sekali dengan kelakuan seenaknya Vino. Tidak sadar diri jika laki-laki itu sudah punya istri satu.

Ovi membalikkan badannya, melihat sekelilingnya berjaga jaga agar Vino tidak menyusul. Tapi, matanya melihat Nia yang tidak jauh dari toilet tadi.

Perasaan nya tidak enak, "dia ngeliat?" gumam nya.

Jika Nia sampai melihat dan membencinya dapat dipastikan Vino lah penyebab nya.

Manusia biadab itu harusnya dimusnahkan dari bumi.

Ovi sampai di loker, membuka nya dan mengambil tas serta barang-barang nya yang lain. Setelah itu, dirinya melangkah menuju parkiran motor. Pulang dan langsung mandi adalah pilihannya kali ini.

Tak sengaja saat melewati perpustakaan, diri nya melihat Vino dan seorang gadis yang tidak ia ketahui sedang bercumbu ria.

"Bajingan biadab! Orang-orang kek gini kenapa matinya lama sih?!"

Bersambung...

The best sister [on going] || hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang