8

153 10 3
                                    

Glo berjalan menuju perpustakaan, sendirian. Berpura-pura meminjam buku dan tidur. Pintar, bukan?

***

Sudah dua jam setelah bel pulang sekolah berbunyi. Siswa-siswi dan guru-gurupun sudah tiba ke rumah masing-masing dengan selamat.

Notification LINE berbunyi di hp Glo. Grup.

Reinhard: Makan siang yuk.

Kevinnn: Dimana?

Reinhard: Di PH kek, di restoran mana kek, dimana aja pokoknya. Ayolah. Suntuk banget ini di rumah.

Alicia: Tau aja lo, gue lagi malas makan di rumah.

Gloria Wsksr: Sekarang, kan? Gue siap-siap, ya.

Kevinnn: Siap-siap gih. 15 menit lagi aku jemput.

Reinhard: Diantara lo semua, Kevin emang yang terbaik. 15 menit yaaaa.

Kevinnn: Njir apaan lo. Gue ngomong ama cewek gue.

Reinhard: Lo mah gitu. Nggak bisa biarin gue seneng.

RaditiaD: Lice, 10 menit lagi aku ke rumah kamu. Nggak boleh bawa mobil sendiri.

Reinhard: Selalu gini sih emang. Gue sama angin aja, udah.

Jadilah siang ini mereka makan siang bareng. Setelah menghabiskan makanan mereka, mereka masih duduk sejenak. Tungguin makanan turun sih, kalo katanya Radit.

"Hei, I have to say something," ujar Alice.

Mereka serempak terdiam dan menatap Alice.

"Apaan sih, serius banget?" tanya Radit.

"Gue bakalan pindah sekolah ke Paris," tutur Alice.

"HAH?" suara mereka meninggi secara serempak.

"Kamu kok nggak pernah ngomong ke aku?" tanya Radit.

"Emangnya kenapa, Lice?" tanya Glo.

"Kok bisa?" tanya Kevin.

Alice terkekeh pelan dan menggenggam tangan Radit. "Sorry, Dit. Aku juga baru tau kemarin malam. Kakak sepupuku di Paris bilang kalo orangtuaku suruh dia ngejaga aku dan dia nggak bisa ke Indonesia. And then, aku yang harus ngalah," jelas Alice.

"Lo bener-bener harus pergi, ya, Lice?" tanya Glo.

Alice hanya tersenyum. Dan mengangguk.

"Gue nggak yakin, tapi kayaknya banyak yang perlu kita omongin," ujar Radit yang langsung menarik Alice pergi dari situ.

"Alice punya sodara di Paris?" tanya Glo.

"Kelihatannya Radit aja nggak tau," gumam Kevin.

"Toilet bentar, ya," ujar Rejo.

***

Radit menarik tangan Alice ke taman dekat tempat mereka makan.

"Sakit, Radit," sungut Alice sambil menghempaskan tangan Radit.

"Kamu kenapa sih, Lice?"

"Aku kan udah jelasin tadi disana. Kamu nggak ngerti apa gimana, sih?"

Radit terkekeh perlahan. "Sodara? Paris? Kok aku nggak tau apa-apa? Kita 8 bulan pacaran dan aku nggak tau apa-apa? Apa kamu bahkan nganggep aku pacar kamu? Atau apa kamu bahkan nganggep aku ada? HAH?" emosi Radit meluap-luap.

Stars Can't Shine Without DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang