18

148 7 2
                                    

"Alicia!" pekik Rejo begitu melihat tubuh mungil Alice meringkuk di tanah.

Dengan sigap, Rejo membawa Alice masuk ke dalam mobilnya dengan bridal style. Mata Alice perlahan terbuka ketika berada dalam gendongan Rejo.

"En," panggil Alice.

"Hm? Kenapa, Lice?" sahut Rejo tanpa melambatkannya langkahnya.

"Gue minta lo telpon Glo sekarang juga, suruh dia ke rumah sakit dimana gue dirawat. Sekarang juga. Please, En," pinta Alice.

Kening Rejo otomatis mengkerut. "Untuk apa, Lice?" tanyanya.

"Please, lo ngelakuin aja hal yang gue minta. Gue bukannya apa, tapi menurut gue, hidup Glo dalam bahaya," jawab Alice.

"Ya udah, tapi gue pastiin lo baik-baik aja dulu," ujar Rejo sebelum akhirnya mendudukkan Alice di dalam mobil.

Alice sepertinya akan kehilangan kesadarannya dan itu membuat Rejo takut. Di sepanjang perjalanan, Rejo berusaha menguatkan Alice dan mengatakan hal-hal yang positif seperti 'sabar, ya, Lice. Udah deket, kok.' atau 'ada gue disini. Jangan kenapa-kenapa, ya?' dan masih banyak lagi.

Begitu sampai di rumah sakit, Rejo menggendong Alice dan membawanya ke UGD lalu menghubungi Dokter Vanda.

Saat Alice sedang di"urus" di UGD, Alice menggenggam tangan Rejo.

"Glo," gumam Alice perlahan.

Rejo memijit pelipisnya dan mendecak. "Sabar, ya, gue telepon dulu, si Glo," ujarnya.

***

"Lagu tadi buat gue?" tanya Glo ketika acara selesai dan Radit meminta waktu sebentar untuk berbicara.

"Hm," jawab Radit dengan anggukan kecil.

"Gue tau lo bisa ngalahin trauma masa lalu lo," ujar Glo.

"Demi lo," sahut Radit.

Glo menghamburkan diri ke dada bidang Radit. "Makasih, ya," ujarnya.

Radit menyapu lembut puncak kepala Glo. "Sama-sama," sahutnya.

Disaat dalam keadaan begitu menye, nada dering HP Glo berbunyi dengan begitu dahsyat.

Dengan cepat, Glo melepaskan pelukannya dan merogoh sakunya untuk mengambil HP dan melihat caller IDnya.

Reinhard calling...

Glo langsung menekan tombol yang digunakan untuk menjawab telepon.

"Eh, ada apa?" ucap Glo ketika menjawab telepon.

"Glo, lo sibuk?" tanya suara dari seberang.

"Nggak juga. Gimana? Ada perlu, ya?"

Suara itu berdehem sejenak. "Iya. Gue ada perlu sama lo. Maksudnya, ada seseorang yang perlu sama lo. Gue perantara doang."

"Jadi apa yang bisa gue bantu?"

"Sebelumnya, gue minta lo jangan kasih tau siapa-siapa kalo gue ngehubungin lo. Bisa?"

"I-iya."

"Setelah ini gue bakalan kirimin lo alamat. Lo datang ke alamat itu, ASAP. Ya?"

"O-ke."

Setelah menjawab begitu, sambungan telepon diputuskan secara sepihak oleh Rejo.

"Siapa?" tanya Radit begitu Glo menjauhkan HP dari telinganya.

Stars Can't Shine Without DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang