-------
HappyReading❤Adelyn Bratajaya, seorang gadis kecil berumur 5 tahun. Ia lahir pada bulan desember tanggal 25, bertepatan dengan hari natal.
Gadis kecil yang memiliki lesung pipi, ia begitu manis apalagi saat tersenyum. Sifatnya yang ceria, polos dan baik hati kian memikat hati.
Ia seperti peri kecil yang butuh perlindungan.
Akan tetapi, kehadirannya bukanlah sebuah keinginan. Sang ayah---Abrar Bratajaya---membenci gadis kecil itu sedari bayi. Dimana bayi kecil yang masih merah itu dicap sebagai kecacatan dalam pandangan Abrar.
Namun kenyataanya, bayi yang dianggap sebuah kecacatan itu memiliki fitur wajah yang cantik dan manis, menurun dari sang ibunda. Tidak ada kecacatan, Adelyn seperti bayi normal pada umumnya. Butakah mata Abrar melihat rupa Adelyn sebagai kecacatan? Jawabannya adalah, Iya!
Dalam pemikiran sempit seorang Abrar Bratajaya, ia tidak membutuhkan bayi cacat seperti Adelyn. Ia hanya menginginkan dan membutuhkan seorang bayi laki-laki yang nantinya akan menjadi pewarisnya. Bayi laki-laki yang nantinya akan tumbuh menjadi pria gagah dengan tampang yang rupawan.
Tak seperti Adelyn.
Kebencian Abrar semakin menjadi tatkala Ibu Adelyn, tidak bisa mengandung lagi. Angelina Bratajaya, divonis tidak bisa mengandung lagi lantaran keselamatannya saat mengandung dan melahirkan beresiko tinggi untuk pemilik congenital heart disease³ atau penyakit jantung bawaan seperti dirinya.
Angelina pada masa mengandung, ia juga sering mengalami kejang⁴. Keselamatan ibu hamil dan janin terancam dalam bahaya setiap saat.
Setelah kelahiran Adelyn, kondisi kesehatan Angelina pun kian hari semakin memburuk. Tapi seperti namanya yang seorang malaikat, Angelina tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu tanpa memikirkan kesehatannya. Meskipun selalu berakhir di brankar rumah sakit.
Adelyn, saat masih bayi hanya menyusu asi ibunya pun dapat dihitung menggunakan jari, tak lebih dari 10 kali. Adelyn hanya diberikan susu formula jika tidak menyusu asi ibunya, hingga bayi cantik yang harusnya gemuk penuh lemak bayi itu nampak kekurangan gizi.
Mengingat itu, Abrar mengepalkan tangannya erat. Setelah kepergian Angelina, Abrar tak lagi mengulurkan tangannya untuk Adelyn. Abrar tak bisa melihat tumbuh kembang putrinya, Adelyn.
Susah payah Angelina berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk Adelyn, Abrar malah ...
Hah! Abrar memang bukan seorang ayah yang baik.
Mungkin belum.
***
"Uncle Sammy!" Adelyn berseru memanggil, tatkala manik mata coklat madunya melihat Sammuel---Tangan kanan Abrar---diujung taman rumah sakit.
Sam menoleh, ia berjalan mendekat dengan satu tangan yang tersimpan di celana panjang formalnya, dan tangan lain membalas lambaian Adelyn.
"Ada yang bisa saya bantu, nona kecil?" Sam berjongkok menyejajarkan tingginya dengan Adelyn. "Eoh, bagaimana bisa nona kecil ini sendirian disini hm?"
Adelyn terkikik geli. "Umm uncle, Ly minta tolong boleh? Tapi uncle jangan kasih tau siapa-siapa, karena ini rahasia dari Ly."
Sam mengangguk semangat, apapun permintaan nona kecilnya ini, akan ia berikan sekalipun nonanya meminta nyawa darinya. "Sure!"
Tangan mungil Adelyn mengajak Sam untuk segera mendekat. Adelyn berbisik, takut ada yang mendengar.
Dengan suara yang pelan, Adelyn berucap. "Uncle, Ly mau kasih hadiah ke Daddy , tapi Ly takut dad marah sama Ly, jadi nanti Uncle Sammy yang kasih ke dad ya...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Daddy!
FantasyAbrar Bratajaya hidup terkurung dalam penyesalan yang mendalam. Kekerasan fisik dan kebencian yang ia arahkan pada putrinya, Adelyn, meninggalkan luka tak terhapuskan. Kini, saat kesempatan kedua datang, ia berusaha keras untuk menebus dosa-dosanya...