Happy Reading❤
Abrar Bratajaya membuka matanya perlahan. Sepasang mata hitam kelabu itu menatap sekeliling yang tampak buram. Bau obat-obatan menguar samar dari balik Non-rebreathing oxygen face mask¹ yang dikenakannya.
Hah
Hah
Hah
Ia menarik napas dalam-dalam, seolah paru-parunya yang terasa sesak tengah berebut udara. Otaknya mulai bekerja, memutar kilas balik yang datang secara tiba-tiba—fragmen-fragmen memori yang terasa seperti mimpi buruk.
Tubuhnya gemetar. Tatapannya tertuju pada mesin elektrokardiogram² atau mesin EKG di dekatnya, memperlihatkan detak jantung yang berdetak cepat, tidak teratur. Detik jam dan bunyi mesin EKG berpadu menjadi simfoni kecemasan yang membuatnya semakin sulit tenang.
Kilasan itu terus berulang. Seolah mengingatkan. Seolah memperingatkan.
Itu nyata, dan akan terjadi!
"Daddy?"
Abrar menoleh mendengar suara itu. Nada terkejut dan tak percaya mengalun di telinganya, membuatnya semakin yakin bahwa ia tak sedang bermimpi. Mata hitam kelabunya kini menangkap sosok mungil di hadapannya—gadis kecil dengan wajah manis berpipi lesung yang berusaha menahan tangis kebahagiaan.
"Adelyn...." Abrar berbisik serak, suaranya tercekik oleh emosi yang menyeruak. Setetes air mata jatuh, membawa serta kebahagiaan yang tak mampu ia sembunyikan.
Gadis kecil itu langsung memeluknya erat. Tetesan air matanya berjatuhan, mengalir deras seperti aliran sungai. "Daddy kembali! Untuk kamu, Ly," batinnya berbisik penuh rasa haru.
Hug!
Adelyn mengecup kedua mata sang ayah, lalu berbicara dengan senyum gummy smile yang khas, meski air mata masih membasahi pipinya. "Ly rindu, Dad! Jangan sakit lagi, ya? Kalau Daddy sakit, Ly juga ikut sakit. Oke, Daddy?"
Abrar terdiam. Kata-kata polos putrinya mengalir seperti belati, menyayat hatinya. Dadanya bergemuruh, bukan hanya karena kebahagiaan, tapi juga rasa bersalah.
Ingatan pahit itu kembali menghantamnya.
Semua itu nyata.
Dia telah kembali—dua tahun sebelum kematian putrinya. Apakah ini adalah jawaban dari Tuhan? Apakah ia diberi kesempatan untuk memperbaiki segalanya? Atau mungkin... untuk mencegah kematian Adelyn?
"Ly akan panggilkan dokter untuk Daddy! Tunggu sebentar ya, Daddy!"
Adelyn berlari kecil, melompat turun dari kursi yang ia gunakan sebagai pijakan. Tidak lama kemudian, gadis kecil itu kembali sambil menarik tangan seorang dokter muda berkacamata.
"Daddy! Dokter, cepat periksa Daddy Ly!" serunya, langkah-langkah mungilnya tampak tergesa-gesa.
"Adelyn!" tegur Rebecca istri kedua Abrar, dengan nada geram. Wajah wanita itu menegang melihat sikap impulsif Adelyn. "Jaga etikamu!"
Gadis kecil itu terdiam. Tangannya menggenggam ujung gaunnya, canggung dan penuh rasa bersalah. "Maafkan Ly, Dokter," katanya lirih dengan kepala tertunduk. "Ly khawatir sama Daddy."
Dokter muda itu, Ace Nalendra, tersenyum kecil, menenangkan suasana. Ia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah lolipop berwarna-warni. "Tak apa, Nona kecil. Ini untukmu. Jadi jangan bersedih lagi, ya?" katanya sambil berjongkok agar sejajar dengan Adelyn.
Adelyn mendongak, matanya bersinar melihat lolipop itu. Ia menerimanya dengan tangan kecil, lalu tersenyum manis. "Umm, makasih, Dokter."
Abrar, yang sejak tadi diam memperhatikan, hanya bisa tersenyum tipis. Melihat kebahagiaan sederhana putrinya, ia sadar betapa berharganya waktu yang kini ia miliki.
_______________
17 November 2024
18.151. Nonrebreathing Oxygen Face Mask masker oksigen yang memberikan konsentrasi oksigen tinggi. Masker ini digunakan saat seseorang membutuhkan oksigen dengan cepat dalam keadaan darurat seperti cedera, menghirup asap, atau keracunan karbon monoksida.
2. Elektrokardiogram prosedur medis yang dilakukan untuk memeriksa fungsi jantung, termasuk aktivitas kelistrikannya. Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis masalah jantung seperti aritmia (detak jantung yang tidak normal), gangguan aliran darah ke jantung, dan kerusakan jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Daddy!
FantasíaAbrar Bratajaya hidup terkurung dalam penyesalan yang mendalam. Kekerasan fisik dan kebencian yang ia arahkan pada putrinya, Adelyn, meninggalkan luka tak terhapuskan. Kini, saat kesempatan kedua datang, ia berusaha keras untuk menebus dosa-dosanya...