Hampir 2 tahun lalu, aku memotong rambutku sampai habis, tidak tersisa, seperti anak baru lahir.
Aku tak merasakan sakit hati ketika aku menghabiskan seluruh rambutku, aku santai karena aku berpikir, dengan aku memotong rambutku apa mungkin aku juga akan berubah dan menjadi berbeda.
Nyatanya, setiap aku rusak dan hancur, setiap aku lelah dan malas, aku senang memotong rambutku sendiri.
Pagi ini, aku memotong rambutku, dan menghabiskan semua rambut di pinggir kepalaku, sebagiannya dibiarkan rambut pendek. Tak beraturan dan kacau. Aku seperti orang aneh yang mengerikkan.
Aku ingin mencoba semuanya, aku suka semuanya, aku akan terima semuanya. Awalnya aku merindukan rambutku sebelumnya, tapi kini aku mencoba ke egoisanku.
Apakah aku akan menerima konsekuensi yang aku perbuat? Ternyata aku terima. Aku sudah bisa menjadi egois, menyesal dan akhirnya menerimanya karena ini lah perlakuanku yang aku sadar melakukannya sehingga aku juga harus menerima semuanya setelah melakukan itu.
Aku harap, semua itu hanyalah bohong. Tapi, rambutku yang panjang dengan tanganku sendiri yang memotong, aku jadi tersadarkan. Bahwa rambutku yang sudah ku potong tak akan langsung tumbuh seperti semudah aku memotongnya, dia akan tumbuh berproses setiap harinya, merasakan setiap memori, setiap cerita, dimana itu selalu ada dan memanjang seperti penonton bisu setiap harinya.
Aku terima semuanya.
"Pagi, manusia" katanya tertawa.
Dia membawa sesuatu lagi atau--
Dia tidak membawa apapun?!
Aku terkejut, namun kali ini bukan karena kedatangannya ataupun sesuaty yang dirinya bawa.Manusia dengan rambut panjang tak beraturan ini hanya membawa dirinya sendiri berdiri di hadapanku.
"Lihatlah diriku"
Aku melihatnya.
"Aku sungguh sembuh pada jam ini" katanya sembari mengusap bahunya sendiri, seperti sedang memeluk dirinya sendiri.
Aku bingung, maksudnya apa? Lalu aku kembali membersihkan tanamanku dari semut-semut yang menggerogoti beberapa tanamanku.
"Apakah daun itu manis? Kenapa banyak semutnya?" Tanyanya berdiri di sampingku.
"Apakah dirimu sehat? Karena ragamu tak bermasalah?" Kataku sembari membawa pot bunga itu ke tempat yang lebih tinggi.
"Aku bilang, diriku sehat, bukan ragaku"
Maksudnya apa? Tiada hari tanpa meracau, ucapannya kembali kacau, tak singkron dengan kenyataanya.
"Ataupun, jiwaku" katanya sambil tersenyum menghela napas. "Namun aku suka rambutmu yang aneh itu" katanya.
Aku mengusap kepalaku. Apakah ini bagus?
"Kau tengah meloncati jalan itu ya?" Katanya tertawa.
Aku ikut tertawa. Benar, aku sedang melonjak tinggi dari sikao emosionalku yang selalu menyuruhku untuk mwnggunti rambutku.
"Kamu pasti menyukai dan menyesali, ya kan?"
"Haha" aku tertawa.
"Tapi, kamu melewati perasaan itu, jalan yang kamu mau sendiri" katanya.
Aku menatapnya.
"Kamu tertusuk setiap helai rambutmu" dirinya tiba-tiba hanya sebuah suara, aku benar-benar tertimbun semua helaian rambutku dan tertusuk ujung setiap rambutku yang ku potong, sangat perih dan gatal, aku ingin keluar dan berlari sekencang mungkin, ini gelap dan berat melelahkan.
Apakah aku sedang menerima konsekuensinya?! Tolong aku! Helaian ini menusukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
we meet again in March
Teen FictionSeseorang yang bertemu dengan orang baru di setiap bulan Maretnya, saat tahun berulang, mereka berubah baru dan memberikannya kesan dan berita penting. Setiap saatnya bulan Maret mengikis dan melukainya hingga sekarat dan buta keliling, terjelembap...