Masih dihari yang sama akan tetapi di tempat yang berbeda. Seorang cowok dengan balutan seragam almamater sekolah tercintanya itu tampak menatap sang ibu dengan pandangan seolah siap menerkam mangsanya. Cowok yang bulan lalu baru saja memasuki usia 17 tahun itu juga mencebikkan bibirnya kesal.
“Bundaaaa.” rengekannya tak di gubris oleh sang ibu yang masih sibuk dengan masakannya.
“Bun, Naren gak mau! Masa bunda tega sih jodoh-jodohin aku sama orang yang nggak aku kenal? Kalau nanti dia jahat gimana? Terus akhirnya cerai. Batalin aja bun, yayaya?” bujuknya.
Pemuda bernama Naren Elswon itu bergelayutan manja di lengan sang ibu.
Cakra Elswon laki-laki yang akan memasuki usia sekitar kepala 4 itu menatap jengah anak keduanya. Bagaimana tidak, bisa-bisanya anak keduanya tersebut menganggu dirinya yang jelas-jelas sedang menggoreng. Apa sekalian saja ia menggoreng putranya itu sebagai menu sarapan.
“Naren duduk, atau kamu gak dapet jatah sarapan.” ancam Cakra dan melanjutkan acara memasaknya yang sempat tertunda.
Naren melepaskan tangannya dari lengan sang ibu. Berjalan pergi dengan menghentakkan kakinya seolah memberi tahu jika ia sedang kesal. Tungkai nya ia bawa menuju meja makan yang sudah terdapat ayah serta kakaknya. Mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada disamping sang kakak.
Yuda Elswon mengangkat pandangannya dari ipad di tangannya ke wajah si bungsu. Apalagi tatkala bungsu Elswon itu berjalan seraya mengerucutkan bibirnya. Membuat siapa saja gemas ingin menoyor manusia sok imut tersebut.
“Kamu kenapa sih dek?” tanya Yuda ketika raut memelas sang anak yang balas menatapnya.
Baru saja Naren hendak mengutarakan bujuk rayunya pada sang ayah, seseorang yang memiliki posisi sebagai Nyonya Elswon datang dengan semangkuk besar berisi nasi goreng. Meletakkan di tengah-tengah meja dan menarik kursi di samping sang suami untuk ia duduki.
“Kenapa?” tanya Cakra heran ketika sadar telah dipandangi secara intens oleh Yuda.
Dengan gerakan mata, Yuda mengisyaratkan seolah bertanya apa yang terjadi dengan bungsu mereka. Cakra ber-oh ria.
“Anakmu itu mau aku jodohin sama anaknya Theo.” ucap Cakra seraya mulai menghidangkan masakannya pada keluarganya.
“Bunda! Naren kan udah bilang kalau Na—”
“What?! Si curut ini mau dijodohin?!” pekikan tak percaya itu terlontar dari mulut kakak Naren.
Rendy Elswon pemuda yang hanya berjarak 1 tahun dengan sang adik tersebut membekap mulutnya. Seolah-olah tak percaya dengan omongan sang ibu.
“Diem lo! Batalin aja ya Bun, kalau gak si Rendy aja tuh yang dijodohin.” ucap Naren menumbalkan sang kakak.
Rendy mendelik. “Gak bisa gak bisa! Aku udah punya pacar, lagian kenapa sih gak mau segala? Terima aja napa sih, temen lo noh semuanya udah sold out tinggal lu doang yang belum ”
“Emang pacar lo siapa?” tanya Naren heran, lantaran tak pernah tau wujud dari kekasih kakaknya.
Dengan senyuman malu Rendy mulai berkata. “Gio, anak komplek sebelah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan - Nomin
Randomtentang kedua manusia yang menikah karena paksaan dari kedua orang tua mereka