Baru kali ini Naren merasa frustasi. Tangannya bergerak mengacak surainya. Didepannya, pemuda bermata biru tampak menangis meraung-raung. Lantaran permintaannya tak kunjung dikabulkan. Tubuhnya ia bawa berguling kesana-kemari. Seiring waktu tangisannya kian mengeras.
“Jevano gue gak—”
“NONO!” teriak Nono membenarkan.
Naren menghela nafas jengkel. “Iya iya. Nono gue gak bisa, yang bener aja elah. Lo segede apa masa minta nenen.”
Nono menatap Naren dengan wajah yang dipenuhi air mata. Tubuhnya ia gulingkan ke sofa tempat dimana Naren duduk. Ia terlentang dengan wajah menatap Naren penuh sangsi.
“Nono itu masih kecil! Masih 5 tahun!” ucap Nono seraya menunjukkan 5 jarinya.
“5 tahun darimana? 17 No. 17!” balas Naren, menyentil dahi Nono.
Si bayi mengerucutkan bibirnya. Bersiap untuk kembali menangis, namun urung lantaran Naren dengan cepat membekap mulutnya.
“Diem, yaudah iya. Lagian mau lo sedot sampe besok pun gak bakalan keluar apa-apa.” ucap Naren memperingati.
Mendengar hal tersebut membuat senyum Nono melebar. Kedua matanya menyipit, lalu tubuhnya ia bawa berdiri dan menyeret Naren ke kamar lelaki itu.
“Pelan-pelan astaga.”
.
.
.
.
.
“Akh! Jangan digigit sat.” ringis Naren, tangannya bergerak menjauhkan kepala Nono dari dadanya.
Nono merenggut tak terima. Kembali memajukan wajahnya dan mulai menghisap nipple Naren yang mencuat lantaran sudah ia sesap selama 2 jam lamanya.
“Jarang banget aku liat Nono.” ucap Jena yang mengamati keduanya sejak tadi.
Sesosok perempuan dengan jubah putihnya tersebut menatap dalam hening di atas lemari. Membuat Naren sedikit terkejut dengan kehadirannya yang terkesan tiba-tiba.
“Ngagetin anjing.” umpat Naren, matanya menatap kesal Jena yang memasang wajah watadosnya.
“Nggak bermaksud kak, beneran. Lagian aku kan cuma heran, tumben banget si bocil gak tantrum.”
“Gak tantrum mata lo tiga! Terus yang tadi nangis guling-guling di ruang tamu siapa? Tuyul?”
“Hehe. Ya aku kan gak tau.”
“Iyalah gak tau, lo kan kerjaan nglayap mulu.”
Jena melirik Naren sinis. Menirukan nada bicara Naren dengan bibir yang dimajukan beberapa sentimeter.
Hai pacar Jeno ensiti ada pesan nih!
Naren yang tadinya memelototi Jena dibuat terkejut dengan nada dering dari ponsel miliknya. Bahkan Nono yang awalnya sudah memejamkan matanya ikut tersentak kaget.
“Anjing. Lupa gue ganti.” ucap Naren yang mengambil ponselnya membuat hisapan Nono terlepas.
Sang bayi merengek. “Cucu. Cucu Nono!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan - Nomin
Randomtentang kedua manusia yang menikah karena paksaan dari kedua orang tua mereka