3

8K 873 40
                                    

Hari demi hari berlalu. Minggu pun sudah berganti. Hari yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba. Membuat hari ini terasa sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mengingat bahwa hari ini merupakan hari spesial dari keluarga Jefferson dan keluarga Elswon.

Jika perlu diingat, hari ini adalah hari pernikahan kedua orang yang berstatus sebagai bungsu dari kedua belah pihak keluarga. Momentum yang istimewa ini tentu saja adalah momentum yang sangat ditunggu-tunggu oleh nyonya Jefferson seumur hidupnya.

Menyaksikan si bungsu kesayangannya bersanding dengan calon pendamping hidupnya. Membuatnya tak kuasa menahan air mata kebahagiaan yang meluncur begitu saja. Membuat Jeffry, selaku sang suami memeluknya dari samping.

"L“Gak nyangka ya Jeff, baru aja kemarin rasanya aku seneng tau dia ada di perut aku. Eh sekarang udah nikahin anak orang aja.” ucapnya sedih.

Jeffry mengangguk. “Rasanya baru kemarin aku gendong dia, selalu ngajak dia ke kolam lele pak Januar sama Mahen tiap sore.”

Theo mengelap sisa-sisa air mata kebahagiaannya menggunakan lengan jas sang suami, tentunya membuat Jeffry mengernyit tak terima. “Ada tisu loh padahal.”

Theo tak memperdulikan ucapan Jeffry, kedua tungkainya ia bawa menuju atas pelaminan tempat sang putra dan istrinya berada. Beberapa langkah sebelum ia menaiki tangga yang menghubungkan ke pelaminan, Theo bisa mendengar jika keduanya tengah berdebat.

“Lo jangan deket-deket sama gue.” Naren mendorong bahu Jevano yang duduk terlalu mepet dengannya, dibalas delikan tak terima.

“Siapa juga yang mau deket sama lo? Ogah kali iywuh.” racau Jevano merasa jijik.

“Bangsat! Enyah lo dari sini setan!”

“Lo dong yang harusnya pergi dari sini, inikan rumah gue.”

“Heh kutil anoa! Harusnya elo-”

Ucapan Naren terpotong ketika sepasang netranya menatap kehadiran ibu dari Jevano. Membuatnya seketika berdiri dan menghampiri Theo.

“Udah berantemnya? Udah jadi suami istri bukannya tambah akur, malah semakin menjadi-jadi. Tau gitu Jevano Mommy jodohin aja sama mbak Sri.” gerutu Theo kesal.

“DIJODOHIN?! SAMA MBAK SRI?! OH NOOO!! NGGAK ENAK AJA.”

Jevano spontan berteriak, tatkala sang ibu menyebutkan nama yang sudah ia black list dari hidupnya. Sesaat bergidik ngeri, membayangkan seorang wanita dengan gangguan jiwa tersebut menjadi pasangan hidupnya.

Naren memasang wajah sinis sesaat setelah Jevano berteriak seperti orang gila. “Udah gila ni anak.” ucapnya sinis.

Jeffry yang berdiri dibelakang Theo menepuk keningnya. “Jevano gak usah lebay deh, istri kamu tuh Naren bukan mbak Sri. Emang kamu beneran mau nikah sama mbak Sri?”

“BIG NOOOO.”

”Takut banget lo keknya denger nama mbak Sri.” heran Naren.

“Diem ya kampang, gak usah ikut campur! Lo tuh cuma-awhhh Mom lepas ih.”

Jevano meringis kesakitan ketika Theo menarik telinganya tanpa belas kasihan. “Sekali lagi Mommy denger kamu ngomong jelek sama Naren, Mommy coret kamu dari KK.”

Dijodohkan - Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang