Kelopak mata yang tertutup tersebut bergerak gelisah. Menandakan sang pemilik tubuh tampak tak nyaman, ditambah dengan kening yang mengernyit serta keringat yang membasahi pelipis Naren membuat Jevano bingung bukan main.
Sekitar 2 jam yang lalu, ketika dirinya sedang memindahkan baju-bajunya ke lemari seraya menghiraukan suara gaduh yang diciptakan oleh Naren di depan pintu kamarnya. Tetapi sesaat kemudian Jevano merasa janggal, saat tiba-tiba suara Naren tak terdengar lagi. Awalnya Jevano tak peduli, tapi ketika mendengar suara Naren yang berteriak ia langsung berlari dan menemukan Naren yang tergeletak pingsan di depan kamarnya.
Dengan keadaan panik, ia langsung mengangkat tubuh yang lebih kecil darinya itu. Lalu membaringkannya di ranjang miliknya. Hingga saat ini pemuda tersebut masih enggan untuk membuka matanya.
“Lo sebenarnya abis liat apa sih sampai pingsan segala.” monolog Jevano.
Tangannya terulur guna mengusap kening yang mengernyit tak nyaman tersebut. Kemudian mengamati wajah seseorang yang akan menemaninya sepanjang hidupnya. Jevano beranjak dari duduknya, berniat mengambil minum untuk Naren jika sadar nanti.
Grep
“Eh?”
Jevano mengerjap ketika merasakan tangannya ditahan oleh yang lebih muda.
“Jangan... jangan tinggalin gue.”
Naren meracau, entah sebenarnya dia pingsan atau tidur. Jevano tak tau, ia mengurungkan niatnya dan duduk kembali. Mengulangi kegiatannya selama dua jam tadi, memandangi wajah manis Naren ketika terlelap.
“Lo sebenarnya cantik Naren, tapi kenapa ya gue gak suka sama lo?”
“Ayo dong bikin gue suka sama lo, biar gue gak ada niatan buat selingkuh. Bisa di tendang gue sama Mommy.”
“Naren bangun dong, gue merinding nih. Beneran ada setan ya disini? Kok gue ngerasa diawasin daritadi.”
“Aaaaaa Naren bangun! Lo pingsan apa simulasi mati sih anjing.”
Dengan kesal Jevano mengguncang tubuh ringkih Naren. Membuat sang empu langsung terbangun.
“BUNDA!”
“Gak ada bunda lo disini, adanya gue.”
Naren dengan cepat menoleh, mendapati Jevano yang menatapnya malas. Ia bergerak maju, dan langsung masuk kedalam dekapan jevano lantas memeluknya dengan erat.
“Jevano gue takut... dia kayaknya gak suka sama gue.” lirihnya.
Jevano membatu merasakan pelukan Naren yang sangat erat, beberapa detik kemudian ia tersadar dan membalas pelukan Naren tak kalah erat.
“Hey, gak usah takut. Gue disini okey, bilang sama gue lo liat apa hm?” Jevano mengusap punggung Naren bertujuan supaya Naren menjadi lebih tenang.
Naren melepaskan pelukannya. Netranya terpaku menatap sesosok yang ia takuti berdiri menjulang di belakang tubuh Jevano. Sesosok perempuan dengan tampang mengerikan tampak tersenyum lebar padanya. Bibirnya sobek hingga ke telinga, darah yang keluar dari mulut serta hidungnya membuatnya tampak menyeramkan. Lalu jangan lupakan kepala yang bolong dan menampakkan organ otak yang membuat Naren mual seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan - Nomin
Randomtentang kedua manusia yang menikah karena paksaan dari kedua orang tua mereka