part 1

11 0 0
                                    

Pagi sekali aku sudah terbangun seperti biasa di tempat lamaku, berbeda sekali karena tiada kicauan burung melainkan kesunyian yang tiada bertepi.

Aku langsung turun melewati tangga dan kamar Bu Arsih, sepintas aku mendengar tawa yang cukup keras dan mengerikan. Cukup heran karena rumah ini tak ada lelaki kecuali Andra yang kulihat masih terbaring disofa.
" Ah sudahlah" fikirku menepis segala keingintahuanku.

Satu tanjakan aku turun tercium bau anyir yang cukup menusuk, bau darah. Itu cukup mengusik pikiranku. Hingga ku beranikan diri untuk mengetuk pintu Bu Arsih.
Satu ketukan tidak terjawab, tiga kali ketukan munculah Ibu dengan keadaan seperti tak suka dengan keberadaanku.
" syukurlah Ibu tak apa, saya mencium bau darah jadi saya pikir terjadi apa-apa dengan ibu!" Ibu hanya memelototi saya sembari berkata tidak apa kemudian masuk kembali.
Sepintas terlihat lilin yang masih menyala.

Rumah ini cukup tua, arsiteknya meniru gaya klasik, cukup banyak lilin dimana-mana, aroma sedap malam juga turut menjadi wewangian.
Selain Bu Arsih, Andra adapula Bi Ani dan suaminya tukang kebun Pak Jalim. Mereka berdua tidur di belakang berdekatan dengan dapur. Kemudian kamar utama dimiliki Andra sebagai cucu pemilik rumah, kemudian Bu Arsih di lantai dua yang hanya memiliki satu kamar, sementara dilantai tiga adalah aku dan dua anak angkat lainnya yaitu Revan dan kieryn. Aku sebelahan kamar dengan Eryn sementara Revan berhadapan kamar denganku.
Hampir setiap hari akulah yang pertama kali bangun dan senantiasa menemukan kejanggalan dari rumah ini.

Kemarin ku lihat ada dua Andra di rumah dan diluar rumah, mungkin hanya halusinasiku tapi itu benar-benar nampak seperti Andra. Kemudian aku juga sering menemukan cukup banyak tumpukan tulang belulang di tumpukan sampah padahal hanya aku dan Bu Arsih yang bukan vegetarian. Aku sendiri kelewat jarang memakan ayam atau daging dirumah ini tapi bagaimana bisa dalam seminggu aku sering menemukan sekarung berisi tulang. Dan hari ini.

....

Jam tiga subuh, aku terbangun, rumah cukup ramai, tapi ada apa. Orang-orang memakai jubah, berjalan memutari sebuah api, mereka terus mencaci maki tapi entah siapa.
Tiba saja hawa dingin menusuk, angin berhembus cukup keras, beberapa barang berterbangan, lalu aku masuk kamar dan bersembunyi dibalik selimut. Aku pasti bermimpi malam ini, mimpi yang sangat nyata.

Seperti biasa aku yang terbangun lebih pagi tapi aku tak mau turun karena peristiwa semalam, tetibanya pintu kamar diketuk seseorang, cukup keras dan aku sadar pasti ada sesuatu terjadi. Rupanya Eryn yang mau berangkat kuliah karena hari ini dia ada kelas pagi, Ia hanya meminjam pengering rambut.

" Denger gak sih Ta, tadi malam tuh ada rame-rame disini, apa aku cuma mimpi ya?" Eryn langsung pergi meninggalkan kamar.
" Van, loe mau kemana?" Revan yang melintasiku begitu saja.
" Anter si Eryn-lah!" Jawabnya masih biasa saja.
" Eh gue ikut dong, Mau ke kantor barengan?" Yang sebenarnya aku hanya mencari alasan agar tak merasa sendiri dirumah angker ini.
" eh tumben loe" sikap aneh Revan.

Di meja makan kami sarapan, cukup aneh karena pagi-pagi menunya steak daging. Padahal jelas-jelas Revan dan Eryn vegetarian.
" kok steak bi, tumben? " tanya Revan heran.
" ini buat tamu ibu mas" jawab bi Ani.
Tiba-tiba dari belakang Bu Arsih datang bersama tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki.
" kenalin ini Revan, Eryn dan Renita. Mereka baru tinggal disini" Bu Arsih memperkenalkan kami.
" oh nice, moga betah ya" dengan senyum khas yang cukup membekas.

Kamipun pergi, aku juga ikut Revan. Mata mereka nampak memandangi kami seolah ingin memangsa. Cukup menakutkan.
Di mobil aku membicarakan kegaduhan semalam dengan mereka, Eryn cukup percaya tapi Revan tidak sama sekali. Dan justru menertawai kami.

Sebuah berita dikoran;
Perkembangan aliran sesat pemuja setan as satanic, ritual memakan bangkai bayi keguguran dan pesta sex. Mereka memiliki ciri-ciri khusus.

Ta' , Andreas mengagetkanku.
" Baca apa sih, serius banget" tanyanya menelisik.
" enggak kok Dre, ini soal pengikut satanic ngeri yah" aku berusaha santai menjelaskan.
" eh itu, iya di daerah perumahan elit banyak pengikut tuh. Mereka kan introvert, tertutup. Ya soal uang mereka berkuasa tapi empaty sepertinya enggak sama sekali, konon untuk lepas ya kalo enggak cacat mati mereka!"

Aku tertegun. Teringat peristiwa semalam, mungkinkah Ibu arsih...
Aku terus membantah pikiranku.

Masuk rumah Aliran sesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang