part 02

10 0 0
                                    

Sebuah kehebohan terjadi, sebuah kejadian yang menghebohkan yang membuat aku, Revan dan kyerin turut merinding. Salah satu wanita yang kami temui di rumah Arsih telah mati dalam keadaan tergantung di kamarnya. Sosoknya tak terlalu tinggi, kulitnya kuning langsat dengan senyum khas dan lirikan yang tajam. Sosok yang paling pendiam diantara ketiga orang yang kami temui kala itu.

Tubuhnya terbujur kaku dan sudah membiru, kemungkinan menurut polisi jenazahnya sudah tergantung selama seharian tanpa ada orang yang menemukan.
Kala itu hanya ada seseorang yang kebetulan iseng mabok-mabokan dirumah itu, mendapati rumahnya dalam keadaan kosong mereka yang setengah sadar itu masuk melalui jendela dan hendak menggasak barang berharga untuk mereka jual dan hasilnya untuk pesta minuman keras lagi, namun belum sampsi pada tujuan mereka melihat sosok Bu Marta tergantung dilangit-langit rumah yang membuat mereka kaget dan tunggang langgang pergi.

RT setempat yang sedang berkelilingpun heran dan kemudian memencet bel rumah, namun tetap tidak ada jawaban. Barulah Pak RT masuk ditemani warga dan melihat jenazahnyq Bu Marta langsung di turunkan kemudian memanggil polisi. Jenazahnya sudah autopsi dan tidak ada bukti kekerasan, polisi menduga Ia sedang depresi karena banyak menemukan obat-obatan disana.
Namun Rekan kerjaku yang tinggal di area rumah Bu Marta menuturkan banyaknya gosip seputar Bu Marta, mulai dari muasal hartanya hingga pekerjaannya sebagai penggugur janin yang tidak diinginkan yang janinnya itu katanya dijual kembali, entah untuk pesugihan atau untuk pemujaan setan.

Sosok Bu Martapun katanya bukan orang yang bersosialisasi dengan orang lain, Ia hidup tertutup dan jarang berbicara dengan terangganya.
Jauh sekali dari kesan yang aku temui dirumah Bu Arsih.

" Mbak, kamu dengar gak soal Bu Marta yang gantung diri itu?" Celetuk Eryn kala kami berkumpul menonton TV tanpa Bu Arsih.
Namun Bi Ani langsung memotong pembicaraan kami.
" Tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal itu Den Ayu "
Sekejap melesat bayang-bayang yang seperti berasal dari depan kamar Bu Arsih, rupanya Ia sedang memata-matai kami.

" Er kamu masih ingat gak apa yang Mas Andra katakan kemarin, hantu itu cuman mitos ya kan..." aku setengah mengkode Eryn agar sadar keadaan kami namun ia cukup ngeyel sampai aku memotret Bayangan Bu Arsih dan mengirimkan kepadanya lewat aplikasi. Sontak Ia berhenti membicarakan kematian Bu Marta.

Esoknya aku libur kerja, kali ini ketakutanku sudah sedikit berkurang. Apalagi belakangan tidak terjadi hal-hal aneh kecuali kematian Bu Marta.

Melihat Bi Ani membawa tas rantang dan sepertinya hendak kepasar, akupun mengikutinya. Dari kejauhan tentunya. Sesekali aku hanya nampak jalan-jalan menikmati hari liburku.
Sampai Bi Ani usai berbelanja, Ia hanya membeli sayur dan tidak membeli daging. Padahal setiap hari Bu Arsih memakan daging.
" Bi, ada daging sapi segar, Ibu pasti suka? " sahutku menawarkan daging pada Bi Ani.
" Tidak Neng, dirumah masih ada" terangnya dengan sedikit gugup.
Lagi dan lagi pikiranku terganggu oleh sebuah pemikiran yaitu darimana daging itu berasal.

Aku mengambil nafas, cukup terkejut melihat Ibu bersama Pak Jalim sudah didepan pasar menunggui kami.
" Ibu mau belanja apa, kenapa tidak titip sama aku atau Bi ani saja?" Tanyaku menyelak sebagai alasan.
" Tidak, kamu masih ingin jalan atau pulang dengan kami?" Tanya Ibu dengan judes sekali.
" Aku masih mau mencari peralatan kantor bu? " jawabku merendah, ketakutan mulai menjalar dibadanku melihat sikap Bu Arsih.

Mereka langsung pergi meninggalkan aku seorang diri.

Malamnya Bu Arsih pergi tanpa tau kemana, Mas Andra yang biasanya diluar juga malam ini tetiba diam dirumah. Dengan luka yang sepertinya habis berkelahi entah dimana.
Memang sendari awal Mas Andra adalah anak yang nakal, urakan dan banyak masalah. Ia hanya setahun lebih tua dariku tapi Ia memanggilku dengan Mbak dan bukan nama.
Sedang di tangan kirinya sebuah tato angka nampak jelas ditangannya dikala Ia hanya memakai kaos oblong, Ia tidak dekat dengan kami apalagi Revan. Yang menurut terlalu perfect sebagai cucu yang diimpikan Ibu.

Memang alasan utama kami berada disini adalah kehidupan kami yang bergantung pada bantuan ibu sendari kecil termasuk diriku yang sendari SD sudah kehilangan orang tua, dan beberapa bulan lalu sebelum kerumah ini, satu-satunya keluargaku Nenek menghembuskan nafas terakhir diumurnya yang sudah menua.
Disusul Eryn yang kehilangan ibunya sedang Revan dia sudah dari remaja tinggal disini.

Ditengah malam aku terbangun, kembali lagi hal yang kemarin sudah berlalu terjadi lagi. Lampu mati, gelap gulita. Angin kencang sekali sampai aku terbangun. Tapi aku tidak mau keluar kamar lagi, takut terjadi sesuatu kepadaku.
Sampai aku mengintip dari kamar, terlihat sosok seperti Bu Marta berdiri ditengah mereka. Diantara cahaya lilin yang terbakar diantara hembusan angin.
Aku langsung naik keatas tempat tidur dan menutupi diriku dengan selimut.

Masuk rumah Aliran sesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang