Unconditionally

1K 113 21
                                    

First of all, I wanna say thank you to all of you who walk with me until this chapter. Your vote and comment are the reason I continue to write. So, thank you so much <3

This is the last part of Jiwa and Raga story, I hope you guys enjoy it.

***

Come just as you are to me
Don't need apologies, know that you are worthy
I'll take your bad days with your good
Walk through the storm, I would, I do it all because I love you

-Unconditionally, Katy Perry-

Come just as you are to meDon't need apologies, know that you are worthyI'll take your bad days with your goodWalk through the storm, I would, I do it all because I love you-Unconditionally, Katy Perry-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thank you, sayang," lengan Raga langsung melingkar di tubuh mungil Jiwa sambil berbisik lembut setelah gadisnya setuju untuk menghabiskan sisa hidup bersama dengannya. "I love you," kalimat yang sering terdengar di drama kini masuk ke telinga Jiwa dengan lembut membuat gadis itu tidak kuasa menahan tangisnya.

Raga menatap Jiwa yang sedang berurai air mata. Ibu jari Raga mengusap lembut air mata yang jatuh membasahi pipi Jiwa sambil tersenyum. Gadis yang begitu rapuh ini akan ia jaga seumur hidupnya dan tidak akan dibuatnya menangis lagi, kecuali menangis karena bahagia.

Berselang beberapa menit kerumunan orang muncul dari dalam rumah, ada Ronald, Clara, Warren, Jia, Liam, Gio, Naya dan juga Gigi di sana. Raga menyusun ini semua sedemikian rupa agar bisa berbagi kebahagian dengan orang-orang yang berharga dalam hidupnya. Dalam hati kecilnya Raga berharap semoga Oma dan juga Bundanya turut tersenyum dari surga melihat moment bahagia ini.

"Anak Papa udah gede, congrats boy!" Ronald memeluk putranya dengan hangat sambil menepuk-nepuk pundak Raga.

"Selamat sayangnya Papa, Papa senang lihat Jiwa bahagia," Warren menggenggam tangan anak gadisnya setelah menyelesaikan ucapannya ia langsung membawa Jiwa dalam pelukannya. Jia ikut bergabung dalam pelukan itu.

"Ga, haha. Jadi juga, congrats ya!" tidak mau ketinggalan Liam memberikan ucapan selamat pada saudaranya.

Bulan melingkar di langit Trez menyempurnakan kebahagian malam itu. Langit malam yang cerah membuat bintang-bintang terlihat ikut merayakan kebahagian Jiwa dan Raga. Makan malam yang sengaja di buat di luar ruangan menambah suasana hangat yang dilanjutkan dengan saling bertukar cerita sampai pagi menjelang.

Raga memisahkan diri dari kerumunan untuk masuk ke dalam sebentar. Melihat Raga yang berjalan sendiri ke dalam Jiwa mengikuti dari belakang. Raga berjalan menuju kamar Oma yang sengaja dibiarkan kosong tidak ditempati sejak kepergian Oma Marrie.

"Ga," panggil Jiwa sebelum Raga masuk ke dalam.

"Sayang, kamu ngapain di sini?" tanya Raga pada Jiwa yang berdiri di belakangnya.

"Mau sama kamu," jawab Jiwa. Raga mengulurkan tangannya dan mengajak Jiwa masuk bersama. "Kangen Oma ya?" tanya Jiwa yang dijawab anggukan oleh Raga.

Keduanya duduk di kasur milik Oma yang hanya berbalut seprei putih polos menghadap ke luar jendela. Jiwa mengunci jari-jarinya pada jemari Raga dan menyandarkan kepalanya di pundak pria yang kini sudah menjadi tunangannya itu.

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang