2. cuek

88 13 1
                                    

Happy reading ~ (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

"Bunda abang berangkat dulu," Gema menyalimi punggung tangan wanita paruh baya sebelum beranjak pergi ke garasi mengeluarkan sepeda motor kesayangannya.

"Iya, hati hati di jalan ya bang, bekalnya jangan lupa dimakan lho," Gema tersenyum membalasnya dengan jempolan tangan, menghidupkan mesin motor lalu kemudian melenggang pergi dari perkarangan rumah.

Motornya membelah kota menikmati udara pagi yang begitu menenangkan, Gema tipikal orang yang mudah mengingat, jalan menuju sekolahnya sudah di hapalnya di luar kepala.

Untunglah dia berangkat pagi setiap harinya, jika sudah mendekati siang sekitaran jam 6 an itu kendaraan akan berlalu lalang dan agak sedikit macet, maka dari itu Gema sangat amat malas untuk berangkat siang.

Dipertengahan jalan motor itu sengaja Gema berhentikan karena melihat seseorang yang tentu saja dia kenal.

Havi.

"Pak? Bengkelnya masih jauh ya?" Tanya Havi kepada sopir pribadinya.

"Iya den, tadi bapak sudah telepon mobil dereknya tapi katanya bakal datang agak lama," jelas si sopir.

Havi tampak berpikir, bagaimana dia akan berangkat sekolah jika mobilnya sedang mogok? Meminta Weina atau pun Dodi juga tidak mungkin karena arah mereka berlawanan dan jauh.

"Havi, bareng gue aja," tawar Gema yang kini sudah berada di samping pemuda manis itu, membuat Havi sedikit kaget namun dengan cepat ia menghilangkan keterkagetannya.

Lagi lagi Havi berpikir, tidak ada salahnya sih untuk ikut dengan Gema, tapi masalahnya dirinya terlalu gengsi untuk menerima tawaran dari Gema.

"Tuh den, ada temennya, eh kamu beneran temennya den Havi ya?" Tanya pak sopir.

Gema tersenyum lalu menjabat tangannya sopan. " Iya pak, nama saya Gema, temen sekelasnya Havi."

Pak sopir hanya mengangguk.

Balik ke Havi, pemuda manis itu langsung mendudukkan dirinya di boncengan Gema tanpa berucap sepatah katapun, karena Gema peka jadinya dia pamit kepada pak sopir itu.

"Okelah pak, saya pamit berangkat dulu," balas Gema.

"Iya den Gema, hati hati di jalan, den Havi bapak minta maaf ya belum bisa mengantar," ucap sopir pribadi Havi dengan tulus.

Havi menggeleng." Iya pak, gak apa apa."

-o-O-o-

"Makasih," hanya kata itu yang keluar dari bibir Havi, setelahnya pemuda manis itu pergi berlalu menuju kelas.

Gema lagi lagi tersenyum tipis, membuat Juan yang kebetulan sampai itu menatap Gema heran.

"Dih dih masih pagi, kesambet lo mampus," Gema menatap tajam mendengar ucapan Juan, sedangkan yang di tatap mengantupkan kedua tangannya meminta maaf.

"Amfun banh."


Skip>


"Ada murid baru ya? Berarti pembagian kelompoknya ibu acak ulang lagi ya," jelas bu Sinta guru yang mengajar fisika.

"Baiklah kelompok 1, Havi, Juan, Dodi, Hani, Meyra Dan Gema," dalam hati Havi yang mendengar nama Gema terakhir disebut ada sedikit rasa tak suka karena harus satu kelompok dengan orang yang sudah mempermalukannya kemarin, berbeda dengan Havi, Gema malah terlihat senang dengan nama nama yang akan menjadi kelompoknya, terlebih ada Juan dan.. Havi.

REALITY - JEONGHARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang