Ektra Part

1.2K 124 29
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ibu, Papa, Tasya datang."

Tangan Tasya tidak hentinya mengusap batu nisan milik papanya. Dia terus menyunggingkan senyumnya ke arah dua gundukan tanah di depannya.

"Papa sama Ibu apa kabar? Tasya rindu sama kalian," ucap Tasya, "Ibu dan Papa dijaga malaikat dengan baik, 'kan?"

Dia kembali menunjukkan senyumnya, lalu mulai menaburkan kembang di atas makam kedua orang tuanya secara bergantian. Tasya membuka buku yasin miliknya dan mulai membacakannya.

Setelah membacakannya, tidak lupa untuk mengirimkan doa. Tasya tidak langsung pergi untuk pulang ke rumahnya, dia tetap berjongkok di tempatnya. Memandangi kedua makan orang tuanya lama, lalu mengusap air matanya yang tiba-tiba terjatuh.

"Bu, Pa, Mina sudah pulang sekarang." Tasya mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar makam kedua orang tuanya. "Tasya di rumah sendirian. Meskipun banyak makhluk yang datang ke rumah, Tasya tidak bisa sembarangan mengajak mereka ngobrol.

"Kalau di rumah, Tasya selalu merasa bosan. Dulu rumah itu ramai banget, ada Ibu, ada Papa, ada Tasya, dan ada Mina juga. Meskipun Mina itu menyebalkan, tapi Tasya sayang sama dia. Kalian ingat, 'kan? Dulu, saat Mina tiba-tiba menghilang, Tasya bahkan sampai sakit."

Tasya menghentikan ceritanya dan mengembuskan napas panjang. Dia terkekeh kecil ketika mengingat salah satu kejadian yang pernah dia alami.

"Saat itu, kalian panik banget, 'kan? Tasya selalu bilang sama kalian 'di mana Mina?'. Tasya bodoh, tentu saja kalian tidak tau. Kalian, kan, tidak bisa melihatnya, Tasya juga belum cerita tentang Mina.

"Sampai akhirnya Mina datang lagi dan Tasya sembuh. Tasya langsung cerita soal Mina ke kalian. Awalnya kalian tidak percaya, 'kan? Tapi, akhirnya kalian percaya kalau Mina memang benar-benar ada.

"Ya, itu adalah cerita lama dan sekarang sudah berbeda. Bu, Pa, Tasya boleh tanya? Tentang hati Tasya yang masih belum menentukan pilihan di antara mereka. Tasya bingung, sebenarnya hati Tasya memilih siapa? Ibu dan Papa bisa kasih jawaban ke Tasya?"

Tasya menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kembali. Dia tersenyum ke arah makam ibunya.

"Menurut Ibu, siapa yang harus Tasya pilih?" tanyanya. Tasya tetap tersenyum menunggu jawaban. "Kalau Papa bagaimana? Siapa yang Papa pilih?"

Selama apa pun dia menunggu jawaban, tentu saja mereka tidak akan bisa menjawab pertanyaannya. Tasya mengerucutkan bibirnya dan menghela napas pasrah.

"Tasya ini bagaimana, sih? Tentu saja mereka tidak akan menjawab," gumamnya. Dia terdiam sesaat, lalu terkekeh kecil.

"Tidak baik berbicara sendiri."

Mendengar suara yang dikenalnya, Tasya sontak bangun dan menoleh dengan raut terkejutnya. "Elang? Hei, sejak kapan kamu di sini?!"

MINA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang