Chapter 1

54 7 0
                                    

Gadis itu begitu bersemangat, sekolahnya sebentar lagi akan segera di mulai, kali ini dia memilih ke sebuah perguruan tinggi yg tidak banyak di ketahui orang, sebuah tempat terpencil, layaknya Desa-Desa dalam buku dongeng.

dia juga sampai terpanah sendiri, bagaimana dia bisa tau tempat itu.

Tempatnya lumayan jauh, sebuah tempat di dekat Dolomites. Dia memilih untuk menetap di sana.

"Mari kita bersiap-siap" ucapnya dengan semangat sambil mengambil tasnya dan mengisinya dengan keperluan sekolahnya nanti.

"KAKAK! APA KAU MELIHAT KOTAK PENSIL KU?" Teriaknya dari dalam kamarnya yg mana pintunya tidak tertutup sambil mengobrak-abrik di sekitar kamarnya.

"Kotak pensil? Aku tidak pernah melihatnya" balas Farzan yg sudah berdiri di ambang pintu

"Makanya jaga barangmu baik-baik, lihat sekarang? Kau kesusahan sendiri, kan?" Omel Farzan sambil berkacak pinggang.

Mereka hanya tinggal berdua di kaki  pegunungan ini, jika kalian bertanya kemana orang tua mereka, makanya jawabannya, dari awal mereka sudah tidak memilikinya. Bagaimana mereka bisa tumbuh bersama itu adalah karena mereka berdua merupakan yg terakhir dari anak panti asuhan, sebelum yayasan itu di tutup.

Untungnya mereka di beri tempat tinggal sebelum keluar dari tempat itu. Sisanya, mereka berdua yg harus berjuang untuk tetap bisa makan sehari-hari.

"Kakak jangan hanya mengomel, tolong bantu!"

"Carilah sendiri, aku sibuk" tolak Farzan

"Kakak! Kau sibuk apa? Kau selalu bekerja di malam hari, seharusnya kau bisa membantu adikmu sekarang, kan?" Ucap Rayana balas mengomeli sang kakak.

"Aku masih harus mengurusi sarapanmu, Rayana... Jadilah rajin dan cepat turun!"

"Kakak!"

"Oh iya, satu lagi! Kau akan berpakaian seperti itu ke sekolahmu?" Ucap Farzan memicing.

"Tentu saja"

Sekarang pakaian Rayana sama sekali tidak memiliki sisi seorang gadis. Kaos kebesaran di dalamnya dan di lapisi dengan kemeja bermotif kotak-kotak di luarnya yg juga sama kebesarannya, di tambah celana kain berwarna senada, tidak lupa topi kebanggaannya.

"Ganti sekarang! Sekolahmu itu bebas bukan berarti kau akan sembarang berpakaian seperti itu!"

"Kenapa?! Bukankah baju ini keren?? Gak mau aku bakalan pakai ini ke sekolah!"

"Rayana!"

"Gak mau!"

Rayana lalu berlari menuruni tangga kayu itu kemudian menuju pintu ke garasi dan mengambil sepedanya dengan cepat.

"Huh! Dasar mr. Old" dengus nya.

"Rayana!" Panggil tiga orang laki-laki di pinggir jalan, yg berjalan sambil menenteng sepedanya masing-masing.

"Gaya apa lagi kau hari ini?" Tanya Theo yg terlihat sudah menahan tawa.

"Kenapa? Keren bukan?" Jawab Rayana sambil bergaya sok cool ala-ala.

Teman-temannya memandangnya aneh, tapi dalam hati mengatakan sudah terbiasa dengan kekonyolan gadis itu, "Temanmu, Dar" tunjuk Theo pada Haidar

"Teman lo kali" Haidar juga ikut menunjuk Theo.

"Teman lo yah, Hen?" Mahen yg sedari tadi diam ikut kena juga.

"Enggak bukan, saya tidak kenal dia" jawab Mahendra ikut ambil menjahili Rayana.

"Walahh dasar teman bangsat kalian" ucap perempuan itu kemudian menggeplak kepala mereka satu-satu.

"LARI ADA BEKANTAN NGAMUK" Ucap Haidar berlari lalu langsung mengayuh pedal sepedanya

Grey moon ; The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang