Chapter 10.2

578 60 27
                                    

Hari berlalu dengan damai, Lan Mingyu sering mendapatkan surat dari Mo Ran dan itu membuatnya terasa lebih lega, itu menandakan bahwa Mo Ran dan Sizhun nya baik-baik saja.

Tapi beberapa hari kemudian, Mo Ran tiba-tiba berhenti mengirimkan surat. Sekarang Lan Mingyu tidak dapat berhenti memikirkan keselamatan Shizun nya dan Mo Ran. Lan Mingyu tidak dapat tidur selama berhari-hari, kantung matanya juga sudah menghitam. Dengan keadaannya seperti itu, semua Shidi nya menjadi khawatir dengannya.

Dan sekarang, Lan Mingyu sedang menyirami tanaman dengan wajah lesu... kantung matanya pun sudah menghitam, kulitnya juga menjadi lebih pucat dari sebelumnya. "Shixiong... istirahatlah bentar, Shidi ini akan mengantikan Shixiong dalam tugasnya hari ini"

Tapi Lan Mingyu sama sekali mengubrisnya dan tetap terus menyirami semua tanaman disana. Shidi tersebut pun hanya dapat menghela nafas dan menatap Lan Mingyu dengan tatapan khawatir. "Kalau begitu... Shidi ini pamit dulu, Shixiong jangan lupa untuk makan dan tidur setelah ini..."

Dan dengan itu pun Lan Mingyu pun sendirian lagi, ia menghela nafas dan membereskan alat-alat berkebunnya. Saat ia kembali ke kamar, ia sadar bahwa tinta hitam nya telah habis... ia pun langsung pergi turun ke kota untuk membeli tinta hitam sekaligus untuk mencari buku bacaan di toko buku.

.

.

.

Dalam perjalanan baliknya, Lan Mingyu dihentikan oleh wanita tua yang meminta tolong kepadanya. Seperti biasanya pun, Lan MIngyu memutuskan untuk membantunya... tiba-tiba hujan gerimis pun turun. Setelah berterima kasih pada Lan Mingyu, wanita itu menyuruhnya untuk pulang dengan segera sebelum hujan turun lebih deras.

Sesampainya di depan tangga menuju Sisheng Peak, Lan Mingyu melihat jejak darah berada di sana... jejak itu masih dapat dibilang masih baru, Lan Mingyu pun segera menaiki tangga itu dengan cepat. Jantungnya berdetak dengan cepat, ia merasa gugup dan panik saat melihat bercak darah tersebut semakin banyak. Sesampainya di pertengahan jalan menuju Sisheng Peak, Lan Mingyu melihat dua sosok yang tergeletak disana, pendarahan mereka belum berhenti sempurna.

Tetapi diantara mereka berdua, keadaan sosok yang mengenakan pakaian berwarna putih tersebut lebih parah dari sosok satunya. Lan Mingyu tahu betul kedua punggung yang tergeletak tidak berdaya tersebut, dengan pelan ia mendekati kedua sosok itu.

"Shizun... Ran-er.."

Lan Mingyu segera mengecek kondisi mereka berdua, mereka memiliki luka yang sama hanya saja luka milik Mo Ran tidak separah milik Chu Wanning tetapi luka mereka snagatlah dalam. Lan Mingyu langsung menyalurkan energi spiritual kepada mereka, dengan luka sedalam itu dan dengan darah yang mencucur sebanyak itu akan membutuhkan energi spiritual untuk menutup luka tersebut.

Lan Mingyu hanya dapat menyembuhkan luka satu orang saja, tapi ia tidak peduli... ia tidak ingin kehilangan mereka berdua. Lan Mingyu langsung mengerahkan seluruhnya, dan fokus pada penyembuhan mereka berdua. Ia tidak peduli jika ia akan terkena penyimpangan Qi dan mati karena itu, yang penting Chu Wanning dan Mo Ran harus selamat.

Setengah jam telah berlalu, Lan Mingyu merasa pendarahan mereka berdua sudha berhenti. Ia pun langsung meninggalkan barang-barang belanjaannya dan membawa Chu Wanning dan Mo Ran keatas Sisheng Peak. Kakinya bergetar lelah karena hampir semua energi spirtualnya habis, ia terus memaksa tubuhnya untuk bergera. Tiap 20 menit berlalu, Lan Mingyu akan tetap menyalurkan energi spiritual miliknya ke Chu Wanning dan Mo Ran sambil berjalan menuju puncak Sisheng Peak.

Lan Mingyu merasa ada sesuatu mengalir dari hidungnya dan mulutnya, "Ah... Penyimpangan Qi...?"

Lan Mingyu tidak peduli lagi dengan kondisinya, ia terus berjalan naik sambil membawa kedua orang tersebut. "Shizun... Mo Ran.... bertahanlah... sebentar lagi kita sampai di Sisheng Peak."

Semakin lama, Lan Mingyu merasa kedua telinganya dan kedua matanya terdapat sesuatu yang mengalir keluar. "Jangan sekarang... Kumohon, jangan sekarang...!"

.

.

.

Salah satu murid Sisheng Peak yang sedang berjaga di gerbang tersebut, melihat sosok Lan Mingyu yang membawa Chu Wanning dan Mo Ran dengan keadaan berdarah. Ia pun langsung menyuruh murid lainnya yang dekat disana untuk memanggil tabib. Ketika Lan Mingyu berhasil sampai di depan gerbang tersebut, murid-murid yang berada di sana langsung membantunya membawa Chu Wanning dan Mo Ran pergi menemui tabib. Pada saat itu juga, Lan Mingyu langsung tumbang keatas tanah, tubuhnya sudah berada di ambang batas.

Sebelum Lan Mingyu menutup kedua matanya, ia menatap kearah Chu Wanning dan Mo Ran yang dibawa pergi untuk menemui tabib. Tabib yang dipanggil salah satu murid itu pun datang dan mulai memeriksa keadaannya Lan Mingyu

"Maaf...."

"Shixiong jangan berbicara dulu! Simpan energimu dulu, tabib telah datang."

Lan Mingyu melirik kearah murid tersebut, "Shidi... dengan keadaanku seperti ini sudah tidak dapat diselamatkan lagi"

Murid tersebut melihat kearah tabib yang menangani Lan Mingyu, tabib tersebut hanya dapat menggelengkan kepalanya... Lan Mingyu tidak dapat diselamatkan lagi.

"Beritahu mereka berdua... kalau saya minta maaf... dan juga, terima kasih banyak...."

"Tidak...! Shixiong harus memberitahunya ke mereka dengan sendiri!"

Mendengar itu, Lan Mingyu tersenyum tipis. "Ya... saya juga berharap bisa begitu...", setelah mengucapkan itu Lan Mingyu pun menutup kedua matanya.

Semua murid yang berada disana pun terisak, mereka semua kehilangan Shixiong yang mereka kagumi dan mereka sayangi itu. Langit terlihat lebih mendung dari sebelumnya, dan hujan pun menjadi deras dari sebelumnya... seolah-olah langit juga menangis atas kematian pemuda Lan tersebut.


.

.

.

(A/n)
Akhirnya Author Update lagi!!! Hahahahahahhhahahaha!
Angst nya telah tiba
Gimana?? Apakah ini cukup untuk membuat kalian nangis? WKWKWKWKKWKWKWK

Author malah merasa ada yang kurangggg gitu
wkwkwkwkwkwkwk
Semoga kalian suka dengan chapter ini

归家 (Home) !! HIATUS FOR A WHILE¡¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang