Sore yang hampir menjelang malam. Somi menyandarkan punggungnya pada dinding lift yang terasa dingin seraya menatap lantai. Ia baru bisa pulang setelah Baekhyun memberikannya ijin untuk pulang. Pria itu benar-benar membuat Somi kewalahan di hari pertamanya bekerja sebagai asistennya. Bukan soal pekerjaan, tapi dirinya dibuat kewalahan dengan tingkah mesum pria itu.
"Sial. Aku ingin sekali menampar wajahnya." Somi melayangkan kepalan tangannya ke udara seolah-olah wajah Baekhyun ada di depannya saat ini.
Jika saja Baekhyun adalah pria mesum yang ia temui di jalan. Mungkin Somi sudah mencabik - cabik wajah pria yang sok tampan ituㅡ tapi tidak bisa dipungkiri Baekhyun memang tampan. Namun, sayangnya pria itu adalah atasannya.
Bukankah itu sebuah pelecehan?
"Agh, aku bisa gila."
Somi meneggakkan tubuhnya saat pintu lift terbuka. Ia melangkahkan kakinya keluar dan membawa tungkainya menuju unit apartmennya.
"Ahgassi."
Langkah Somi terhenti saat telinganya mendengar suara seseorang. Ia berbalik, di lihatnya seorang wanita yang merupakan pemilik apartment menghampiri Somi.
"Ada apa, nyonya Moon?"
Nampak keraguan dalam raut wajah wanita paruh baya itu, meski Somi bukan seorang pakar ekspresi, namun ia bisa melihatnya. "Katakan saja, nyonya."
"Somi, maaf karena aku baru sempat memberitahumu sekarang. Ini mengenai depositmu..." wanita itu menjeda kalimatnya, ia menghela nafasnya dan kemudian melanjutkan kalimatnya, "2 hari yang lalu, kakakmu datang menemuiku. Dia bilang, dia sedang terdesak dan membutuhkan uang. Dia berbicara soal hutang yang tidak aku mengerti. Lalu, dia memaksaku untuk menyerahkan semua depositmu padanya. Somi ... akuㅡ"
"Nyonya Moon."
Wanita paruh baya itu tak dapat melanjutkan kalimatnya saat kedua tangan Somi mencengkram bahunya dengan erat. "Kauㅡ kau tidak memberikan uang itu, kan?" Tatapan Somi menajam, cengkramannya pada bahu wanita paruh baya itu menguat, "Katakan nyonya!!"
Tubuh wanita itu sampai terguncang ketika Somi menyentaknya.
"Maaf Somi. Aku tidak bisa melakukan apapun saat itu. Dan hari ini, ada orang yang ingin menempati unitmu. Jadi, kau harus segera pindah."
Bahu Somi merosot dengan lemah. Kedua kakinya terasa lemas seperti jely. Tubuhnya terhuyung ke belakang, tapi untung saja tidak sampai terjatuh.
"Kalau begitu. Aku permisi."
Kedua tangan Somi terkepal di sisi tubuhnya. Semua amarah seakan menumpuk di dalam dadanya hingga membuat tenggorokannya tercekat. "Uangku..."
Somi menepuk-nepuk dadanya dengan keras. Membiarkan lelehan air matanya membasahi kedua pipinya. Hatinya sungguh sesak. Bagaimana tidak? Uang deposit itu Somi kumpulkan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Ia bekerja seperti orang gila, hingga rasa lelah bukan lagi masalah baginya. Karena sebesar itulah keinginan Somi agar bisa memiliki rumah sendiri.
Dia mengingat bagaimana dulu hanya bisa tidur selama dua jam lalu kembali bekerja dan harus makan mie instan setiap hari karena harus menabung dan juga membayar cicilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot PA -BBH
Fanfic[Mature] Tahap revisi Club menjadi satu-satunya pelarian Somi saat ia sedang stress. Terlebih lagi, saat ini dirinya tak kunjung mendapat pekerjaan setelah ia memutuskan untuk resign dari perusahaan sebelumnya. Hingga, kecerobohannya malam itu memba...