•
•
•
•
•
•
•Makan malam dengan penuh canda tawa telah usai, kini para orang tua sedang duduk dan bercengkrama santai di ruang tamu. Sementara anak-anak mereka sedang berada di halaman belakang.
“Jungkook, kemarilah. Lihat bintang-bintang ini begitu indah.”Ucap Minji meminta Jungkook untuk bergabung duduk di tempat duduk yang ada di taman belakang rumah Park.
“Minji lihat ada bintang jatuh. Ayo cepat buat permohonan.” Jimin memecahkan keheningan malam.
Mereka pun memejamkan mata dan tanpa sadar Jungkook pun ikut memejamkan mata membuat sebuah permohonan.
“Nah Jimin katakan kau meminta apa?” Ucap Minji.
“Aku ingin selalu bersamamu, ibu dan ayah sampai kapanpun.” Ucap Jimin sembari memeluk sayang lengan Minji. “Lalu kau?” Tanya Jimin.
“Aku berharap agar permohonanmu terkabul Jimin, karena aku merasakan sesuatu akan terjadi.” Ucap Minji sambil memegang tangan saudaranya ini sambil menatap langit malam. Entah apa yang dia pikirkan saat ini begitu tak masuk akal bagi Jimin dan Jungkook yang memang berada di belakang bangku mereka.
“Kau ini jangan berpikir yang macam-macam. Kau akan selalu berada disini dan tak akan kemana-mana.” Ucap Jimin mengelak kata-kata Minji sembari memeluk saudara, teman dan sahabatnya.
.
.
.
.
.
.
Hari berganti jadi bulan dan bulan berganti jadi tahun. Tak terasa 4 tahun telah berlalu. Kini anak-anak kecil itu sudah tumbuh dewasa. Mereka akan segera lulus Elementary School dan akan menempuh jenjang Junior High School.
Minji ternyata tengah menjalin cinta dengan Jungkook. Karena memang sejak awal Jungkook telah menaruh rasa suka kepada Minji. Kisah cinta mereka baru saja berjalan beberapa bulan, tapi tak ada kedekatan intens dalam hubungan mereka, karena mereka berpikir untuk saat ini fokus kepada pendidikan dan saling mendukung.
Semenjak Jungkook dan Minji menjalin hubungan, Jimin jadi jaga jarak saat berdekatan dengan Minji ketika Jungkook berada di sekitar mereka. Dia tak ingin menggangu hubungan saudaranya.
Tapi tak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan bukan. Begitu pun dengan keluarga Jeon yang ternyata perusahaan di Kanada mereka mengalami masalah yang serius, sehingga membuat keluarga Jeon harus kembali ke kanada dan mengurus semuanya.
“Jeon aku harap masalahmu cepat selesai dan kau bisa kembali kesini dengan segera.” Ucap ayah Park bersama keluarganya, yang ternyata ikut mengantar sahabat mereka ke bandara.
“Aku harap juga begitu Park. Jujur aku sangat tak ingin meninggalkan tanah kelahiranku ini, tapi perusahaan yang menjadi kehidupan untuk keluargaku juga tengah mengalami masalah. Aku berjanji jika semua telah selesai aku akan kembali, untuk meminta hak putraku.” Ucap Tuan Jeon.
Sama hal dengan sepasang kekasih yang saling menatap sendu, merasa tak ingin jauh. Tapi keadaan yang membuat mereka harus berpisah sementara waktu. Karena Jungkook tak mungkin di tinggal di korea, tanpa tahu orang tuanya akan kembali kapan.
“Minji aku berjanji akan mengunjungimu sekali setahun saat libur kenaikan kelas atau semester.” Ucap Jungkook sembari menggenggam kedua tangan kekasihnya dengan tatapan sendu.
“Hiks tak usah dipaksa kookie. Aku akan menunggu kau kembali setelah semuanya selesai disana. Kau hanya perlu menjaga dirimu dan jangan melupakanku. Hiks hiks.” isakkan dan ucapan lirih sarat akan kesedihan yang di tahan. Tapi Minji tak ingin menangis tersedu-sedu di depan orang yang dia cintai.
“Kau juga Minji tunggu aku kembali. Jimin aku percayakan Minji padamu, tolong jaga dia sampai aku kembali.” Tatapan Jungkook alihkan kepada gadis dibelakang Minji.
“Tanpa kau minta aku pasti akan menjaga saudaraku.” Ucap Jimin yakin, tapi berbeda dengan tatapan yang dia berikan kepada sepasang kekasih itu.
Pesawat pun telah lepas landas, meninggalkan bandara korea dengan tujuan kanada. Begitu pesawat lepas landas, keluarga Park pun berjalan meninggalkan bandara untuk kembali ke rumah mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari berlalu seperti biasanya, kini Minji dan Jimin tengah duduk dibangku kelas 2 Junior High School. Mereka terkenal di sekolah dengan kepribadian mereka masing-masing. Minji yang selalu humble dan Jimin yang pintar dan cerdas yang selalu mendapat rangking 1 dikelasnya dan banyak mengikuti lomba-lomba akademik.
Sampai saat ini Jungkook sebisa mungkin membalas email yang Minji kirimkan kepadanya. Mereka tak pernah putus komunikasi walau berjauhan.
Saat ini seoul tengah dilanda hujan deras. Hal ini sudah terjadi di hari-hari sebelumnya, cuma sialnya Minji dan Jimin tak ada yang membawa payung untuk mereka gunakan ke halte depan sekolah, yang biasanya supir keluarga mereka akan menjemput.
Tapi sayangnya mereka harus berlari untuk sampai ke halte bus dan menunggu, karena hujan yang begitu deras membuat sang supir meminta mereka untuk menunggu sebentar sampai hujan reda. Karena akan sangat berbahaya jika memaksa untuk keluar ditengah hujan yang deras.
“Jimin apa yang kau lakukan? Kembali sebelum kau basah kuyuh.” Minji melihat Jimin berlari kearah trotoar di sebelah halte, sedang berjongkok seperti berusaha menolong sesuatu.
“Sebentar, aku harus menolong anak anjing ini. Kakinya tersangkut di jaring-jaring pembatas air.”Ucap Jimin sedikit berteriak, takutnya Minji tak mendengar ucapannya.
Ketika sedang berusaha untuk melepaskan kaki anak anjing itu. Tanpa disadari dari arah berlawan jalan raya, terdapat sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi ditengah hujan deras ini. Mobil itu terlihat oleng beberapa kali, tapi karena jalanan yang licin dan pengelihatan yang kurang, serta kecepatan yang tak sepantas dilakukan di tengah hujan deras ini. Mengakibatkan sesuatu yang diluar dugaan terjadi.
“JIMIIN AWAASS!”
Tbc
🦋🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
|END| Sorry, but I love you
Short Story[____SHORT STORY____] 🍃🍃🍃 Ketika Jimin merasa bahwa semua yang dimulai atas kebohongan akan berakhir dengan kebencian. • Jungkook • Jimin (gs) • sad • mad • love • destiny