#6

288 28 8
                                    

Happy reading 🦋 🦋

.
.
.
.
.
.
.

Sejak awal ini pasti akan terjadi, dia berani mengambil keadaan ini berani juga menanggung setiap resikonya. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, karena semuanya telah terlambat, dia menerima pernikahan ini. Sudah tiga hari terlewati ketika dia menyandang status sebagai istri pengusaha teknologi ternama, seorang istri dari Jeon Jungkook.

Pernikahan yang begitu membahagiakan dan sacral tak mungkin dia hancurkan begitu saja. Impinan besar dari sang ayah dan sahabatnya untuk menjodohkan anak-anak mereka, akhirnya tercapai. Tapi bukan dia wanita yang diminta oleh keluarga Jeon, melainkan saudaranya. Semua telah terjadi, kini dia hanya perlu menjalani perannya.

.

“Sayang.”

Sebuah pelukkan hangat dan erat dia rasakan dari belakang tubuhnya. Lengan berotot, tubuh yang kekar, telah menjadi miliknya begitupun tubuhnya telah dimiliki seutuhnya dari lelaki ini, suaminya.

“A-ah kau menganggetkan ku saja. Lepaskan aku harus membuat sarapan, sebaiknya kau mandi dulu.”

“Lebih baik kita mandi bersama sayang.” Belum sempat dia membalas ucapan lelaki ini telah lebih dulu menggendong menuju kamar milik mereka.

.

.

.

“Jungkook-ah, ini susu pisang kesukaanmu. Minumlah dulu, lalu kau lanjutkan lagi pekerjaanmu.”

“Terima kasih, sayang. Tapi aku juga butuh pelukkan.” Uluran tangan meminta sang istri mendekat kepadanya.

“Ah ternyata eomma memang benar kau ini manja sekali.” Sebuah usapan dan pijatan pada lengan suaminya. Karena saat ini dia duduk di pangkuan sang suami.

“Minji-ah, kau tahu sekali aku hanya manja padamu. Dan apa salahnya jika suami manja pada istrinya, kau mau aku manja pada wanita lain?”

“Aish jika kau berani melakukannya, aku akan adukan pada eomma.” Sebuah cubitannya kecil di lengan berotot, menimbulkan sebuah ringisan manja dan kekanakan.

Minji, atau Jimin kini sudah terbiasa mendengar sang suami memanggilnya dengan nama saudaranya. Sampai kini Jimin belum berani atau tak ingin mengunggapkan kejadian yang sebenarnya. Dia telah nyaman dan mencintai suaminya ini atau kekasih dari saudaranya. Tapi semua telah berubah, Minji tidak ada lagi di dunia ini.

“Sayang kau tahu, aku sangat mencintaimu, hanya kau dari dulu hingga sekarang wanita yang aku cintai. Kau akan menjadi ibu dari anak-anakku, cinta pertama dan terakhirku.” Ucapan yang Jungkook kata dengan tulus, tatapan sarat akan cinta yang penuh. Hal ini tak mampu membuat Jimin untuk tak menangis.

“Hiks hiks…”

“Sayang mengapa kau menangis? Apa kata-kataku membuatmu tersinggung atau ada hal lain yang terjadi katakan sayang? Aku sangat tak suka kau menangis begini.” Jimin tak mungkin mengatakan apa yang terjadi, dia sungguh tak mampu.

“Hiks aku hanya menangis bahagia, aku juga sangat mencintaimu Jungkook. Apapun yang terjadi kedepan kuharap kau akan percaya dan terus mencintaiku seperti ini.” Pelukkan erat pada lehernya dan kata-kata sang istri membuat Jungkook bingun. Tapi semua itu dia bales dengan menenangkan sang istrinya.

.

.

.

Berita Bahagia datang dari pasangan muda keluarga Jeon, berita yang sudah di tunggu-tunggu kedatangannya dari dua keluarga besar. Yah, Jimin dinyatakan hamil tiga minggu, aka nada kehadiran Jeon Junior di tengah-tengah keluarga kecil ini.

“Sayang terimakasih, terimakasih. Aku akan menjaga kalian dengan baik, dan Jeon kecil kau baik-baik disana jangan merepotkan mommy.” Jungkook mengusap pelan tempat sang bayi akan tumbuh selama sembilan bulan, kehadirannya begitu membawa kebahagiaan.

“Minji-ah, mulai sekarang kau tidak boleh kelelahan. Kau harus banyak makan makanan sehat dan minum susu ibu hamil, juga vitamin. Agar kau dan anakmu selalu sehat.” Eomma Jeon memeluk hangat sang menantu dan memberikan wejangan yang harus dilakukan oleh ibu hamil.

“Nee eomma, aku akan ingat itu.” Senyum hangat dan manis Jimin membalas pelukkan eommanya.
Ibu Park pun bergantian memeluk putrinya, tatapan sendu yang Jimin lihat dari ibunya.

“Minie” bisikan lirih yang hanya Jimin dapat mendengarnya.

“Putriku, kuharap kau selalu bahagia sayang. Ibu selalu berada di sisimu.” Kata-kata itu yang Jimin dengar dari sang ibu, bukan selamat atas kehamilannya. Ibunya mengucapkan kata-kata untuk dirinya tetap bahagia.

'Aku bahagia ibu, sungguh aku sangat bahagia. Walau aku takt ahu ap aini akan tetap seperti ini atau tidak.' Batin Jimin membalas pelukkan erat sang ibu sambil memejamkan matanya.

.

.

.

Kini kandungan Jimin telah berusia enam bulan. Pagi ini merupakan check rutin Jimin kerumah sakit, kali ini sang suami sengaja mengambil libur. Karena saat ini mereka akan melihat jenis kelamin anak mereka, agar mereka bisa mempersiapkan segala keperluan nanti.

“Jungkook ayo, kita sudah hampir siang.” Jimin memanggil Jungkook yang belum juga keluar dari kamar mereka.

“Iya mommy, daddy datang. Ugh istriku ini tak sabar sekali.” Ucap Jungkook sembari mencolek dagu istri dengan manja.

“Aish jangan macan-macam, cepatlah..” Setalh itu Jimin berlalu meninggalkan Jungkook.
“Aigoo kau itu bayi, tapi akan punya bayi, sayang. Hahaha”

.

.

Selepas check usg, dan hasilnya bahwa anak pertama mereka adalah laki-laki. Akhirnya impian Jimin untuk memiliki anak pertama laki-laki terwujud. Sementara Jungkook senang-senang saja, mau perempuan atau lelaki anak pertamanya, itu bukan masalah.

“Jungkook-ah, aku ke toilet dulu. Kau ingin langsung ke mobil juga tak apa.” Ucap Jimin.

“Aku temani ya sayang?” Tanya Jungkook.

“Tak perlu, aku bisa sendiri dan akan berhati-hati hmm.”

“Baiklah kalau begitu, aku tunggu disini saja.”

Setelah itu Jimin berbalik untuk menuju toilet. Tak lama setelah kepergian Jimin, seorang lelaki tua menghampiri Jungkook yang sedang bersandar di tembok sembari membuka email yang dikirim oleh sekretarisnya.

“Permisi anak muda..” Ucap lelaki tua itu.

“Ah nee, ahjussi ada yang bisa kubantu?” Tanya Jungkook sembari memasukkan hpnya ke dalam jaket yang dia gunakan.

“Apa kau suaminya, Jimin?”













“Jimin?”


Tbc
see u 🦋🦋

|END| Sorry, but I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang