Chapter 11

204 23 1
                                    

Sky langsung keluar dari mobil setelah memarkirnya (semoga saja) dengan benar di parkiran rumah sakit. Dia langsung berlari dan berjalan menuju lobi rumah sakit. Dia bahkan tidak tau jika Chris berada di UGD atau ICU atau di mana pun. Tapi, resepsionis pasti akan tau kan di mana laki-laki itu berada?

Sky mengatur napasnya saat dia sudah tiba di meja resepsionis, tapi dia seketika bingung harus menyebut nama siapa. "Hmmm... Pasien bernama Christopher Banhg ada di kamar nomer berapa?" tanya Sky dan dia melihat resepsionis mengetikkan nama yang disebutnya tetapi dia menggelengkan kepalanya. Sky pun berpikir keras, berusaha mengingat nama Korea dari asistennya itu.

"Hmmm... Banhg Christopher Chan atau Bangchan," coba Sky lagi dan akhirnya suster itu menemukan nama yang dia sebutkan: Bangchan. Sky pun berterima kasih dan segera bergegas menaiki lift dan menekan tombol 25. Chris berada di kamar VIP 2503, sama seperti unit apartemennya, membuat Sky bergidik karena kebetulan yang tidak terduga itu.

Dia kemudian membuka pintu kamar 2503 dan menyapa suster yang berada di sana, sekaligus memperkenalkan dirinya. Suster tersebut pun berpamitan dan dia pun menghampiri Chris yang sedang terbaring dan dia melihat tangan kanan laki-laki itu memakai sling. Sky menggelengkan kepalanya dan menghampirinya.

"Chris, masih tidur? Apa udah bangun? Gue laper," ucap Sky seraya menarik kursi kecil di dekat tempat tidur. Tidak ada respon dari Chris dan dia pun berdiri, menelusuri ruangan besar itu, mencari buku menu, dia benar-benar lapar.

"Chris, gue kelaperan ini. Di sini boleh pesen makanan gak sih?" tanya Sky lagi meskipun dia tau Chris tidak akan menjawabnya. Setidaknya, dengan berbicara seperti itu dia merasa bahwa Chris baik-baik saja. Tapi, Sky pun akhirnya berjongkok dan menengadahkan kepalanya, rasanya dia ingin menangis. Tapi, tidak. Dia tidak boleh menangis. Emosi yang boleh dia tunjukan hanyalah amarah, karena itulah dirinya.

Sky pun berdiri dan kemudian berjalan keluar dari kamar inap Chris. Dia memasuki lift dan menekan tombol ground, berniat untuk pergi saja dari rumah sakit itu dan mencari makan. Dia tidak suka rumah sakit, dia benci rumah sakit. Bulan lalu pun dia datang ke sini karena hal penting, Lix memanggilnya.

Tapi, bukankah Chris seharusnya tau bahwa dia begitu membenci rumah sakit? Bukankah Chris seharusnya tau bahwa dia dilarang untuk sakit, sehingga dia tidak perlu menjenguknya? Sky kesal, ya, hanya itu emosi yang dia izinkan untuk dia rasakan. Dia tidak sedih atau pun takut karena dia tau bahwa Chris akan baik-baik saja dan besok kakeknya dan juga Iyen akan datang untuk merawat Chris. Jadi, laki-laki itu tidak membutuhkannya dan dia pun tidak harus menginjakkan kakinya di rumah sakit lagi.

 Jadi, laki-laki itu tidak membutuhkannya dan dia pun tidak harus menginjakkan kakinya di rumah sakit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Case 143 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang