Bab 8

981 6 3
                                    

Pagi yang cerah, Kiara duduk di meja bersama Mama tercintanya. Mereka berdua menikmati roti bakar yang dibuat oleh Mamanya.

"Eum, enak banget ma! Kiara suka!" seru Kiara sambil melahap terus roti bakar tersebut. Mama Kiara hanya bisa tersenyum melihat putri kecil nya ini.

"Kia, Mama mau ke rumah nenek dulu dua sampai tiga hari. Kamu mau ikut atau diem di rumah? Tapi kamu sendirian, mama takut kamu kenapa-kenapa," Kiara berpikir sejenak. Sebentar lagi ada ujian jika dia ketinggalan pelajaran bisa-bisa saat ujian dia tak bisa mengerjakan.

"Aku di rumah aja Ma." jawab Kiara, Mamanya mengangguk.

"Kamu bisa jaga diri kan? Soalnya Mama takut kamu kenapa-kenapa ... " Mamanya menatap wajah Kiara.

"Kiara bisa jaga di-"

Ucapan Kiara terhenti saat dirinya melihat jam, disana menunjukkan pukul 05:59 artinya dia waktu 30 menit untuk ke sekolah.

"Mama Kiara berangkat dulu ya, udah terlambat! Assalamualaikum!" Kiara mencium tangan Mamanya lalu pergi bergegas keluar.

***

Di angkot seperti biasa dirinya hanya bisa terdiam sambil memainkan handphone sesekali, entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu seangkot dengan murid SMA sebelah.

"Lo kenal dia gak?" tanya seorang gadis tiba-tiba, dia menunjukkan poto ke arah Kiara.

"Eh, kamu nanya aku?" tanya Kiara kaget, soalnya tumben sekali murid SMA lain mau mengajak bicara.

"Iya ke lo, ini kenal gak?" tanya gadis itu judes. Kiara melihat poto tersebut ...

Deg!

I--itu kan ... Athar!

"Itu Kak Athar, kakak kelas aku." jawab Kiara berusaha untuk tidak panik. Gadis itu tersenyum manis.

"Dia pinter gak? Aku ketemu dia pas SMA kalian lomba basket ke SMA aku. Diem-diem aku Poto dia, waktu mau minta no wa dia malah udah pulang hehe ..." ujar gadis itu panjang lebar.

"Iya dia pinter kok, baik hehe." jawab Kiara kikuk.

"Kenalin aku Ananda Syifa kamu bisa panggil aku Nanda!" Nanda mengulurkan tangannya kepada Kiara.

"Kiara," balas Kiara sambil tersenyum manis.

"Btw punya no Athar gak? Kalo punya minta dongg pengen mepet dia, sebenarnya kalo boleh pindah sekolah mau banget pindah," ujar Nanda lagi. Kiara harus jujur atau bohong sekarang?

"Kak Athar orangnya cuek jadi jarang banget yang punya no dia." balas Kiara. Senyuman di Nanda pudar seketika.

"Yahh jadi susah di deketin dong?" Nanda menunduk sedih.

"Sabar aja,"

Kiara turun dari angkot lalu masuk ke gerbang. Masih banyak murid yang berlalu-lalang disana artinya masih belum masuk. Kiara masuk ke arah kelasnya. Hari ini penampilannya agak berbeda, dia memakai masker dan rambutnya di urai.

Bruk!

Kiara terkejut karna tak sengaja menabrak tubuh seseorang, dia mengambil buku dan handphone nya yang jatuh ke lantai.

"Eh si murahan udah datang,"

"Ups! Jangan terlalu jujur nanti kena mental!"

Mereka terbahak-bahak mendengar kata-kata itu. Kiara meremas rok nya kuat-kuat, air matanya mengalir lalu pergi dari orang-orang tersebut.

"Gak usah sok-sokan pake masker wajah lo udah jelas kayak lont* hahah!"

Kiara meremas dadanya yang terasa sesak. Dia menuju kamar mandi untuk mengusap wajahnya yang basah karna air mata.

"Kia," Kiara berbalik saat di panggil, dia Aldo!

"Ini ada orang yang ngasih ini, gua gak tau ini dari siapa yang pasti SMA sebelah!" kata cowok itu, dia memberikan paper bag pada Kiara.

"Aldo ini dari cewek atau cowok?" tanya Kiara, Aldo berbalik.

"Cowok!"

Kiara membuka paper bag tersebut. Isinya ada roti minum dan juga surat. Ada coklat juga disana, Kiara tersenyum manis walaupun ia tak tau itu dari siapa.

Apa ada yang suka dirinya dari SMA sebelah?

Atau hanya iseng saja?

Entahlah yang pasti dirinya merasa senang, apalagi ada beberapa jajanan disana, enak untuk ngemil kan.

"Di kasih sugar daddy nya kali,"

"Denger-denger dari SMA sebelah? Dih punya berapa banyak simpenan sih?"

"Aduh malu bett sih,"

Kiara hanya bisa tersenyum lalu pergi, padahal mereka ini tak tau kisah hidup Kiara bagaimana. Tapi tak perlu semua orang tau kisah dihidupnya ini.

"Kita hanya harus bersabar saja, jiga sudah tidak sabar jangan terburu-buru berniat ingin mengakhiri hidup. Tapi meluapkan emosi dengan cara menangis sudah bisa membuat kamu lebih tenang, perjalanan hidup masih panjang ... "

"Sabar Kiara,"

"Kiara lo dicariin kak Nadia!" teriak seseorang sambil menghampiri nya.

"Dicariin kenapa?" tanya Kiara mulai panik, karna Nadia itu adalah osis yang paling di takuti. Biasanya jiga di panggil begini Nadia akan marah pada orang yang di panggilnya itu.

"Gak tau katanya di tunggu di depan perpustakaan!" kata gadis itu lalu pergi.

Kiara terus berdoa moga tidak dimarahi oleh Nadia. Tapi jika tidak dimarahi untuk apa Nadia memanggil dia? Tapi jika Nadia memanggil dia dan dimarahi apa salah Kiara?

"Pa--pagi kak Na--Nadia," cicit Kiara. Nadia berbalik lalu mendekati Kiara.

Plak!

Tamparan keras dari Nadia untuk Kiara. Pipi Kiara terasa panas saat Nadia menampar pipinya. Bahkan tamparan itu sangat keras membuat pipi Kiara serasa bengkak seketika.

"Kak ken-"

"Lo nanya kenapa gua nampar lo? Lo tau gak sih gosip kalo lo simpenan om-om itu udah nyebar! Kalo guru-guru sampe tau lo bisa di keluarin! Tapi gua sih masa bodo yah! Cuman lo udah bikin sekolah ini malu!" bentak Nadia, Kiara menunduk ketakutan badan nya bergetar hebat, keringat dingin membasahi wajah Kiara pertanda Kiara ketakutan.

Kiara baru kali ini di panggil oleh Nadia, dulu dia adalah anak yang baik-baik. Tapi semenjak malam itu semua berubah, dan juga kenapa orang-orang tidak percaya bahwa testpack itu bukan miliknya?

"I--ini sal--salah paham kak! A--aku bukan perempuan murahan!" tekan Kiara, dia meremas rok nya kuat-kuat.

"Ouh ya? Kalo emang lo punya bukti baru gua percaya!" Nadia akhirnya pergi meninggalkan Kiara yang masih dengan badan bergetar.

"Apa aku pindah sekolah aja ya?"

"Kayaknya iya deh ... Biar aku jauh dari Kak Athar juga,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Athar My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang