Bab 7 [Takut]

924 3 0
                                    

Athar menjelaskan tentang kelakuan ayah nya pada dirinya hingga menjadi babak belur. Kiara sesekali terkejut mendengar kata Athar itu. Brengs*k memang.

"Sabar ya kak," ujar Kiara dia tersenyum manis ke arah Athar.

Dia mengusap luka Athar, "Nanti juga ini bakal sembuh soalnya udah di obatin."

Entah kenapa rasanya Athar bahagia sekali ada orang yang peduli padanya. Padahal dirinya tak suka dekat dengan gadis manapun. Tapi dengan Kiara kata itu se akan hilang seketika.

"Gu--gua bo--boleh ngusap pe--perut lo?" tanya Athar, membuat Kiara membulatkan matanya. Tapi tak lama kemudian dia mengangguk, Athar mengusap perut Kiara dengan lembut.

"Gua gak berharap disini bakal tumbuh anak gua, tapi ... Gua bahagia kalo benih gua tumbuh," guman Athar.

Kiara merasakan geli saat Athar mengusap perutnya, tak sedikit orang yang menatap keduanya iri. Banyak juga yang menyangka Kiara dan Athar telah menikah dan sekarang Kiara sedang hamil.

"Kak, ini udah sore ayok pulang. Kia takut di cariin," ujar Kiara pelan, mungkin tadi dirinya senang saat Athar mengusap perut datar nya. Tapi tiba-tiba ingatan saat malam kehancuran Kiara teringat membuat Kiara takut menatap wajah Athar.

"Oke ayok!"

****

Di jalan Kiara hanya bisa terdiam sambil menatap ke luar jendela. Pikiran Kiara memang kadang berubah akhir-akhir ini. Kadang dia tak takut pada Athar, tapi kadang dirinya merasa was-was.

"Sekarang kemana?" tanya Athar saat ada belokan ya wajar saja Athar tidak pernah ke rumah Kiara toh.

"Belok kanan, lurus terus udah turun aku mau jalan gang aja biar deket!" ujar Kiara, Athar mengangguk lalu menjalankan kembali mobilnya.

Sampai di gang Kiara turun dari mobil Athar. Bahkan Kiara terburu-buru hingga Athar tak sempat berbicara pada Kiara. Padahal niatnya Athar akan mengucapkan selamat malam pada Kiara.

Kiara menyusuri jalan gang menuju rumahnya. Dia sengaja lewat sini agar dekat dengan rumahnya. Jalanan rasanya sepi tidak seperti biasanya, padahal ini masih sore belum malam.

"Ara!" tiba-tiba ada suara yang membuat Kiara terhenti, walaupun dirinya takut. Tapi suara yang ia dengar rasanya tidak asing.

"Ini gua Vano," akhirnya Kiara berani berbalik. Ternyata benar ini adalah orang yang tadi di angkot. Vano menatap nya dengan wajah datar khas cowok itu.

"Gua lagi jalan-jalan biar makin kenal daerah sini malah ketemu lo ... " ujar Vano.

"Oh iya," Kiara kembali melanjutkan perjalanannya. Vano mengikuti langkah kecil Kiara, membuat Kiara merasa tidak nyaman. Tau kan ini di gang? Sepi pula.

"Tenang gua gak akan apa-apa in lo," ujar Vano se akan membaca pikiran Kiara. Membuat Kiara terkejut sendiri.

"Iya,"

"Lo masih perawan?" tanya Vano sontak membuat jalan Kiara terhenti, kenapa Vano malah bertanya seperti itu?

"Kenapa nanya gitu?" tanya Kiara dengan nada tak suka.

"Ngak papa cuman nanya," Vano akhirnya maju terlebih dahulu meninggalkan Kiara yang masih terdiam diri.

****

Kiara sampai di rumah, dia membuka pintu kamar nya lalu membersihkan tub*hnya yang lengket dan bau keringat. Selesai mandi Kiara duduk di pinggir kasurnya sambil memikirkan kata-kata Vano.

"Kenapa dia nanya gitu?" guman Kiara.

"Apa dia lihat kejadian waktu itu?" tanya Kiara, dia memejamkan matanya.

Kiara berpindah posisi menjadi tidur, dia menyelimuti tub*h kecil nya. Suara rintik hujan membuat Kiara menjadi mengantuk, dia memejamkan matanya.

"Gua suka tub*h lo, ahhh!"

"Lepas kak sa--sakit!"

"Lo diem aja deh!"

"Kak ahh! Sa--sakit!"

Kiara membuka matanya, dia mengusap wajah nya. Kenapa bayangan malam itu terus menghantuinya? Mungkin Kiara harus menjauh dari Athar agar dia tidak mengingat terus kejadian itu.

"Bu--bukan sal--salah aku ... " tub*h Kiara bergetar, air matanya kembali turun dengan deras tanpa permisi.

"Dunia gak adil! Kenapa harus aku yang ngerasain itu!" tangis Kiara dia menjambak rambutnya dengan kasar.

"Aku benci kak Athar!" teriak Kiara, dia menampar pipi kanan nya dengan kasar.

"Agh!" Kiara berteriak dengan keras sambil memukul perut nya, dia tak berharap benih Athar akan tumbuh di perutnya. Bagaimana dengan masa depannya nanti.

Sementara disisi lain Athar sedang bermain game nya saat merasa haus dia mengambil gelas yang tak jauh darinya, tapi ...

Prang!
Gelas itu jatuh ke lantai, Athar berdecih pelan kenapa harus jatuh segala. Dia menyimpan handphone nya lalu mengambil tong sampah yang ada di kamar nya, lalu mengambil pecahan gelas yang berukuran besar.

"Agh kena tangan lagi!" kesal Athar, dia mengambil tisu lalu mengusap dar*h yang mengalir dari tangannya.

"Kok perasaan gua gak enak ya?" guman Athar dia duduk di kursi.

"Kiara gak kenapa-kenapa kan?" guman Athar, niat ingin mengechat Kiara. Tapi tiba-tiba niat nya urung, dia berpikir Kiara sudah tidur jam segini.

"Moga aja Kiara emang udah tidur," guman Athar lagi. Dia membuang tisu bekas dar*h nya ke dalam tong sampah.

"Tapi perasaan gua bener-bener gak enak!" teriak Athar, dia melirik jendela kamarnya hujan turun lumayan deras mengguyur kota.

"Oke tenang aja Thar! Besok lu pasti ketemu Kiara di sekolah!"

Athar merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur. Dia menatap langit kamarnya.

"Kiara itu cantik," guman Athar.

Di sisi lain ...

"Akhirnya kita bisa deket lagi Ra, walaupun lo lupa sama gua. Tapi gua gak bakal lupa sama lo," orang itu menatap poto-poto seorang gadis cantik.

"Gua sayang lo, Kiara ... "

Athar My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang