08

10.3K 1K 129
                                    

NOTE: Sebelumnya aku mau bilang makasih buat yang nungguin ini sampe spam karna jujur aku gak pernah seditunggu sama readers aku, jadi aku benar-benar berterimakasih sama kalian.

Aku sempat down dan takut kalian bosen sama cerita aku karna gandrenya itu" mulu yang pasti ngebosenin.ternyata kalian nunggu, makasih banyak udh bangkitkan semangat aku,Sayang kalian banyak-banyak 😚♥️




























Happy Reading
••















"

Aku menyerah, aku lelah. Aku ingin kita bercerai"

Ada saatnya seseorang lelah, ada saatnya orang yang selalu berjuang pada akhirnya menyerah jika terus di sia-siakan. Sekuat apapun dirimu jika di dalam kalian rapuh maka akan tetap rapuh, di dunia ini tidak ada manusia yang kuat. Mereka yang kuat adalah orang yang rapuh.karna jika ada yang terkuat maka jawabannya adalah tuhan.

Haechan menyerah untuk kali ini,dulu dia bertahan karna anaknya. Namun jika anaknya saja tak sudi menganggapnya ibu. Apa gunanya haechan terus bertahan dan terluka? Dia menyerah.

"Apa katamu,bercerai?" Mark menutup wajahnya dengan sebelah tangannya tertawa terbahak-bahak membuat haechan kebingungan.

"Kau, orang yang selalu mengemis cinta padaku minta cerai? Hahh~ sangat lucu sekali, bagaimana bisa kau bercerai dariku sedangkan cintamu itu seutuhnya hanya padaku"

"Bisa, tentu saja bisa" haechan menatap mark tanpa rasa takut membuat mark mengepal tangannya.

"Kau terlalu sering mengabaikan ku sehingga rasa itu kian perlahan hilang"

Kening mark mengernyit mendengar ucapan haechan,Dia menyeringai tipis.

"Matamu itu menunjukkan kebohongan"

Mark memegang kedua bahu haechan,"rasa itu hilang? Dari dulu kau memang hanya main-main bukan?"

Haechan terkekeh mendengarnya menepis lengan mark yang ada di bahunya,"jika aku main-main tidak mungkin aku bisa bertahan selama dua puluh tahun dengan orang yang sudah melukaiku. Aku menyayangimu dan anakku, lalu apa yang kalian berikan? Hanya luka." Mata haechan kian berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya membuat mark bungkam.

"Anakku yang pernah ada di dalam rahimku selama sembilan bulan, anakku yang sudah aku rawat bertahun-tahun namun apa balasan yang di dapat? Hanya luka. Suamiku yang sangat aku cintai, aku menyayangimu namun apa yang kau berikan padaku? Luka dan luka saja yang aku dapatkan tanpa memberiku jeda untuk mengobati luka itu, kalian terus memberikan luka padaku padahal luka sebelumnya belum sembuh. Dua puluh tahun aku hidup dengan seribu luka yang menghantuiku, dan kini saatnya aku menyerah."

Haechan mengeluarkan semua perasaan yang dia tahan selama bertahun-tahun,perasaan yang selalu membuatnya merasa sesak.

Haechan menyekat air matanya yang menetes dan menyunggingkan senyumnya,"hyung, aku juga mau bahagia. Apa aku boleh bahagia?"

Mark terdiam saat melihat mata itu kian redup dengan air mata yang berbondong-bondong keluar membasahi pipi mulus pemuda di depannya.

"Bebaskan aku hyung, mari bercerai. Bukankah itu yang kau mau sejak dulu? Dan kini semua itu akan terjadi, kau akan bahagia dengan renjun"haechan mencoba mengontrol emosinya,menahan air mata yang terus saja menetes namun gagal.

"Lalu chenle? Kau akan meninggalkannya begitu saja huh?"

Haechan tersenyum mendengarnya"chenle juga pasti bahagia karna dia sangat menyukai renjun,hehe"

hallo mama~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang