chapter ketiga

34 11 0
                                    

Satu minggu kemudian, di pagi itu Renata sedang sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Ia menyapu, mengepel, membersihkan kaca, menyiram tanaman, dan masih banyak hal lagi yang ia kerjakan di pagi itu. Ia tak merasa kelelahan, karena hal itu sudah menjadi tugasnya disaat menjelang libur.

Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, ia bergegas mandi lalu bersantai dikamarnya. Setelah itu, ia mengambil sebuah buku di lemari yang sering ia gunakan yang berjudul " berani tidak disukai ". Jujur saja, buku itu telah mengubah mindset Renata untuk berani tidak disukai oleh orang lain.

Setelah ia mengambil buku tersebut, ia berjalan kearah kasur untuk merebahkan dirinya sembari membaca buku tersebut.

Disaat santai seperti itu, tiba-tiba handphone si pemilik gadis berambut panjang itu berdering. Handphone itu ia taruh diatas meja, dimana ia simpan buku buku miliknya disana. Ia pun bergegas kearah bunyi deringan tersebut, lalu mengambilnya.

Setelah itu, ia melihat kontak siapa yang menelponnya di siang itu. Lalu, ia pun langsung mengangkat telponnya tanpa ragu.

" Halo " suara terdengar dari sebuah handphone yang gadis itu genggam.

" Iya? tumben kamu ngecall aku siang-siang gini, biasanya kalo siang kamu sibuk deh " ucap Renata sembari mengerucutkan bibirnya.

" Hahaha " terdengar tawa dari seorang pria yang menelponnya.

" Mending kamu keluar deh " ucap pria itu.

" Keluar? " Renata yang bingung mendengar hal itu, ia langsung menatap kearah jendela kamar miliknya.

" Iya, depan rumah kamu "

" Hah? maksud kamu? " tanya Renata yang semakin bingung. Lalu, ia berjalan cepat kearah jendela kamar miliknya, dan membuka gordennya secara langsung.

" Kamu ini ya, Nat. Liat aja dulu " ucap pria itu sembari melihat-lihat bagian rumah Renata dari halaman depan.

Renata yang sudah membuka gorden kamarnya itu, ia pun melihat ke sekeliling halaman depan rumahnya. Dan ya, ia menemukan sosok pria yang sedang memperhatikan rumahnya dari halaman depan.

" AGRA?! " ucap Renata sembari membulatkan matanya dan membuka mulutnya lebar-lebar dari arah jendela kamarnya.

Sang pria pemilik nama Agra tersebut reflek melihat kearah sumber suara itu.

" Nat? " ucap pria itu.

" Kamu .. bentar bentar, aku kesana sekarang " sahut Renata dengan wajah yang ragu antara ini nyata atau tidak.

Lalu, pria itu pun tersenyum kearah gadis yang masih terlihat cengang dari dalam kamarnya.

Renata pun berlari kearah pintu depan tanpa menghiraukan gorden nya yang masih terbuka. Ia tak perduli jika ada orang lain masuk kedalam kamarnya melalui jendela. karena baginya, yang terpenting sekarang ialah ia bisa menemui kekasihnya itu.

" AGRA IS THAT U?! PLEASE TELL ME IF THIS'S NOT DREAM. " Renata berteriak dari dalam rumahnya sembari menempelkan handphone yang sedari tadi ia genggam ditelinganya.

" Calm down, babe. " ucap pria si pemilik nama Agra itu, diiringi tawanya yang kecil.

Agra yang sudah siap menyambut Renata dari balik pintu, ia merentangkan tangannya karena ia tahu .. bahwa Renata akan memeluknya langsung setelah ia membuka pintu tersebut.

Seseorang membuka pintu itu dan ..

" DANG! IM FUCKIN MISS U, DARLING. " ucap Agra yang langsung memeluk seseorang dari balik pintu tersebut.

" Ayang, kamu gendutan ya sekarang. Tapi gapapa, kamu jadi makin lucu " lanjutnya yang semakin mengeratkan pelukannya.

" Agra .. " ucap Renata dengan nada pelan.

" Agra disini " sahut pria yang sedang kegirangan itu. Ia tak melepaskan pelukannya. Namun, ia malah makin mengeratkan pelukannya sembari menggoyang-goyangkan badan seseorang yang ia peluk sembari tersenyum menandakan kegirangan.

" Agra "

" Diem deh Nat, aku masih kangen. " ucap Agra yang masih memeluk.

" Agra ih "

" Kenapa sih sayang? kamu ga suka ya? "

" Agra ih itu papa aku. "

Agra yang sedari tadi menggoyang-goyangkan badan orang yang ia peluk, setelah mendengar apa yang Renata ucapkan, ia pun langsung melepaskan pelukannya dan menatap kearah orang yang diakui sebagai ayah dari kekasihnya itu.

Disaat seperti itu, Renata pun menahan tawa melihat pria nya yang sangat amat terlihat malu.

" Eh, om .. " ucap Agra sembari sungkem pada papa nya Renata.

" Eh, eh? " ucap papanya Renata.

" Pa, kenalin ini Agra. " ucap Renata sembari tersenyum kearah Agra.

" Oh .. jadi ini cowo yang sering kamu ceritain itu " tanya papa Renata yang langsung melirik kearah Agra.

" Hehe om. Maaf om, tadi saya kira om itu Renata " ucap Agra malu.

" Hahaha, gapapa gapapa. Santai aja kalo sama om " ucap papanya Renata sembari menepuk sebelah pundaknya Agra.

" Ya sudah, mari masuk nak Agra " ucap papa Renata sembari masuk kedalam rumah.

" Iya om, terimakasih " sahut Agra yang langsung masuk kedalam rumah.

Renata dan Agra pun jalan berdampingan beriringan dengan papa nya Renata. Lalu, mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.

" Duduk, duduk " ucap papanya Renata pada Agra.

" Terimakasih, om. " sahut Agra yang langsung duduk di sofa.

Renata pun ikut duduk di sebelah Agra, namun ada sedikit jarak diantara mereka.

" Bi, bibi " ucap papanya Renata.

" Iya pak " sahut art yang dipanggil.

" Eh pa, Rena aja deh yang ke dapur " ucap Renata yang langsung bangun dari tempat duduknya, lalu sedikit melangkah "

" Yaudah, papa ngobrol disini sama Agra " ucap papanya sembari melirik kearah Renata.

" Iya pa. " sahutnya.

Renata pun berjalan kearah dapur untuk mengambil sirup dan beberapa camilan lain untuk disuguhkan.

" Minum dulu nak, Agra. Air mineral dulu, teh nya lagi diambil sama anak papa " ucap papanya diiringi sedikit tawa.

" Iya pa, terimakasih. Saya minum " jawab Agra. Lalu, ia pun mengambil satu gelas air mineral dan meminumnya.

" Nak Agra kesini naik apa? "

" Saya naik pesawat om "

" Sendirian? "

" Iya om. Niatnya mau berdua sih sama temen, tapi ga jadi "

" Loh? kenapa ga jadi? " tanya papanya sembari mengerutkan dahi.

" Sakit om, demam tinggi "

" Oh .. semoga lekas sembuh ya temennya "

" Aamiin om, terimakasih doanya "

" Ngobrolin apa nih, kok ga ngajak-ngajak sih? " ucap Renata sembari menyodorkan makanan dan minuman yang ia ambil.

" Ngobrolin kamu, makannya ga diajak " usil Agra.

" Iya, lagi ngobrolin kamu " sambung papanya Renata, lalu beliau menyeruput teh yang Renata sediakan tadi.

" Apaan deh, ga like. " ucap Renata sebal.

" Anak papa kalo ngambek emang suka gini " ucap papanya Renata.

" Iya pa, Agra aja sering kena " sambung Agra yang sengaja usil.

" Ih apaan, orang engga. "

" Ya orang engga, kamu iya. "

" Nyenyenye "

Papa Renata hanya tertawa melihat keakraban anak muda yang berada didepan beliau itu.

ini tentang aku dan jarak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang