CHAPTER 1

66 4 5
                                    

Langit yang sebelumnya bewarna cerah, kini dipenuhi oleh asap dari api yang membakar seluruh umah-rumah penduduk desa Konoha. Suara teriakan ketakutan dan rasa putus asa mulai bersenandung di sepanjang Desa, tumpukan tubuh tak bernyawa mulai menghalangi setiap jalan dengan bermandikan darah yang mulai mengering.

Saat itu hanya ada perasaan takut dan kehilangan yang terpancar dari wajah para Ninja, bahkan beberapa diantaranya memilih pasrah dan membiarkan nyawanya melayang. Walaupun sebagian lagi memilih berjuang sampai darah titik penghabisan.

Dan salah satu diantara para pejuang itu, ada Naruto dan Sasuke yang sedang berusaha mengerahkan Seluruh kekuatannya untuk menghalau para penjahat untuk masuk lebih banyak lagi kedalam Desa. Mereka yang saat ini berada di gerbang garis depan Konoha hanya bisa saling mengandalkan satu sama lain, berharap sisa cakra yang mereka miliki mampu melindungi para warga Konoha saat itu.

Sementara itu,  Sakura dan Tsunade beserta tim medis lainnya berusaha mengobati para warga dan Ninja yang terluka ditemani oleh Ino yang menggunakan kemampuan telepatinya. Sedangkan Kakashi yang saat itu telah selesai menjabat sebagai  Hokage keenam dan Gay beserta para Anbu lainnya tengah berusaha menjaga garis belakang Konoha, keadaan saat itu benar-benar kacau dan berantakan. Belum lagi, sudah hampir banyak melayang karena hal tersebut. Dan diantarnya ada Lee yang masih menangisi tubuh tenten yang sudah tak bernyawa, bahkan Shikamaru juga masih sibuk mengobati perdarahan hebat yang dialami oleh Choji.

Hinata sendiri harus terpaksa diungsikan karena masih mengandung putra keduanya yang akan diberi nama Boruto. Jadi, saat ini ia tidak bisa membantu banyak selain berdoa demi keselamatan suami dan teman-temannya yang masih berjuang keras untuk mengalahkan musuh.

"Hentikan semua ini!" teriak Naruto pada sosok seorang pemuda berpakaian misterius dengan beribu makhluk aneh yang berada dibelakangnya, sepertinya pemuda itu  adalah pemimpinnya.

"Dimana anak itu?" tanya pemuda misterius itu lagi seolah-olah tengah mencari seseorang, wajahnya memang tidak terlalu kelihatan karena ditutupi oleh jubah panjangnya yang bewarna hitam dan dekil.

"Dia adalah anakku, aku takkan menyerahkannya padamu!" teriak Naruto yang berusaha tetap berdiri, meski kedua kakinya mulai terasa berat.

"Dia adalah Uchiha yang sudah rusak, tak pantas dirinya hidup kembali setelah membuat kekacauan dimuka bumi ini. Aku akan membunuhnya!" teriak Pemuda misterius itu dengan penuh amarah sampai memperlihatkan sorotan tajam matanya yang merah dengan bentuk Sharingan.

"Aku tidak perduli sama sekali, walau bagaimanapun dia tetaplah anakku. Meski dia adalah reinkarnasi dari penjahat paling keji didunia ini, dia tetaplah anakku!" teriak Naruto yang mulai kembali memancarkan cakra merah disekujur tubuhnya.

"Hentikan, Naruto! Kau bisa mati, tubuhmu sudah tidak kuat lagi dan kau butuh istirahat sekarang." Kurama masih terus memperingati Naruto, ia benar-benar mengkhawatirkan Naruto saat ini.

"Diamlah, Kurama! Takkan kubiarkan siapapun mengambil anakku dariku, berikan saja kekuatanmu padaku sekarang!" teriak Naruto.

"Tenanglah, Naruto! Kau tak boleh terprovokasi dengan kata-katanya," tukas Sasuke yang menyadari kemarahan Naruto tidak akan mampu menyelesaikan masalah.

"Dan kau, berhentilah! Apa kau tidak malu denganku? Kau ini seorang Uchiha juga, apa kau ingin menghancurkan Negeri yang kau cintai ini hanya demi membunuh seorang anak? Lalu apa bedanya kau dengan pengkhianat Konoha?" teriak Sasuke yang merasa muak, ia langsung mengeluarkan jurus Chidorinya untuk menyerang pemuda itu sekali lagi.

Tampaknya pemuda itu tak mau kalah, ia juga mengeluarkan jurusnya yang tampak asing dan bersiap menghampiri Sasuke dengan penuh kemarahan.

"Diamlah kau, Uchiha Sasuke!" teriaknya sambil berlari.

"Terimalah seranganku ini, Uchiha Shisui!" teriak Sasuke lagi sambil berlari kearah Pemuda itu sampai menimbulkan kilatan yang sangat besar dengan daya hancur yang mengerikan.

Sementara itu, disebuah rumah sakit yang bangunannya hampir setengah roboh terdapat beberapa dokter yang tengah menjaga tubuh dari seorang anak berusia 13 tahun. Anak itu masih terbaring tak sadarkan diri diatas ranjangnya dengan beberapa alat medis yang memenuhi tubuhnya dan balutan di perut dan kepalanya.

Sepertinya ada sebuah pertarungan hebat yang terjadi sebelumnya, sampai membuat anak itu tak sadarkan diri. Namun yang jelas, entah bagaimana mendadak saja anak itu mulai membuka matanya sampai membuat para Dokter terkejut seolah-olah tak percaya akan hal ini.

"Akhirnya Uzumaki Obito sadar juga, kita harus memberitahu Hinata dan Nanadaime tentang ini." Salah seorang Dokter berbisik pada rekannya.

Tapi saat akan berjalan keluar ruangan, mendadak pintu tersebut diselimuti oleh api berwarna putih yang membara. Lalu secara bergantian Obito menatap satu persatu mata para Dokter yang mulai kesakitan dan terbakar oleh api putih miliknya sampai menjadi Abu.

"Tak seharusnya aku berusaha menjadi orang baik," gumamnya yang langsung turun dari ranjang dan berlari menuju garis depan gerbang Konoha.

Dengan wajah yang masih pucat dan tenaga yang lemas, ia memaksakan diri berlari menuju garis depan dan membakar semua hal yang dilewatinya dengan api berwarna putih yang dijuluki sebagai api paling panas. Bahkan, ia tak memperdulikan lagi apakah itu musuh atau kawan. Baginya, semua terasa sama saja dimata Obito. Ia hanya ingin segera menghampiri Naruto dan Sasuke saat ini, entah karena berniat ingin membantu Naruto atau menghabisi Naruto dan Sasuke.

Dan sepertinya berita tentang bangunnya Obito telah sampai terdengar ditelinga Hinata melalui laporan salah seorang perawat yang meminta Ino menyampaikan hal tersebut, kebetulan saat itu Ino tidak bisa menghubungi Naruto dan Sasuke makanya ia langsung menghubungi Hinata yang seharusnya tidak boleh diganggu.

Hinata yang mengetahui berita tersebut langsung panik, kemudian melarikan diri dari tempat pengungsian untuk mengejar anaknya. Dia tak lagi memperdulikan kondisi tubuhnya yang sedang hamil, baginya tak ada yang lebih penting daripada mencegah Obito berbuat hal yang kejam.

Memang sih Obito adalah reinkarnasi dari Uchiha Obito, tapi tetap saja walau bagaimanapun pasti ada bagian dari diri Obito yang masih bersifat seperti seorang anak kecil pada umumnya. Bahkan, Obito sudah menganggap Hinata dan Naruto sebagai orang tua kandungnya sendiri dan perlahan-lahan ingatan masa lalu Obito mulai menghilang ditelan oleh rasa cinta yang diberikan Naruto dan Hinata. Namun, kenapa kini Obito mulai terbangun menjadi sosok yang kejam dan mengerikan? Apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu sebelumnya dan bagaimana bisa ia malah tega menyakiti orang lain tanpa sedikitpun rasa bersalah?

Segala bentuk pertanyaan mulai menjerumus kedalam isi kepala Hinata, satu-satunya cara untuk menemukan jawabannya ialah menemukan Obito sekarang dan meyakinkannya kembali bahwa ia bukanlah Uchiha Obito yang dahulu menciptakan perang karena rasa sakit dan kehilanganmu, melainkan ia adalah Uzumaki Obito yang merupakan anak dari seorang Hokage dan putri sulung Klan Hyuga yang tumbuh dan lahir dari rasa cinta dan kehangatan.


KESEMPATAN KEDUA (OBITO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang