CHAPTER 3

13 2 1
                                    

Beberapa Minggu setelah peristiwa dirumah sakit tersebut, Obito mulai berperilaku sedikit berbeda dibandingkan anak lain pada umumnya. Ia kebanyakan menyendiri sepanjang waktu dan berulang kali kedapatan sedang mengunjungi pemakaman para pahlawan konoha dan berdiri disana selama berjam-jam lamanya. Pernah juga beberapa kali ia absen untuk menjalankan misi karena mengalami demam, akibat berdiam diri terlalu lama di tengah monumen pemakaman Ninja konoha ditengah derasnya hujan.

Hinata yang menyadari perilaku anaknya tampak berbeda, ia tak hanya diam saja dan buru-buru mendiskusikan hal ini kepada Naruto. Namun tetap saja Naruto tak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut, selain karena memang dia adalah tipe orang yang berpikiran positif, ia juga terlalu sibuk mengurusi urusan kerjaan yang terus menghampiri dirinya.

Hingga tak diduga-duga, Akhirnya Naruto sendiri menyaksikan anaknya berjalan keluar ditengah malam saat Naruto tak sengaja terbangun dari tidurnya karena kehausan. Lantas, Naruto tak mencegat Obito dan hanya mengikuti arah langkah kaki Obito membawanya ke suatu lokasi yang membuat dirinya tercengang.

Dari kejauhan, ia bisa melihat Obito berdiri disebuah makam yang sangat tidak asing dimata Naruto. Obito tak bereaksi apapun, ia hanya menatap makam itu dan berdiri disampingnya. Tak ada satupun kata yang keluar dari matanya, ia hanya tak berhenti menatap makam tersebut.

Sementara, Naruto sontak buru-buru menghampiri Obito saat menyadari bahwa itu adalah makam dari Uchiha Obito yang telah lama gugur di Medan pertempuran perang Dunia 4.

"Apa yang kau lakukan disini, Obito?" tanya Naruto yang saat itu masih mengenakan baju tidur.

Obito tanpa ragu tersenyum kepada Naruto, tapi rasanya seperti senyuman orang dewasa yang penuh kesedihan dan penyesalan.

"Papa!" panggil Obito seraya mendongak keatas, berhubung Naruto memiliki tubuh yang lebih tinggi selayaknya orang dewasa.

"Iya, Obito." Naruto menyahuti panggilan Obito.

"Dia adalah orang yang menyedihkan di Dunia ini, kehilangan orang yang dicintainya dan membuat kekacauan karena ambisi bodohnya itu."

Naruto mengusap kepala anaknya, "Aku tidak tahu darimana kau mendengarkan hal tersebut, tapi lebih baik kita kembali ke rumah sekarang. Aku tidak mau ibumu nanti khawatir padamu."

"Ya, Pa. Aku hampir lupa kalau aku adalah anak kalian."

Obito berjalan pergi dengan kalimat yang membuat Naruto berjuta-juta kali harus berpikir untuk mencerna kata tersebut. Apalagi, Naruto bukanlah seorang pemikir yang cerdas seperti Sakura dan Sasuke. Tapi, dia memiliki rasa penasaran yang besar terhadap segala sesuatu hal kecil yang bisa mengganggu pikirannya.

"Obito! Ayahmu ini masih tidak mengerti perkataanmu."

Obito tersenyum pada Naruto, "Lupakan saja perkataanku sebelumnya, Pa. Lagipula -"

Tiba-tiba sebuah serangan kunai menyayat pipi Obito dengan kecepatan tinggi. Jelas saja, Naruto tampak murka melihat anaknya dilukai seperti itu. Dia langsung berdiri dihadapan Obito sambil menatap kesegala arah di Pemakaman itu.

"Keluarlah! Kau tidak seharusnya berani sekali menginjakkan kaki di Konoha dan melukai putraku, kau sudah melakukan dua kesalahan besar yang takkan ku maafkan!" teriak Naruto yang dibalas oleh suara tawa dan langkah kaki dari seorang pria asing yang berjalan menghampiri Ayah dan anak tersebut.

Pria asing itu tampak asing dimata Naruto, tapi tidak dimata Obito. Dalam sekejap saja, Obito langsung tercengang saat melihat pria asing itu. Dia langsung melemparkan kunai kearah pria itu, tapi entah bagaimana kunai itu langsung berubah arah dan tak mampu sama sekali mengenai kulit dari pria asing tersebut.

"Takkan ada yang bisa menyentuhku lagi saat ini, bahkan Danzo saja takkan bisa lagi melakukan itu." Pria asing itu semakin mendekat dengan tawanya yang mulai berhenti. Dia masih terus mengacuhkan omongan Naruto dan tak berhenti menatap tajam kepada Obito.

"Hei! Kau tidak boleh mengacuhkanku dan jangan berpikir kau bisa menyentuh anakku." Naruto mulai diselimuti oleh cakra kyuubi di sekujur tubuhnya.

"Aku tidak punya urusan apapun denganmu, bocah Kyuubi! Aku hanya punya urusan dengan anakmu... Ah bukan, tapi Obito Uchiha."

"Obito Uchiha sudah mati! Apa kau gila dengan berpikiran bahwa putraku adalah dia!" Naruto semakin murka, dia bisa kapan saja menyerang pria asing itu dengan kekuatannya. Tapi, Naruto mencoba untuk tetap menahan dirinya, ia harus berpikir jernih sebagai orang dewasa sekaligus Ayah dari anaknya.

"Jawab pertanyaanku sekali lagi atau kau akan menerima akibatnya, siapa kau?"

Obito menggenggam tangan Naruto dengan jemarinya yang mungil. Dia tahu bahwa tidak perlu lagi menyembunyikan apapun dari Naruto, ia mulai menyadari bahwa nyawanya bisa menyebabkan ancaman bagi seluruh desa Konoha.

"Dia adalah Shisui Uchiha, Pa."

"Apa maksudmu, Obito? Kau membuatku menjadi semakin bingung, nak. Darimana kau tahu tentang Uchiha Shisui? Apalagi Shisui itu adalah ninja yang sudah mati berdasarkan cerita dari Uchiha Itachi." Naruto tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya dan kebodohannya yang untungnya masih bisa terselamatkan oleh jubah hokagenya itu.

"Maafkan aku, Pa. Tapi apa yang dikatakan Shisui itu benar sekali. Sebenarnya terlalu sulit untuk menjelaskan apapun padamu saat ini, tapi faktanya aku adalah reinkarnasi dari Uchiha Obito." Obito tidak ambil pusing untuk menyembunyikan apapun lagi pada Naruto. Ia tahu bahwa segalanya harus segera diselesaikan untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dan apapun reaksi kemarahan yang diberikan Naruto padanya telah siap untuk diterimanya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KESEMPATAN KEDUA (OBITO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang