Jalanan didekat taman Anggrek terlihat begitu ramai, orang-orang berlalu lalang melintas tanpa permisi. Lebih banyak orang yang cuek dengan keadaan orang lain. Tapi, seseorang dengan wajah pucat itu berjalan mendekat. Mendekati sebuah pagar yang tak begitu tinggi, disana, War tengah menikmati sarapan paginya yang ia pesan online.
Sedang pria yang berdiri dengan muka pucat itu, terus menatap tajam War hingga sedikit geraman terdengar dari mulutnya. Tak sengaja juga, orang itu menyenggol kendi yang berada disamping gerbang. Suaranya sedikit nyaring, benar-benar seperti berada dalam ruangan besar.
"A-Aku tidak sengaja! " lantas, pria itu bergegas pergi dengan meninggalkan kendi yang terbalik.
War mengendus bau masam dari makanannya. Dia menghela napas tak tahan, dengan segara ia beranjak dari meja makan untuk membuangnya. Dan, War mengerti mengapa ia mencium bau masam dari makannya.
"Manusia? Lagi?" lalu, denting dari lonceng diteras itu membuat War tersadar sebelum ia berlalu untuk pergi bekerja.
Tidak penting lagi untuk War selain menyelesaikan perjalananny menuju kantor kerja. Tak jauh dari sekat yang menghalangi mejanya, sebuah kotak dengan balutan kain kasa terlihat begitu mencolok disana.
"Loh, ini bukannya punya Kong? "
Samantha yang tengah meneguk segelas kopi terhenyak, dia menggeleng pelan dan menelan habis minuman itu dimulutnya.
"Bukan, itu barusan PD May membawakannya untuk Wad." segelas kopi itu tergeletak tak berdaya ditangan Samantha. War mengeliat pelan dan mengangguk paham. Sudah tidak asing lagi jika kotak dengan balutan kain kasa berceceran dimana-mana.
War selalu waspada untuk tidak bertindak lebih pada kehidupan manuisa itu. Dia lebih akan meninggalkan kehidupannya, lalu menjadi seutuhnya serigala tampa gamang dengan kehidupan dunia yang begitu kejam.
"Oh ya, War kalau kau butuh dengan obat-obatan. Kita akan membawa tabib untukmu. Kalau kau tidak membutuhkannya, mungkin kita akan mengeksekusinya menjelang pagi nanti. " Leon dengan wajah sangarnya, berbicara tanpa beban. Masih terus membalik lembar demi lembar sebuah buku lama yang ia baca.
Leon menatap War dengan satu matanya, satunya lagi masih berfokus pada tulisan-tulisan rancu yang jika dibaca oleh orang lain. War yakin, tidak akan ada yang mampu menerjemahkannya.
"Tidak, aku tidak membutuhkannya. Bawa dia ke kamar penyiksaan. Aku ingin melihat seperti apa kekuatan tabib yang bisa membangunkan orang mati itu. " senyum jahat terkulas diwajah War. Tidak bisa diyakini jika War akan lebih suka melihat penyiksaan dari pada melihat seorang manusia memohon ampun untuk kembali hidup.
"Ah, mengapa kau sangat kejam hari ini? " sambar Thana, War berdecih.
"Ck, manusia itu sangat membosankan. Mereka lebih menyukai hal bodoh yang paling bodoh dalam kamusku. Kau tau, dua tabib itu saling mejamu satu sama lain. Bukankah itu memalukan? Bahkan dia tidak memaki baju. Ck, apakah tabin berkerja dengan menikmati kehidupannya sendiri? "
"Tidak. " sambar Samantha. Ruangan yang terlihat seperti tempat sampah itu menjadi satu pembicaraan serius untik tabib yang akan datang nanti.
"Tabib itu datang untuk membantu menyembuhkan penyakit yang dirasakan oleh manusia dulu. Kau tau? Tabib yang biasa kita temui itu hanyalah pasir yang kendalikan oleh Yin. Lihat, betapa bodohnya dia." bayangan seorang Yin menjadi jelmaan baru dipikiran War.
"Benar sekali! Orang itu--tunggu apa dia bisa disebut orang? bukankah dia hanyalah arwah yang dikendalikan juga? Mana ada manusia bisa menjelma menjadi berbagai macam serigala. " Thana mengerut bingung, War pun ikut mengerutkan keningnya. Sepintas pertanyaan yang dilontarkan oleh Thana itu sangat harmonis. Tidak, penyataan yang selalu War bayangkan setiap saat.
"Yin, dia adalah salah satu Pria di penginapan KN." sahut War. Leon memicingkan matanya sebelum menghela napas tak tahan. Dia mengerti, lalu tumpukan buku yang tersusun itu menghilang seketika. Tumpukan itu menjelma menjadi meja kayu dengan papan gambar disana.
"Penginapan Arwah yang aku tau pernah ada kejadian, dimana seorang mahasiswi ditemukan tewas tertebas oleh pintu. "
"Apa maksudmu?" celutak Samantha. Thana mengeram tak peduli. Dia sudah mendengar cerita itu berkali-kali.
"Mahasiswi itu terbelah menjadi dua dengan pintu kamar yang ia sewa. Jelas, bahkan CCTV disana pun bisa menangkap itu." Leon begitu sangat menyakinkan para anak-anak disana, terlihat wajah serius mereka semakin dalam.
Detik demi detik sudah mulai terpaut, pertanyaan demi pertanyaa menjadi trend topik yang akan mereka bahas. War mengingat manusia dengan wajah pucat pagi tadi. Tidak yakin jika ia juga lulusan penginapan arwah. War mengerutkan sedalam samudra untuk menemukan jawabannya.
"TUNGGU! Kau salah, orang yang kau sebut itu meninggal karena dibunuh oleh penguhi penginapan itu. Dia terseret hingga lantai 30. Tanpa pakaian sama sekali, dia diperkosa terlebih dahulu sebelum disiksa dan dibunuh. " sambar Thana dengan cepat, setelah ia bosan dengan cerita yang itu-itu saja. Dia ingin mengubah cerita yang baru. Dan Thana mengharapkan itu menjadi Trend Pembicaraan.
Semua mata menatap wajah Thana, suara dehaman dari War membuat mereka kembali menatap wajah disana. War mempunyai satu teori yang dia yakin, jika teori itu akan membenarkan segala pertanyaan dikepalanya.
"Oh, aku tau. Tentang kesatria yang dibunuh saat perang. Yin yang kau maksud itu adalah Hwean? Dia makhluk mitologi yang mencoba membunuh dewa Cinta disana. Dan dia memendam amarah hingga perasaan marahnya berubah menjadi kepingan batu panas yang diolesi oleh minyak tanah. "
"Jangan diperpanjang. Aku pusing mendengar celotenmu. " Wad, dia datang setelah sekian lama mendengar celoteh teman-temannya.
"Ck, kau datang. "
Lalu, tak lama Kong pun datang dengan wajah muram. Biasanya sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Kong. Datang dengan wajah muram tanpa tahu sebabnya, dia bahkan sering memaki dewan tanpa alasan. Tapi, Kong adalah istri dewan. Tentu itu hal biasa dalam keluarga.
"Aku mendapatkan sesuatu! Ini tentang Dewa yang dibunuh oleh Hwean! "
Thana bangkit dari kursi yang sudah direkatkan pada dinding dengan selotip. Dia bahkan memoles mesin jahit yang ia bawa dari kamar Kong. Sungguh wanita yang baik, Thana memang tidak tahu malu.
"Kesatria Misterius? Lalu, apa hubungannya dengan Hwean? " sahut Leon dipertengahan matanya. Dua biji mata itu berpisah mengikuti suara yang ia terima.
"Tidak, kenapa kalian membahas tentang kehidupan manusia yang tidak pernah mempunyai pedoman itu? Mereka hanyalah sampah yang membuat kaum kita semakin tersungut habis. " Kong bergegas marah.
"Hey, mengapa kau membicarakan manusia!"
"Dia bukan manusia! Dia iblis! "
"Iblis? " War mengerut keram tanpa tahu jawaban apapun. Kong menghela napas kasar sebelum tangannya menancap tepat pada paku dinding disana. Dengam bodoh Kong menembuskan jari jemarinya hingga tulang-tulang itu terlihat.
"Nah, lihat! Siapa yang iblis disini?! "
*TBC
Jangan lupa Votenya manteman'
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Love
Werewolf"Apa ini waktunya? Waktu yang tepat untuk membalas dendam? Jika purnama itu telah terkikis, Aku akan berdiam menghalau darah segar yang mengalir dari diri-Nya. Dendam seperti apa yang pantas dia dapatkan setelah semua yang dia lakukan padaku? Atauka...