War mengotak-atik komputer lama yang tergeletak tak berharga didekat meja kerjanya. Sudah berkali-kali ia membenarkan komputer itu, bahkan bisa dilihat dari coretan kalender yang menandakan ia akan memperbaiki komputer itu. Kejadian kemarin itu, membuat War mual hingga benar-benar meninggalkan tempat kerja. Kong bahkan berniat akan merebus jari-jemari itu.
War tidak bisa yakin dia akan pulang dengan keadaan waras jika Kong benar-benar merebur jarinya sendiri. Leon bahkan ingin mencabik-cabik juga isi perut Kong sekalian. Mereka tahu betul, Kong bukanlah manusia, Serigala atau bahkan Iblis.
Kong adalah salah satu istri dewan, yang jelas-jelas itu adalah gelembung yang direkatkan dengan segumpal darah-darah Anjing dan berbagai hewan disana. Bahkan, wajah Kong selalu berubah setiap menit jika dia sedang lengah.
"War! Apa kau didalam?! " seru seseorang dari luar pintu.
Tangan War yang tengah mengutik-utik komputer itu, berhenti dengan cepat. Matanya memicing tajam, menyinari sebatas laser panjang hingga menembus dinding. Thana, dengan segenggam bunga seakan ingin mendobrak masuk.
War berjalan meninggalkan komputer itu, berhenti tepat didepan pintu. War membukakan pintu itu lalu membiarkan kawanan Thana itu masuk.
"Sangat segar, bagaimana kau bisa mendesain rumah sejelek ini? " komentar Thana dengan sengaja. War melengos.
"Terserah kau saja! Jika rumah ini dibongkar, tumbal yang aku gunakan akan berkeliaran disekitaran sini. Apa kau mau popularitas kita menurun dan digantikan oleh manusia? " tanya War menakuti Thana. Wajah berseri itu tetiba muncul, Thana dengan cepat memberikan segenggam bunga ke tangan War. Lalu, pergelangan tangan War ditarik begitu saja.
"Apa yang --Tidak, mau kemana kita?! " War berteriak saat lari Thana begitu cepat.
"Menyiksa tabib yang kau minta kemarin. "
"Ouh. "
Lalu, sepasang sepatu muncul tiba-tiba disana. Diruangan yang penuh dengan jeruji. Seorang tabib dengan wajah memar dan bingkai darah yang sudah mengering. Menjadi pandangan pertama War disana. Dia mulai tersenyum jahil.
Dilihat lagi, tak ada rait takut sama sekali. Hanya saja beberapa kali tabib itu tergores oleh rantai besar dibadannya.
"Hey, penipu! " seru War dengan tawa diakhir kalimat itu. Sorot mata tabib itu mengelusar mencari mangsa. Tatapan itu begitu tajam, bahkan kiat itu bisa mematikan makhluk yang sepadan dengannya.
"Bunuh saja aku! Siksa saja aku! " suara menggelegar begitu terdengar dari ruangan berjeruji disana. Wajah cadas dengan marah menghiasi tabib itu. Semakin lama, darah segar itu mulai mengikuti jejak bekas goresan yang terbentuk disetiap lengan dan tubuhnya.
"Ck, ck! Kau benar-benar akan menyiksa orang tak bersalah itu? " Leon datang dengan wajah sangar seperti biasa. Dia memainkan gantungan kunci ditangannya. Diputar hingga 360°. Setelah itu, begitu diulangi hingga tangan itu memerah.
"Bagaimana kau bisa bilang dia adalah tabib awam? Lihat, matanya saja sudah mudah ditebak. Dia adalah manusia yang mendedikasikan hidupnya untuk iblis. " War menatap dengan senyum nakal, bahkan suaranya semakin terdengar tajam dan mengiris. Tabib itu gagal dieksekusi sebelum pagi menjelang. Namun, sebelum lewat dari perjanjian hal itu harus dilakukan.
War mengambil sebuah golok yang tergeletak disamping kursi kendali. Tawa War semakin menjadi-menjadi hingga golok itu terpental saat mengenai butiran besi disela-sela rantai.
Hal ini membuat ketiga kolega disana terdiam begitu saja. War benar-benar tak percaya jika golok itu akan terpental begitu jauh.
"Siksa saja kalau mau! Disini yang akan berkuasa adalah Aku! Kalian hanyalah siluman yang tidak tahu diri! Tidak tahu diuntung! Hanya bisa membuat masalah dimanapun berada!" teriak tabib itu dengan gusar, Leon tertawa menggantikan War yang gagal dalam misi pertama. Satu bongkah kayu besar yang terikat diatas kepala tabib itu begitu mengkilap. Satu tarikan saja, bisa lebih kejam dari pada harus terlalu lama eksekusi.
"Aku tidak peduli tabib. Manuisa bodoh sepertimu itu hanya dikuasi dunia dan penipu. Kau seakan dibuat tak berdaya, lalu meminta-minta disetiap kelambu toko disini. " War semakin membuat tabib itu geram. Kata-kata yang begitu mahal hingga membuat seorang tabib yang begitu sabar dan ramah itu menggeram marah.
"Kalian akan tahu akibatnya! " seru tabib dengan sangat keras.
"Apa lag--BOOM!!
Ruangan itu memercikkan seulas api kecil yang mulai membara. Mulai membakar setiap inci dari kain dan kertas yang sudah tersusun rapi.
Kayu bahkan besi terpental begitu saja, asap-asap tebal dengan bau yang menyengat membuat War mulai. Sangat mual, bau ini bisa menimbulkan infeksi seingat War. karena kejadian seperti sering sekali terjadi. Bahkan tidak segan-segan untuk merusak siluman dan mencincangnya, lalu dibuat sup untuk dimakan bersama.
Suara gemuruh dan tawa dari tabib, mulai berganti dengan suara tangis Thana. Suara itu semakin kuat. Semakin kuat hingga tabib itu berdiri mematung disana. Rasanya sangat aneh, bahkan bagi War sekalipun.
"Manusia! Sekala apa yang tengah mainkan ini?! " seru War saat itu, wajah berseri yang mulai tertutup api. Tabib itu tertawa lagi, dia mengelindingkan sebutir emas. Lalu, tabib itu pergi. Dalam sekejap mata.
War mencebik, mengganti setiap sistem yang mulai berubah-ubah. War mengerti permainan tabib itu. Mungkin, dia menginginkan kehidupan yang bebas. Benar-benar gugur mereka sekarang. Bahkan tidak segan-segan War membanting rantai-rantai yang malah mulai menyambar tubuh War.
"Kalian! Jangan melihatku seperti itu! Aku membutuhkan bantuan kalian! " suara itu begitu menggema, Thana dan Leon segera mengambil setiap ujung rantai. Dia memegang dengan kuat, hingga rantai-rantai itu mengikat kencang sebelum mengikat satu sama lain.
"Kau membuat kesalahan! Aku akan berpikir ini kesalahanmu sangat fatal!" teriak Leon disela angin kuat dan rantai yang begitu beringas. Ini sudah mulai membaik saat rantai-rantai itu saling menggubat satu sama lain.
"Benar-benar menyusahkan kau itu!" teriak Thana tak terima. Ini sudah kesekian kalinya, Thana sangat ingin berurusan dengan rantai-rantai kejam itu.
Lalu, semakin lama para pasukan mulai berdatangan termasuk Kong saat melihat War ditarik oleh rantai beringas itu. Hal ini sudah menjadi tamu biasa disini.
"Huft! DIAM KAU BIAWAK BESAR! " Seru dewan yang tak sengaja melihat rantai-rantai itu berubah beringas. Kantor mereka tak terlalu jauh, bahkan War selalu bisa melihat dewan saat makan siang atau hanya sekedar menikmati kopi gratis.
Rantai menggelegar diam dan kembali pada asalnya. Dan ruangan itu kembali sunyi, dibalik gelembung besar penahan udara yang akan membuat suara kontras dari luar. Bahkan mungkin dari percakapan random dari teman-teman War.
"Silahkan kalian beristirahat, membunuh tabib secara berlebih itu akan membuat pembiayaan besar jika mayat tabib terbakar oleh kita. " Dewan dengan segala hormat menjelaskan hal itu.
"Tapi, dewan! Dia bukan man--
"Ya, betul! dia adalah iblis dibawah tingkatan Greorgo. " sahut dewan sebelum pergi begitu saja.
"Ah, benar-benar rumit!"
*TBC
Jangan lupa votenya manteman..
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Love
Werewolf"Apa ini waktunya? Waktu yang tepat untuk membalas dendam? Jika purnama itu telah terkikis, Aku akan berdiam menghalau darah segar yang mengalir dari diri-Nya. Dendam seperti apa yang pantas dia dapatkan setelah semua yang dia lakukan padaku? Atauka...