Hari sudah berganti kini sudah memasuki hari ke empat ujian sekolahnya, afsar duduk termenung, sedikit menggoyangkan kedua kaki jenjangnya.
pagi ini sebelum berangkat ke sekolah ia memutuskan untuk bersarapan terlebih dahulu, mengingat hari ini sekolah akan pulang lebih petang dari biasanya, ia pun sedikit memperhatikan kesehatan nya, tidak ingin terlalu merepotkan para Abangnya.
Matanya tidak sengaja berpapasan dengan mata milik agenda, sedikit terkejut dengan keberadaan agenda yang secara tiba-tiba berada di samping nya,ia pun mencoba untuk kembali tetap tenang.
Sedikit melirik adiknya yang hanya bersarapan dengan selembar roti dan selai kacang, ia pun sedikit merasa iba "makan yang sekiranya cocok buat dimakan,gak usah bikin repot Mulu"ucap agenda menyinggung afsar, memintanya agar segera makan makanan yang layak di makan untuk berasapan di pagi hari, sebenarnya ia tidak peduli jika afsar bersarapan hanya dengan selembar roti,tapi sudah lebih dari satu Minggu berturut-turut hanya roti tawar yang menjadi makanan pokok untuk afsar.
Setelah mengucapkan itu lantas agenda kembali memasuki kamarnya, tenggorokannya terasa kering jadi ia hanya mengambil segelas air putih,lalu kembali karena tidak ada niatan lain selain itu.
Afsar tidak menjawab perkataan agenda, ia hanya bisa mengangguk,lagipula ia tidak begitu minat dengan masakan yang bercampur dengan minyak goreng, entahlah sepertinya tenggorokan nya sedang bermasalah saat ini.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, afsar bergegas menuju mobil yang sudah berada di depan gerbang rumahnya,ia pun segera masuk kedalam,menyapa supir yang bekerja di sini hampir 12 tahun lamanya, tersenyum manis,dan kembali fokus menata tumpukan buku buku ditangannya,bukan semacam novel,lebih tepatnya buku pelajaran, akhir-akhir ini ia habiskan hanya untuk belajar dan belajar.
Sang supir yang sudah hampir berkepala 3 itu menatap afsar lekat,senyum nya mengembang ketika melihat sang tuan kebingungan dengan pelajaran yang ia baca saat ini, menampilkan gigi-gigi yang sudah tidak utuh,ia pun kembali fokus berkendara.
Afsar yang merasa di perhatikan pun mulai terusik, menutup pelan lembar buku terakhir yang baru saja ia baca, tersenyum hambar,hari ini moodnya sedikit bagus.
"Den afsar..."ucap sang supir secara tiba-tiba, membuat afsar yang awalnya hanya menatap kosong kearah luar jendela mobil,mengalihkan pandangan nya.
Afsar tidak menjawab,ia hanya menatap penuh tanda tanya.
Sang supir sedikit ragu,mencoba untuk membuka suara,tapi ia tidak begitu yakin,ia pun mengurungkan niat nya, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membahas perihal masa lalu.
Sang supir hanya tersenyum lembut tidak melanjutkan niat yang sebenarnya sudah ia susun jauh-jauh hari lamanya,tapi untuk mengatakan hal semacam Itu bukan afsar yang harus mengetahuinya.
Mereka sama-sama diam, hening menyelimuti keduanya, afsar yang kembali sibuk dengan buku-bukunya dan sang supir yang fokus mengendarai mobil untuk menuju sekolahan, keheningan sedikit berganti dengan alunan musik yang berjudul "perfect — Ed sheeran" memenuhi pendengaran afsar,dan begitu pula dengan sang supir.
"Den sudah sampai"ucap sang supir,setelah menempuh beberapa menit lamanya perjalanan.
"Terimakasih pak"ucap afsar sebelum membuka pintu mobil.
"bodoh, Bahkan masak doang lo gak bisa!!"
"Rumah ini hampir jadi abu karena lo"
"Bisa erhenti buat masalah gak!,kita udah capek ngehadapin kelakuan lo yang kekanakan ini,Lo lupa berapa usia Lo sekarang afsar!?!"
Inilah yang afsar dapatkan setelah ia pulang dari sekolah,Niat hanya ingin membuat seporsi mie instan malah berakhir sial seperti ini.
"Maaf bang"ucap nya menatap lekat manik mata milik aron,ia hanya bisa mengandalkan Aron saat berada di situasi seperti ini.
Aaron hanya diam.
"Lagian apa gunanya juga lo hidup, kalo buat hal sekecil ini aja lo gak bisa!!" Bukan,bukan aron yang berucap melainkan adam,lelaki dengan dendam yang begitu besar pada sang adik.
"Dam..."
"Jangan melebihi batas,.."
"Dia gak ngerti apa-apa"
"Tapi dia seolah-olah gak bersalah atas kelalaiannya"
"Dia ceroboh,lelaki yang ceroboh dan tidak memiliki sedikitpun urat malu tidak pantas untuk hidup"
"Gue ceroboh,jadi bunuh gue detik ini juga,lo bilang gue gak pantas buat hidup kan?"
Aron selalu menjadi penengah bagi keduanya tapi untuk saat ini...
NGEGANTUNG
wkwk,ya maap( ◜‿◝ )
{END}
Tapi boong🙏
(◕દ◕)
Lanjut or tidak?
❥
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐅𝐒𝐀𝐑 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐋𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 [𝙾𝙽 𝙶𝙾𝙸𝙽𝙶]
General Fiction"Bahkan di saat aku berucap maaf atas kesalahan yang tak ku perbuat,mereka masih setia untuk membenci." Hal yang paling menyakitkan bukanlah perasaan yang tak terbalaskan,bukan pula patah hati sebab diduakan,hal yang paling menyakitkan adalah disaat...