"Ahk!" Rintisan terdengar nyaring, sikut yang terbentur aspal juga terasa cukup menyakitkan meski tidak sesakit hatinya saat ini.
Hyunjin langsung membuka mata saat ia merasa ada sepasang tangan yang tengah memeluknya dari arah belakang dirinya.
"Kamu gila?!"
Hardik seseorang dengan mimik wajah yang terlihat khawatir dikala ia melihat siapa gerangan yang telah menggagalkan rencana bunuh dirinya.
Ya, Hyunjin gagal terjun bebas karena tarikan seseorang tepat saat ia mulai menjatuhkan diri ke depan. Badannya bergetar menjadi takut akan apapun yang akan ia hadapi.
Tanpa menjawab, tanpa aba-aba Hyunjin kembali menangis yang kini malah meraung kala ia merasakan sebuah pelukan erat selain dari kakeknya.
Tidak pernah ada orang selain dari kakeknya yang dapat memeluknya di sertai rasa khawatir seperti orang ini. Biasanya, bagaimana Hyunjin jatuh atau di bully hingga meninggalkan luka di tubuhnya tida akan ada yang peduli, namun sekarang ia merasakan tangan hangat itu dari orang lain.
Dia seorang pria yang tadi menolongnya, yang tidak menau tentang sebab apa anak muda ini ingin bunuh diri di jembatan layang menjadi bingung saat Hyunjin menangis keras. Namun sangat terlihat jelas jika wajah yang tak lain adalah Hyunjin begitu putus asa, bahkan bukan hanya di wajah. Tangisannya pun terdengar sangat putus asa.
Pria itu, membiarkan Hyunjin menangis sambil memeluknya. Membasahi kemeja yang ia kenakan masih dengan mereka yang terduduk di atas trotoar jalan sana tanpa peduli pada orang-orang yang menatapnya saat melewati jalan yang memang tidak begitu ramai.
Sang remaja lantas segera menyudahi tangisannya karena ia tau jika seseorang yang ia peluk adalah orang lain, dan pasti akan bertingkah sama seperti yang lainnya saat mengetahui dia seperti apa.
Dengan menunduk kini, dirinya masih sesenggukan akibat menangis. Hatinya masih sakit, kepalanya pusing serta perut mulai terasa perih karena belum makan sedari pagi.
Setelah pengusiran neneknya, Hyunjin luntang lantung berjalan tidak tentu arah hingga dia sampai di jembatan layang yang entah dimana dirinya pun tidak tau karena ia tidak fokus pada pikirannya, dengan sekali lagi di tegaskan Hyunjin memang melupakan diri sendiri.
Pria di samping Hyunjin, segera berdiri dengan menepuk nepuk bagian celana yang mengenai trotoar. Menghilangkan debu dari jalan masih dengan menatap Hyunjin tajam.
Ya.. pria itu terlihat marah karena apa yang di lakukan Hyunjin sungguh sangat tidak terpuji juga salah.
"Ikut saya!"
Hyunjin langsung mendongak, menatap oknum penggagalan dirinya untuk mati. Wajahnya tampan, namun dingin dan ucapannya tegas tetapi tak kunjung ia turuti. Namun dirinya tidak mengerti akan ajakan tiba-tiba dari orang asing tersebut.
"Saya bilang ikut saya, ayo berdiri!"
Hyunjin menghapus air matanya, lalu menurut saat dua kali perintah itu di ucapkan. Ia langsung membuang arah pandang seketika kala mereka tidak sengaja saling bertatapan, entahlah Hyunjin sendiri merasa sangat malu untuk saat ini.
Pria itu mengambil langkah, meninggalkan Hyunjin yang masih mematung di tempat. Terlihat sekali jika si remaja memang sudah tidak ada semangat dalam hidup, kembali melamun menatap kosong pembatas jalan.
"Hei!"
Hyunjin terkesiap, langsung sadar saat suara itu menusuk telinganya begitu saja. Ia lihat pria yang sudah berada di samping mobil dengan menunjuk mobilnya menggunakan dagu.
Ia tidak tau apa maksudnya selain dari menyuruhnya untuk ikut masuk kedalam mobil, ia takut namun lebih takut jika ia tidak menurut sama sekali.
Hyunjin mengambil langkah, namun bukan menuju tempat mobil itu berhenti. Melainkan ia kembali melangkah pada pembatas jalan yang jelas sekali, hal itu berdampak sang pria kembali berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umbuk Asmaraloka
FanfictionCerita ini, hanya kisah seorang remaja yang putus asa dengan kehidupannya sendiri. Telah di tinggalkan orang terkasih serta di tendang dari rumah yang telah menjadi saksi bagaimana ia tumbuh dalam kesengsaraan.